Ahmad

Pegiat literasi di STAI YPBWI Surabaya, setiap tarikan napas adalah anugerah tak ternilai, tiap goresan pena adalah kurnia tak terhingga, siar segala bajik, ra...

Selengkapnya
Navigasi Web
Haram, Salah Ucap di Kelas Editor

Haram, Salah Ucap di Kelas Editor

Kelas Editor Surabaya benar-benar "kawah candradimuka". Dua hari pertemuan, 7 - 8 Maret 2020, dilanjutkan dengan pendampingan secara daring selama sebulan, membuat "senewen" beberapa peserta. Bagaimana tidak, hampir dua pekan ini peserta saling berbagi link tulisan yang telah diunggah di gurusiana, lalu "dibedah" bersama, bahkan kalau perlu "dikuliti". Tak boleh ada tanda baca yang salah, penulisan abjad harus sesuai kaidah. Sampai kekhawatiran salah diksi setara dengan kekhawatiran terpapar Covid-19.

Koreksi bukan hanya pada unggahan tulisan di gurusiana, namun juga setiap komentar di grup melalui aplikasi WhatsApp, tak luput diteliti. Ini tak mudah, Ferguso. Jangan sampai salah berkomentar! Lantas bagaimana cara aman berkomentar tanpa takut salah? Ada banyak cara yang bisa diterapkan. Memasang emoticon ketawa-ketiwi, nyengir, pusing, sakit gigi, atau stiker jempol di antaranya. Berkomentar di kelas pengadil kalimat memang harus berhati-hati.

Siapa hakim serta jaksanya? Ini keunikan kelas ini. Duo ceriwis, Bunda Istiqomah serta Bu Diyah sebagai hakim sekaligus jaksa. Bilamana ada tulisan peserta yang tak sesuai kaidah bahasa, atau logika bahasa, sang jaksa akan mengejar, membuktikan fakta kebenaran. Di akhir sidang, Hakim Ketua akan memutus perkara. Segawat itukah? Hehe, saya hanya bercanda. Mereka berdua baik, kok.

Namun, tentang pencarian kebenaran berbahasa di kelas editor, saya tak bercanda. Ini adalah fakta. Para peserta seringkali menemui kalimat "Lihat di KBBI!" atau "Buka PUEBI!" Ditegur beberapa kali tak membuat kami jera. Justru yang membuat sedih jika kedua bunda tidak menegur kesalahan kami. Orang yang tak tahan lelahnya belajar, niscaya ia akan menanggung perihnya kebodohan. Satu petuah berharga Imam Syafi'i ini mungkin saja menginspirasi para peserta. Buktinya, diskusi kadang sampai menjelang malam. Ketinggalan beberapa jam saja akan menyesal. Terlewat banyak ilmu.

Selalu belajar, jangan mengulang kesalahan yang sama, teliti, peka, itu sebagian yang saya dapat dari kelas editor ini. Masih banyak ilmu yang harus dipelajari.

Gresik, 19 03 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengen juga ikut kls editor

19 Mar
Balas

Silakan, Bu Sasrianti.

19 Mar

. True or false?

20 Mar
Balas

True, hehe

20 Mar

Pak, tadi saya nulis Arab. Disini ga bisa muncul, ya.

20 Mar
Balas

Ya, Bu. gurusiana belum kursus bahasa Arab. Jadi, komentar berbahasa Indonesia saja, kalau unggahan tulisan, bisa kok.

20 Mar

Tulisan saya pernah dikupas, tapi sang hakim tidak muncul. Akhirnya saya enggan berbagi. Bapak di grup namanya siapa ya? Apa mungkin beda nama kok saya tidak kenal.

20 Mar
Balas

Tidak perlu berputus asa, Bu. Kita bisa banyak belajar dari tulisan siapapun yang sedang diteliti. Saya Ahmad, Bu. Kekadang tidak aktif dalam diskusi. Membaca banyak komentar, juga menjadikan pengetahuan kita bertambah. Tetap semangat, Bu. Kita tahu, Bu Isti, juga Bu Diyah membimbing kita bersamaan dengan tugas mereka berdua, mengedit naskah.

20 Mar



search

New Post