Roni & Ida serta Asam Gelugur untuk Kado Pernikahan Abadi
Anda familiar dengan pantun berikut ini: Asam kandis asam gelugur/Ketiga asam siriang-riang/Menangis mayat di pintu kubur/Teringat badan tidak sembahyang ?
Itu adalah pantun nasehat yang sangat populer di masa lalu, namun mungkin tidak lagi diketahui oleh anak-anak generasi sekarang. Tidak pula dengan tiga jenis pohon asam yang tersebut dalam dua baris sampiran pantun tersebut. Bahkan tidak juga di tanah-tanah Melayu yang melahirkan pantun dan tiga asam-asaman itu. Termasuk di Riau sini.
Padahal asam sangatlah penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dia memberi rasa kepada masakan di dapur, yang tanpa itu akan terasa kurangnya. Ya, sekalipun asamnya asam dapat membuat gigi kita kelu, namun kekurangan atas dia justru akan membikin sendu.
Tak kurang pula dalam budaya folklor kita soal istilah (maaf): kurang asam. Secara pejoratif dia berkesan negatif, tetapi harafiahnya sendiri secara ironis justru membuktikan betapa pentingnya dia. Perhatikanlah, segala sesuatu yang dilabeli sebagai "kurang asam" akan serta-merta menunjukkan takaran yang tidak sesuai (adat dan norma). Karenanya asam hadir sebagai pelengkap dan penyempurna. Perlunya hanya sedikit tapi sangat bermakna, meski sayangnya dia tidaklah terlalu dikenal.
Hal-hal seperti itulah yang lelaki itu risaukan. Namanya Ronitua Harianja, biasa dipanggil Roni, dengan imbuhan "Bang" atau "Pak" di depannya. Hal itu untuk alasan yang sangat jelas--terutama jika Anda bersua muka dengannya-- yaitu karena dia bertubuh tinggi besar dengan bobot tak kurang dari 100 kg plus wajah sangar, suara menggelegar dan (tentu saja) berdarah Batak. Tidak bisa tidak semua orang akan otomatis terintimidasi olehnya pada pandangan pertama.
Namun itu tidak tepat untuk menggambarkan kepribadian dia. Lelaki ini sepenuhnya berhati lembut, perhatian dengan hal-hal subtil dan sebenarnya peduli. Ya, kepada orang-orang dan sejawat, termasuk seputar alam sekitar dan keberadaan/ketersediaan flora-fauna kita. Juga itu: asam gelugur.
Dia persis seperti ujar-ujaran populer di kampungnya: berwajah Rambo berhati Rinto. Anda boleh tersenyum tentu saja, sebab pada akhirnya tak ada yang "menyeramkan" ketika kita berinteraksi dengannya. Kiranya hal itu sesuai belaka dengan arti namanya yang sesungguhnya adalah sebuah kalimat (alih-alih kata) itu: ro ni tua alias sumber datangnya tuah.
Alkisah, bertahun-tahun yang lalu kami sering duduk ngopi sambil ngobrol ini-itu, kadang di Bengkalis kadang di Duri. Saat itu biasanya ada aku, Bang Roni dan Amri Hidayat, juga Bang Alfansuri dan Adripol. Juga beberapa orang karyawan biro perencanaan milik Bang Roni. Ada banyak sesi seperti itu sehingga aku sudah lupa kapan dan di mana saja persisnya kami berkumpul ketika itu. Tapi kesan yang tertinggal dari sesi-sesi itu tetap terkenang bagiku.
Bang Roni sering melempar ide dan sebenarnya kerisauannya sendiri kepada kami. Juga mimpinya mau membuat sebuah kebun/hutan pribadi berisi aneka varietas pohon, terutama yang jarang ditanam. Saat itu kebakaran hutan di Riau demikian masif dan setiap tahun selalu pekat dengan asap, terutama di musim kemarau. Jadi gagasan-gagasan seperti itu sangat kontekstual. Maka salah satu rencana kami adalah membentuk sebuah lembaga semacam LSM dengan fokus pada lingkungan. Namanya yang kemudian diputuskan ialah Benih Tujuh Lestari, disingkat "BETUL". Amri sempat mendisain lambangnya (foto di bawah).
Nah, lembaga itu sendiri pada akhirnya tidak pernah terwujud, hanya sebatas menyusun AD/ART dan kepengurusan. Amri kemudian diterima dan karenanya berkarir sebagai ASN di Pemkab Bengkalis. Adapun Bang Roni malah mengambil kuliah S2 di bidang lingkungan di Universitas Riau, Pekanbaru. Tapi idenya tentang pohon-pohon itu terus mengendap di benakku dan kemudian mewujud menjadi apa yang kusebut sebagai Taman Buah Baca (TBB) "Puan Xima".
