Ahmad

Pegiat literasi di STAI YPBWI Surabaya, setiap tarikan napas adalah anugerah tak ternilai, tiap goresan pena adalah kurnia tak terhingga, siar segala bajik, ra...

Selengkapnya
Navigasi Web
Corona Versus Temu Lawak
sumber gambar dari google

Corona Versus Temu Lawak

Hari ke-3

"Latah" sebutan untuk orang yang mengulang kata bila dikejutkan. Tanpa kontrol. “Eh copot, copot, copot, copot” masih mending bila kata yang dipilih adalah kata yang sopan. Menjadi berabe jika kata yang diulang adalah kata yang saru.

Masyarakat kini sering juga latah menyikapi fenomena yang ada.

Gaduh akibat virus corona atau disebut juga dengan covid-19 menyisakan bukti bahwa ternyata rasa empati masyarakat bisa dikalahkan oleh ketakutan berlebihan terhadap sesuatu. Buktinya, alih-alih mendapat simpati, penderita penyakit akibat serangan virus ini justru memperoleh penolakan serta hujatan.

Panic buying komoditas tertentu seperti masker yang diyakini bisa mencegah penularan lebih luas menyebabkan barang ini kini mengalami kelangkaan. Padahal hari biasa tak banyak orang melirik Hanya digunakan seperlunya.

Sejalan dengan kian merebaknya berita tentang covid-19 omset penjualan masker inipun ikut meroket. Akibatnya bisa ditebak, barang ini menghilang dari pasar, kalaupun ada harganya bisa berkali lipat dari harga biasanya. Bahkan yang membuat tak habis pikir ada produsen masker palsu yang beromset jutaan lembar.

Pun ketika dalam acara televisi dikemukakan oleh seorang dokter kenamaan di tanah air. Dr Handrawan tentang manfaat rimpang nusantara. Yang selama ini sangat familiar. Semisal temulawak, kunyit, jahe, kencur, cabe jawa, kayu secang, siapa yang tak kenal. Banyak orang tak asing. Serta biasa saja melihat komoditas yang diyakini sebagai warisan para leluhur. Komoditas inipun diburu orang.

Tak ada yang sangsi akan kehebatan jamu yang diramu dari aneka bahan tradisional. Kehebatannya bahkan diakui sampai manca negara, tapi karena dianggap ribet dalam pengolahannya, secara perlahan jamu tradisional mulai ditinggalkan. Beralih pada pengobatan yang lebih moderen serta praktis. Meski mereka juga yakin obat kimia mesti memiliki efek samping, demi alasan kepraktisan obat jenis ini lebih sering digunakan.

Namun, ketika paparan dokter tentang manfaat rerimpang ini sebagai penangkal covid-19 publik pun tersentak. Betapa mereka telah melupakan warisan adiluhung para leluhur nusantara. Yang ternyata menjadi satu dari sekian banyak solusi mengatasi serangan virus yang menghebohkan jagat belakangan ini.

Ramai orang membincang bahkan memburunya. Para penjual rempah tentu bak mendapat durian montong runtuh. Yang biasa sepi order kini malah jadi primadona. Ide pun muncul. Berdalih memanjakan konsumen mereka mengemas dalam plastik serta diberi label "anti corona". Paket praktis ini ludes terjual dalam waktu singkat. Itulah hebatnya orang +62.

Anda tahu beda temulawak dengan temu lawak?

Gresik, 06 03 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantab Pak Ahmad sangat informatif. Terus menulis ya..

31 Mar
Balas

Aaahhhh he he kirain temu lawak itu temu para pelawak....heeee ternyata Curcuma..ha ha

07 Mar
Balas



search

New Post