Ahmad A. Pahu

Gemar membaca, menulis, menggambar dan berdiskusi. Menyebut diri sebagai Penulis, Konsultan Pembangunan Desa dan Petani Berkacamata. Berdiam di Simpang Puncak P...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ustadz Rosiman, Hikayat Tentang UAS, Bagan Benio dan Bibit Asam Jawa
Rosiman menanam sendiri bibit pohon sumbangannya

Ustadz Rosiman, Hikayat Tentang UAS, Bagan Benio dan Bibit Asam Jawa

Ketika Rosiman pertama kali datang ke Duri di akhir tahun 2015 dulu dia langsung mengontak aku, kami bertemu di sebuah rumah makan di bilangan Jalan Hang Tuah, lalu dua hari kemudian dia sudah berselfie ria bersama bupati kami nun di Pulau Bengkalis sana: Ahmadsyah Harrofie. Itu tentu luar biasa, namun jika klik-nya sudah pas maka hal itu jadi biasa-biasa saja. 

Hari itu adalah pertama kalinya aku bersua muka dengan dirinya, meski kami sudah berkenalan lewat dunia maya bertahun-tahun sebelumnya. Dia adalah juniorku di kampus dahulu, dan seperti diriku dia juga pernah memimpin organisasi HMI. Di Duri dia kemudian berkenalan dengan para pengurus HMI setempat, lalu karena yang disebut terakhir ini mau beraudiensi kepada bupati maka Rosiman numpang ikut saja. Bupatinya sendiri adalah juga alumni HMI, jadi urusan protokolernya tak terlalu rumit.

Tujuan awal Rosiman ketika berhijrah ke mari adalah ke Desa Tasik Serai untuk mengolah lahan. Itu wajar saja sebab dia adalah seorang Sarjana Pertanian. Hanya saja apa yang disebut sebagai Tasik Serai itu begitu jauh masuk ke pedalaman. Rosiman seperti terbuang dari peradaban, tapi dia memang tak punya banyak pilihan.

Belakangan hari kepindahannya ke daerah pelosok itu seperti sebuah berkah tersembunyi. Pada tanah-tanah bukaan itu sosok seperti dirinya menjadi sangat dibutuhkan. Dia aktif di desa dan karang taruna setempat, menjadi Ketua DDII kecamatan, bahkan kemudian bertransformasi menjadi seorang pendidik dan mengepalai sebuah lembaga pendidikan di desanya. Tak berlebihan jika kini kita mesti memanggilnya Ustadz Rosiman, SP.

Sebagai seorang aktivis organisasi dia paham memetakan kondisi sosial masyarakat, lalu sebagai aktivis Islam dia kemudian terlibat dalam kegiatan dakwah pengembangan Islam di wilayahnya. Rosiman rutin menggelar semua itu sembari membesarkan sekolah yang diampunya. Jaringannya kini sudah melebar ke mana-mana dan mungkin anda takkan percaya, Ustadz Rosiman memiliki klik dekat kepada lingkaran dalam Ustadz Abdul Somad (UAS) yang termasyhur itu!

Kisah ini bermula dari Bagan Benio, sebuah kampung terisolir di Desa Tasik Serai. UAS yang memang punya concern khusus kepada kaum-kaum terpinggirkan terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi dusun itu. Adapun Rosiman yang telah terbiasa ke sana menjadi penghubung yang tepat.

Untuk anda ketahui, Bagan Benio (juga Pulai Bungkuk) berada di dalam kawasan Taman Nasional Giam-Siak Kecil. Namun kampung itu sendiri sudah wujud sejak dahulu kala. Penduduknya sejumlah 150 KK semuanya warga Melayu Mandau dari Suku Gonggang. Itu berarti penduduk asli Mandau (dan Duri).

Masalahnya, Bagan Benio itu sungguh sulit diakses. Satu-satunya cara ialah lewat jalur air, mula-mula dari sebuah telaga lalu kemudian menyelusuri Sungai Mandau sejauh 20 km. Dengan jarak sejauh itu dan jumlah warga hanya segitu, tak heran jika Bagan Benio sangat tertinggal. Hanya ada seruas jalan sekira 500 meter hasil semenisasi, juga sebuah bangunan SD dari beton. Sisa lainnya tak ada, tidak SMP apalagi SMA, demikian pula jaringan listrik dan internet.

