Hadapi Kematian dengan Bahagia
Tantangan hari ke-23
Al mautu baabun wa kullun naasi daakhiluhaa
Al mautu ka’sun wakullun naasi syaaribuhaa
Kematian itu laksana pintu, setiap orang pasti memasukinya
Kematian adalah cawan setiap orang akan meminum darinya
Kepulangan Ashraf menyentak publik. Menyadarkan bahwa kematian adalah keniscayaan. Jatah umur telah ditentukan. Ia datang tak pandang usia.
Di dunia ini satu hal yang pasti adalah kematian. Kullun nafsin dzaa iqotul maut. Tiap yang bernyawa pasti merasai kematian. Ayat di atas sudah sangat jelas mengabarkan bahwa setiap yang memiliki nyawa, memiliki ruh pasti akan menemui kematian. Ini sudah jadi ketentuan Allah. Sunnatullah.
Masalahnya adalah banyak orang yang mempercayai kebenaran ayat ini tapi sedikit yang siap menyongsong kedatangannya. Nikmat dunia telah melupakannya. Gemerlap duniawi telah membuat hatinya bergidik mendengar sesuatu yang tak mungkin dapat dihindari.
Kematian itu hakikatnya adalah pindah alam saja. Semua manusia pernah hidup di zaman azaly. Di alam inilah Allah SWT telah mengambil sumpah kita , ketika semua jiwa berkumpul Allah SWT berfirman
“Alastu birabbikum?”
“Apakah aku ini tuhanmu? Maka segenap ruh yang hadir pun menjawab serempak “Balaa syahidnaa”
“Ya, kami semua menjadi saksi. Engkaulah Tuhan kami”
Itulah hidup kita di alam azaly. Kemudian Allah takdirkan kita hidup di alam kandungan. Alam kedua yang kita tinggali. Kita merasakan nikmat, tak ingin segera keluar. Nutrisi tercukupi. Berenang di air ketuban ibu yang hangat. Ketika sudah saatnya kita pun lahir ke dunia ini.
Lahir ke dunia hanya pindah alam semata. Bayi tumbuh dan berkembang. Keluarga sebagai madrasatul ula ikut membentuk karakter kita. Bayi terlahir suci bersih itupun siap menuliskan sejarah kehidupannya sendiri.
Inilah alam pendadaran itu. Kawah candradimuka. Ibarat besi kita ditempa. Namun dunia ini hanya tempat singgah. Hunian sementara. Untuk memperbanyak bekal. Kita akan hidup kekal. Abadan abada di akhirat kelak.
Kematian hanyalah transit. Sebelum memasuki alam akhirat kita singgah sementara di alam barzakh. Di alam inilah kita akan merasakan semilir surga. Raudhah min riyadhil jannah. Taman dari taman-taman surga. Ataukah gambaran siksa khufratun min khufarin niiraan .
Saudaraku hidup tak dihitung dari durasi tapi kualitas yang bisa kita persembahkan. “Khoirukum man thoola ‘umruhu wa hasuna ‘amaluhu”
Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sebaliknya orang terjelek adalah orang yang panjang umurnya tapi jelek pula amalnya.
Kepulangan Ashraf suami BCL memberi ‘ibrah kepada kita bahwa sesungguhnya umur manusia adalah rahasia Alllah SWT. Apa yang mau dibanggakan di dunia ini? Semua hanya titipan ilahi. Isteri yang cantik, harta kekayaan, ketenaran semua ditinggalkan. Hanyalah amal yang akan menemaninya.
Pun sebagai penulis kita nanti akan mewariskan buah karya kita. Gagasan, pemikiran yang tertuang dalam tulisan yang bisa dibaca oleh anak cucu kita kelak. Maka tulislah yang berfaedah. Sebagai ladang amal. Jangan jadikan tulisanmu penghantar dosa.
Tiga amal yang pahalanya akan terus mengalir meski manusia sudah dipanggil olehNya yakni shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak sholeh yang mendoakan.
Tulisan kita, buah pikir kita masuk dalam dua kategori yakni ilmu yang bermanfaat serta shadaqah jariyah bila gagasan kita pemikiran kita berfaedah serta menggiring pembaca untuk semakin dekat kepada sang khaliq. Tapi bila tulisan kita mempengaruhi orang untuk berbuat kerusakan maka ia termasuk dosa jariyah.
Karenanya perbanyak amal di dunia ini. Ketika kita sudah purna. Sudah cukup jatah umur kita bisa songsong kematian dengan bahagia. Pegawai negeri yang pensiun akan dengan senang hati, ia sudah berbuat terbaik. Sekarang saatnya menikmati hidupnya tanpa dituntut lagi kewajiban. Kenapa ia senang? Karena ia sudah siapkan matang di hari tua.
Pun kematian jika kita telah berbuat terbaik menggapai ridaNya. Maka kita bisa tersenyum puas karena Allah yang jamin. Bukan hanya tunjangan hari tua tapi kita akan sua dengan sang Maha Penyayang. Tak ada nikmat melebihi memandang Allah di surganya kelak.
Gresik, 19 Pebruari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantab tulisannya.Jd terharu klu ingat ttg mati.Slm knl..
njih, terima kasih bu. kata cak Nun hidup itu isinya dua. injak gas dan tekan rem. ingat kematian adalah injak rem. kita bias berpikir lebih bijak. salam kenal balik, bu Faridawaty