Ahmad

Pegiat literasi di STAI YPBWI Surabaya, setiap tarikan napas adalah anugerah tak ternilai, tiap goresan pena adalah kurnia tak terhingga, siar segala bajik, ra...

Selengkapnya
Navigasi Web
Eureka! Aku Berhasil Menemukannya!

Eureka! Aku Berhasil Menemukannya!

Tantangan hari ke-30

Alhamdulillah, itulah ucapan yang pas menggambarkan kelegaan melewati satu tahap dari tantangan menulis tak berjeda selama tiga puluh hari. Meski ada tantangan enam puluh hari bahkan sembilan puluh hari, berhasil melewati satu tahap ini sungguh luar biasa.

Sejatinya yang melegakan bukan hanya aku telah melewati tiga puluh hari tantangan ini, tapi lebih pada selama tiga puluh hari dengan melalui berbagai rintangan, aku telah berhasil menjaga konsistensi menulis. Ini tak pernah aku lakukan sebelumnya.

Sebagai peserta kelas menulis Mediaguru ke-sepuluh di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Edisi Mediaguru pulang kampung, aku benar-benar newbie. Pendatang baru.

Perkenalanku dengan mediaguru terbilang unik. Aku yang punya kegemaran membaca, terbersit keinginan untuk menerbitkan karya sendiri menjadi sebuah buku. Tapi itu hanya tinggal keinginan semata.

Sampai suatu hari dari grup yang bukan grup kepenulisan ada seorang anggota yang membagikan sebuah poster pelatihan menulis. Bagai magnet aku langsung tertarik. Aku tak tahu apapun tentang mediaguru.

Akhirnya akupun berangkat. Sendirian. Tak kenal satupun. Nekad. Aku kira hanya pelatihan seperti biasa. Datang, duduk, mendengarkan, sekadar pelengkap acara yang dibikin, selesai. Bubar. Tak ada sama sekali yang diperoleh kecuali setumpuk tulisan yang tak terjamah. Menunggu antrian untuk dijual kiloan.

Ternyata mediaguru tak seperti itu. Atmosfir yang dibangun luar biasa. Bikin merinding. Misuh-misuh. Seharusnya sejak dulu aku bisa lakukan itu. Eureka! Semangat terpacu. Kompor!.

Aku masih ingat betul pak CEO membakar semangat peserta dengan teori sindroma tali kekang kaki gajah. “Ya Allah ini aku banget!” seruku dalam hati. Dengan seutas tali kecil yang sengaja dililitkan di kaki gajah, sang pawang bisa mengendalikan gajah. Ya, hanya seutas tali kecil yang bilamana gajah mau mengerahkan sedikit saja kekuatannya niscaya tali itu akan jebol. Tapi gajah tak melakukan itu. Ia terlalu percaya tali kecil itu akan sangat menyakitinya.

Itu terjadi karena sang pawang mengikat satu kaki gajah tersebut semenjak bayi dengan selilit kawat. Jika anak gajah itu memberontak maka ikatan itu akan semakin menyakitkan. Trauma ini dibawa hingga gajah itu tumbuh dewasa. Kita sering mengalami ini. Telah terpatri di otak kita menulis itu sulit. Tak bisa kita lakukan. Padahal dengan sentakan kecil saja, ternyata kita mampu melakukannya.

Kembali pada cerita pelatihan mediaguru waktu itu. Semangat peserta sudah mulai terbakar. Dikuatkan lagi sebuah video motivasi. Seekor monyet yang berusaha menyeberangi sungai bersama seekor anjing dengan tali terlilit di leher anjing. Ujung tali dipegang monyet untuk menjaga kebersamaan mereka. Dengan melompat berpindah dari satu pijakan ke pijakan yang lain mereka berhasil sampai di hampir tepi sungai. Satu lompatan lagi mereka berhasil menyeberangi sungai itu.

Ternyata jarak pijakan terakhir untuk menyeberang sedemikian lebar. Dengan masih memegang tali kekang si monyet mengumpulkan tenaga untuk membuat satu lompatan yang besar. Lompatan dengan resiko bila ia gagal, tercebur ke sungai dalam. Ia ambil resiko itu. Yakin bisa melaluinya. Huff. Dan ternyata ia berhasil.

Tak mau melangkah sendirian. Tali yang mengikat leher temannya itu ditariknya kuat-kuat. Anjing meronta-ronta. Tak mau melompat. Air itu terlalu dalam. Jarak pijakan itu terlalu jauh. Aku tak mungkin dapat melaluinya. Apa yang dikatakan Pak CEO sebagai pengantar cerita? “Sang monyet yakin betul bahwa anjing bisa membuat satu lompatan besar.”

Ia berusaha menarik sekuat tenaga. Tak ada pilihan lagi bagi anjing selain melompat sekuatnya ke depan. Daan..ia berhasil. “Anda yang hadir di sini sering seperti anjing itu. Tak percaya bisa membuat satu lompatan besar, tapi monyet percaya!” Terima kasih monyet!, hihi. Anjingnya kini telah bisa membuat satu lompatan besar.

Tantangan menulis tiga puluh hari telah membuat sentakan itu. Satu sentakan yang membuat kita terlepas dari lilitan trauma menulis. Tantangan ini telah membuat aku berani membuat satu lompatan besar. Satu lompatan mengalahkan kemalasan diri yang seringkali datang tanpa diundang.

Eureka!

Gresik, 26 02 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post