Ahmad

Pegiat literasi di STAI YPBWI Surabaya, setiap tarikan napas adalah anugerah tak ternilai, tiap goresan pena adalah kurnia tak terhingga, siar segala bajik, ra...

Selengkapnya
Navigasi Web
Corona Versus Temu lawak(edisi swasunting kelas editor)

Corona Versus Temu lawak(edisi swasunting kelas editor)

Corona Versus Temulawak versi swasunting kelas editor.

"Latah" sebutan untuk orang yang menderita sakit suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain. Seringkali tanpa kontrol. “Eh copot, copot, copot, copot” atau ucapan senada yang terlontar begitu saja dari mulut si latah saat ia dikagetkan. Masih mending bila kata yang terucap adalah kata yang sopan. Membuat masyakah jika kata yang diulang adalah ucapan yang tidak semenggah.

Masyarakat kini sering juga latah menyikapi fenomena yang ada belakangan ini.

Gaduh akibat virus corona atau dikenal juga sebagai covid-19 menghadirkan satu bukti baru. Bukti bahwa ternyata rasa empati masyarakat kekadang bisa dikalahkan oleh ketakutan berlebihan terhadap sesuatu. Buktinya, penderita penyakit akibat serangan virus ini, alih-alih mendapat simpati justru memperoleh penolakan, cacian, serta hujatan.

Panic buying atau ramai-ramai membeli komoditas tertentu seperti masker yang diyakini bisa mencegah penularan lebih luas menyebabkan barang ini kini langka. Padahal hari biasa tak banyak orang melirik Hanya digunakan seperlunya.

Sejalan dengan kian merebaknya berita tentang penderita akibat covid-19, maka omset penjualan masker inipun ikut meroket. Akibatnya bisa ditebak, barang tersebut menghilang dari pasar. Kalaupun tersedia harganya bisa berkali lipat dari harga biasanya. Bahkan yang membuat tak habis pikir ada produsen masker palsu yang angka produksinya mencapai jutaan lembar.

Pun ketika dalam suatu acara sebuah stasiun televisi swasta yang membahas tentang manfaat rimpang nusantara. Terutama ketika ia disebutkan memiliki aneka khasiat. Satu di antaranya yakni mencegah tubuh sakit karena terpapar virus corona. Tak ayal komoditas inipun diburu orang.

Siapa yang tak familier dengan temulawak, kunyit, jahe, kencur, cabe jawa? Rerimpang yang seringkali kita jumpai di dapur rumah. Kini jadi primadona baru.

Tak ada yang sangsi akan kehebatan jamu yang diramu dari aneka bahan tradisional. Kehebatannya bahkan diakui sampai manca negara, tapi karena dianggap ribet dalam pengolahannya, secara perlahan jamu tradisional mulai ditinggalkan. Beralih pada pengobatan yang lebih moderen yang praktis. Meski mereka juga tahu bahwa obat kimia mesti memiliki efek samping. Hanya karena alasan kepraktisan, obat jenis ini lebih sering digunakan.

Saat dokter menerangkan manfaat rerimpang ini sebagai penangkal covid-19 publik pun tersentak. Betapa mereka telah melupakan warisan adiluhung para leluhur nusantara. Yang ternyata menjadi satu dari sekian banyak solusi mengatasi serangan virus yang menghebohkan jagat belakangan ini.

Ramai orang membincang bahkan memburunya. Para penjual rempah tentu bak mendapat durian montong runtuh. Yang biasa sepi order kini malah jadi primadona. Ide pun muncul. Berdalih memanjakan konsumen mereka mengemasnya dalam plastik serta diberi label "anti corona". Paket praktis ini ludes terjual dalam waktu singkat. Itulah kehebatan orang +62.

Anda tahu beda antara temulawak dengan temu lawak?

Gresik, 07 03 2020

Versi tulisan asal yang telah diunggah pada 06 Februari 2020

Corona Versus Temu Lawak

"Latah" sebutan untuk orang yang mengulang kata bila dikejutkan. Tanpa kontrol. “Eh copot, copot, copot, copot” masih mending bila kata yang dipilih adalah kata yang sopan. Menjadi berabe jika kata yang diulang adalah kata yang saru.

Masyarakat kini sering juga latah menyikapi fenomena yang ada.

Gaduh akibat virus corona atau disebut juga dengan covid-19 menyisakan bukti bahwa ternyata rasa empati masyarakat bisa dikalahkan oleh ketakutan berlebihan terhadap sesuatu. Buktinya, alih-alih mendapat simpati, penderita penyakit akibat serangan virus ini justru memperoleh penolakan serta hujatan.

Panic buying komoditas tertentu seperti masker yang diyakini bisa mencegah penularan lebih luas menyebabkan barang ini kini mengalami kelangkaan. Padahal hari biasa tak banyak orang melirik Hanya digunakan seperlunya.

Sejalan dengan kian merebaknya berita tentang covid-19 omset penjualan masker inipun ikut meroket. Akibatnya bisa ditebak, barang ini menghilang dari pasar, kalaupun ada harganya bisa berkali lipat dari harga biasanya. Bahkan yang membuat tak habis pikir ada produsen masker palsu yang beromset jutaan lembar.

Pun ketika dalam acara televisi dikemukakan oleh seorang dokter kenamaan di tanah air. Dr Handrawan tentang manfaat rimpang nusantara. Yang selama ini sangat familiar. Semisal temulawak, kunyit, jahe, kencur, cabe jawa, kayu secang, siapa yang tak kenal. Banyak orang tak asing. Serta biasa saja melihat komoditas yang diyakini sebagai warisan para leluhur. Komoditas inipun diburu orang.

Tak ada yang sangsi akan kehebatan jamu yang diramu dari aneka bahan tradisional. Kehebatannya bahkan diakui sampai manca negara, tapi karena dianggap ribet dalam pengolahannya, secara perlahan jamu tradisional mulai ditinggalkan. Beralih pada pengobatan yang lebih moderen serta praktis. Meski mereka juga yakin obat kimia mesti memiliki efek samping, demi alasan kepraktisan obat jenis ini lebih sering digunakan.

Namun, ketika paparan dokter tentang manfaat rerimpang ini sebagai penangkal covid-19 publik pun tersentak. Betapa mereka telah melupakan warisan adiluhung para leluhur nusantara. Yang ternyata menjadi satu dari sekian banyak solusi mengatasi serangan virus yang menghebohkan jagat belakangan ini.

Ramai orang membincang bahkan memburunya. Para penjual rempah tentu bak mendapat durian montong runtuh. Yang biasa sepi order kini malah jadi primadona. Ide pun muncul. Berdalih memanjakan konsumen mereka mengemas dalam plastik serta diberi label "anti corona". Paket praktis ini ludes terjual dalam waktu singkat. Itulah hebatnya orang +62.

Anda tahu beda temulawak dengan temu lawak?

Gresik, 06 03 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Apalagi temulawak manis ditambah es batu, diminum siang hari. Hmm...rasanya mak nyusss...hhh

08 Mar
Balas

Njih, Bu. Segarr. Menyehatkan. Ramah di kantong. Walah, pokoknya nikmat. Terima kasih sudi singgah. barakallahu lak.

09 Mar



search

New Post