UAS melalui Yayasan Tabung Wakaf Umat kemudian berinisiatif membangun sebuah madrasah di sana. Niatannya adalah menjadi lembaga tahfidz Quran, karena untuk saat itu hal demikian yang paling realistis untuk dilakukan. Nantinya bocah-bocah tempatan akan diarahkan ke lembaga ini setelah mereka tamat SD, dengan demikian masih ada kelanjutan pendidikannya (sekalipun informal). Dalam disainnya akan ada tiga ruang kelas, sebuah kantor dan beberapa rumah asatidz. Secara lokal Rosiman dkk yang mengurus hal itu, kata dia sejauh ini progresnya sudah 50%.

UAS sendiri sudah menjejakkan kaki di Tasik Serai dan Bagan Benio itu. Lagi-lagi Rosiman dkk yang memfasilitasinya. Bahkan UAS sempat mencicipi hidangan hasil masakan istri Rosiman. Semuanya dilakukan secara incognito sebab UAS tak menghendaki keramaian.

Begitulah karir Rosiman sekarang, hanya lima tahun semenjak dia menginjakkan kaki di kota minyak ini. Semuanya terasa berkait paut dan saling mendukung satu sama lain. Mulai dari kuliah di Fakultas Pertanian, lalu ber-HMI, terjun ke pedalaman, aktif di dunia pendidikan dan dakwah. Sinkron!

Suatu kali di mesjid kampungnya kehadiran tamu lintas negara. Mereka sebanyak sepuluh orang adalah anggota Jamaah Tabligh yang sedang berjahulah mesjid ke mesjid. Ada yang dari Malaysia, juga dari Thailand (Patani) serta tentu saja warga Indonesia. Oleh-oleh yang mereka bawa adalah sebuah penganan buah semacam Asam Jawa. Diangkut langsung dari Thailand, buah itu punya keistimewaan: tidak asam. Malahan manis rasanya.

Oleh para tamu jauh tersebut disarankan untuk menanam biji asam tersebut. Rosiman yang punya latar belakang agronomi langsung tertarik untuk membibitkannya. Tiga tahun kemudian --saat ini-- lima pokok Asam Jawa (Tamarindus indica) sudah tumbuh tinggi. Dua pokok di antaranya dia tanam di atas pot, sedang sisanya di atas tanah.

Satu pokok pot Asam Jawa itu kemudian diniatkan dia untuk disumbangkan ke TBB Puan Xima, sebuah perpustakaan outdoor yang sedang kugarap. Tadi siang Rosiman mengangkut bibit dalam pot itu dari rumahnya di pedalaman sana dengan kendaraan roda dua. Total jaraknya ke rumahku hampir 60 km plus beberapa kali mesti berhenti dikarenakan hujan yang turun.

Selewat Ashar Rosiman sampai di rumah. Tak berapa lama kami pun pergi ke belakang rumah untuk membumikan wakaf bibitnya. Ada perasaan lega bahwa niat dan janji sudah tertunaikan. 

Rosiman telat sebulan penuh dari jadwal hari baiknya untuk maksud penanaman ini. Seharusnya bibit itu ditanam pada tanggal kelahirannya, 17 Desember yang lalu. Kini tepat pada 17 Januari 2022 dia baru bisa merealisasikan hal tersebut. Pangkal sebabnya tentu sudah dapat diduga, tak lain dari sulitnya akses jalanan terutama di musim penghujan.

Dengan demikian tanggal hari ini bukanlah sesuatu yang istimewa buat Rosiman, namun hari Senin ini sendiri adalah hari kelahirannya dahulu. Jadi masih ada koneksitasnya kalau mau dikait-kaitkan. Hal itu tentu untuk memenuhi SOP wakaf bibit di kebun pustakaku ini: wakif hanya boleh berwakaf satu jenis bibit dan hanya bisa ditanam pada hari baik masing-masing.

Asam Jawa itu sendiri seperti simbolika perjalanan kehidupan Rosiman. Meski terkadang asam dengan berbagai perjuangan yang pelik, namun bisa pula terasa manis ketika dikelola semaksimal mungkin.

Semoga amanah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses kakanda !

17 Jan
Balas

Ditunggu pula wakaf bibit dari Add Regdol ya..

18 Jan



search

New Post