Tentu tidak persis sama. Sesungguhnya perpustakaan outdoor itu adalah persamuhan gagasan dari ayahandaku (alm) yang berminat membuka kebun durian, dilanjutkan dengan minatku membangun gerakan literasi berupa fasilitas baca buku plus idenya Bang Roni mengenai urgensi keanekaragaman hayati di lingkungan kita.
Hari ini, Rabu 16 Februari 2022, adalah hari ulang tahun pernikahan ke-20 Bang Roni dengan Kak Nurhaida Selian. Jauh-jauh hari Bang Roni sudah meniatkan menyumbang bibit asam gelugur untuk kebun pustaka itu. Dia sama sekali tak berminat memberikan bibit pohonan mainstream semisal durian atau mangga sebagaimana yang dilakukan oleh penyumbang lainnya. Ada banyak filosofi di balik sebatang asam itu, karenanya tanaman bernama latin Garcinia altroviridis itu yang mesti ditanamkan di hari jadi mereka.
Mereka menikah tepat dua dasawarsa yang lalu di bilangan Simalingkar, Medan. Aku menghadiri resepsi mereka bersama kawan-kawan aktivis HMI Cabang Medan. Ketika itu secara administratif hanya aku sendiri yang merupakan orang Riau (dari Duri, Kabupaten Bengkalis), adapun Bang Roni berasal dari Tapanuli Tengah sedang Kak Ida dari Aceh Selatan. Kesamaan aktivitas di organisasi HMI-lah yang mempertemukan kami, entoch di kemudian hari pasangan itu hijrah ke Pulau Bengkalis dan kami kembali bereuni.
Jadi kenapa harus asam gelugur? Pertama sekali bagi Bang Roni adalah untuk melanjutkan niatan almarhum ayahandanya sendiri terhadap tanaman itu. Orangtuanya sejak muda telah menunjukkan minat mendalam kepada tumbuhan dan pertanian, bahkan pernah diganjar penghargaan Kalpataru pada tahun 1991 mewakili Sumatera Utara. Bagi beliau pohon asam gelugur adalah tanaman yang multiguna dan bermanfaat besar secara ekonomi.
Asam gelugur adalah tanaman berumur panjang sehingga bisa dijuluki sebagai pohon abadi. Hebatnya, semakin tua pohonnya maka semakin banyak buah yang dihasilkannya. Versi Bang Roni itu seimbang dengan bunga edelweis yang tumbuh di puncak-puncak gunung. Mampu bertahan lama, indah dan tidak repot diurusi.
Konteks seperti itu tentu sesuai belaka untuk menandai hari jadi perkawinan yang sudah mendekati seperempat abad. Asam gelugur adalah kado yang tepat untuk maksud itu: menua bersama, tetap mesra dan tidak banyak masalah. Bang Roni dan Kak Ida kini sudah memiliki tiga orang anak-anak yang sedang beranjak remaja. Nabilah Tara Sophia Harianja kini duduk di kelas 3 MAN Bengkalis, adiknya Khairulpati Harianja menjadi siswa kelas 2 SMAN Plus Pekanbaru, sedang si bungsu Khaidir Partogi Harianja masih di kelas 2 SMPN 1 Bengkalis. Semua itu layak diselamati dan disyukuri.
Hal lain adalah karena asam gelugur adalah tanaman yang jarang diminati oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Dia seperti ada tapi tidak terasa. Karena itu harus ditanam sebelum benar-benar hilang dari peredaran (seperti pantunnya). Bang Roni mengalami sendiri bagaimana sulitnya mencari bibit tanaman ini sehingga harus mengirimkannya dari Medan.
Tidak satu, melainkan empat bibit sekaligus. Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan mati muda, serta yang paling penting adalah untuk menjaga probabilitas pohon jantan dan betina. Dengan jumlah sebanyak itu kelak dapat diharapkan satu atau dua batang akan berbuah dan dapat dinikmati. Itulah sebabnya ketika tadi pagi kutanamkan jarak masing-masing bibit tak lebih dari 2,5 meter. Nantinya setelah ketahuan mana yang bertuah (baca: berbuah) maka sisa lainnya akan kutumbang.
Buatku sendiri kehadiran pohon asam yang 'ini' telah menambah jenis tanaman yang sudah kubumikan di atas TBB Puan Xima. Tempo hari seorang rekan kami sesama alumni HMI --Rosiman-- juga telah menyumbangkan bibit asam yang lain lagi. Namanya asam jawa.
Dalam hal ini aku masih perlu mencari jenis asam lainnya lagi: asam kandis dan asam siriang-riang.
Si tomat asam kandis ikan belida/ Asam gelugur santan patin berkuah/ Selamat hari jadi Bang Roni Kak Ida/ Panjang umur pernikahan semakin berkah. aap160422.




Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar