Rama menutup karya novelnya dengan tulisan biarlah perasaan yang sama di hempas ombak walau secara perlahan. Semoga karya novel ke dua puluh menjadi best seller lagi di tengah masyarakat global yang semakin menjauhi karya sastra berupa novel. Persiapan peluncuran novel menunggu pencetakan buku selesai serta pemutaran film perdana "Paragraf Patah Hati" yang diambilkan dari novel Rama pertama sebagai seorang novelis dan penulis terkenal. Peluncuran novel terbaru rencananya di Malang. Kota Malang, kota penuh kenangan bagi Rama di kota inilah cinta pertama bersemi dan berakhir menjadi kenangan pahit. Tiga windu sudah, Rama tidak pernah menginjakkan kaki di kota Malang. Kesempatan ini adalah kesempatan pertama, tentunya kesempatan digunakan untuk berkeliling dan juga mengenang masa-masa indah bersama Shinta. Sayang sekali, janji patah hati pertama kali di Balaikambang membawa kesedihan mendalam, paragraf patah hati tetap mengerak dalam kalbu tiada dapat runtuh meski dihempas ombak sekalipun. Cinta tiada pernah hadir, cinta tiada pernah dapat menghamba dalam kedukaan mendalam.

Kemewahan, ketenaran menjadi kebanggaan yang sanggup melupakan pahitnya cinta. Tepuk tangan di auditorium kampus menggema begitu berarti bagi Rama, pujian-pujian mengiringi tangan Rama yang menandatangani karya novel berjudul "Menutup Paragraf Patah Hati". Sesi tanda tangan telah usai, undangan sudah mulai meninggalkan tempat, kontrak sponsor untuk sebuah iklan produk fashion pun selesai di tanda tangani dan sudah saatnya Rama menuruni tangga auditorium kampus. Selangkah lagi sudah sampai pada pintu luar auditorium, sesaat pandangan mata mengarah pada perempuan berparas ayu dengan senyum khas yang tiada pernah aku ragukan keasliannya. Shinta telah hadir kembali menggetarkan puing hati yang lama berselimut patah hati. Ingin sekali Rama menampar perempuan di depannya, namun semakin sadar jika tidak putus dengan Shinta mungkin aku tidak pernah menjadi diriku seperti saat ini, dalam hati Rama hanya mengatakan, "Kamu Jahat".

Saatnya Rama harus meninggalkan kota Malang, pertemuan ini bukanlah suatu kebetulan mungkin Tuhan memberikan jalan maaf untuk Shinta atas apa yang dia lakukan. Lama Shinta menceritakan semua yang dialami selama berpisah dengan Rama. Ketetapan hati tetaplah sama seperti jeritan hati di Balaikambang, apa yang semua diceritakan oleh Shinta hanyalah menjadi beban duka bagi Rama. Meskipun perasaan kedua untuk Shinta aku terima kembali namun bukan menjadi jaminan untuk bahagia. "Maaf, Shinta meski pun aku di ijinkan hidup kedua kali aku tak akan merajut kembali kenangan bersamamu. Aku sudah menjadi diriku kini, cintaku padamu saat ini sudah menjadi puluhan karya. Air mataku sudah kering, oase cintaku sudah mengering dan aku kembali mengatakan biarlah perasaan yang sama di hempas ombak walau secara perlahan, dan ijinkan aku menutup paragraf patah hati."

Untuk terakhir kali pertemuan dengan Shinta, Rama memberikan novel "Menutup Paragraf Patah Hati" dan sesegera mungkin meninggalkan Shinta yang berurai penyesalan. Rama pun berusaha menutup paragraf patah hati dengan kemenangan dan bukanlah sebuah kesedihan, aku tidak akan kecewa lagi karena patah hati, "Aku harus tetap tegar.....!"

(Malam sepi ditemani kopi sore yang pahit. Banyuwangi, 16 Februari 2023)