Gurunya saja tidak biasa membaca, bagaimana siswanya mau terbiasa membaca?
TIPS MEMBIASAKAN SISWA MEMBACA BUKU
Anda pernah alami beberapa masalah ini? Siswa disuruh membaca buku malah bermalas-malasan, siswa hanya membaca kalau disuruh guru, siswa baru sebentar baca sudah berhenti, siswa alergi membaca teks yang panjang. Bahkan, siswa disuruh baca malah teriak: bukunya manaaa?
Bersyukurlah jika masalah itu terjadi di sekolah Bapak Ibu karena masalah serupa juga saya alami di sekolah saya. Dengan bentuk masalah yang sama, tentu memudahkan saya untuk mengurai solusi yang pernah saya dan teman-teman tim lakukan di sekolah kami.
Kemalasan atau ketidakmauan siswa membaca dapat terjadi karena kurang bahan bacaan, kurang contoh sosok teladan dalam membaca, belum ada waktu khusus membaca, kurang apresiasi, dan sebagainya. Untuk penyediaan bahan bacaan, diatasi melalui pembelian, sumbangan orang tua, satu siswa bawa satu buku, dan kerja sama instansi. Guru biasakan membaca buku dan menyampaikan isinya di depan kelas. Berikan penghargaan siswa pembaca buku terbanyak. Nah, masalah yang mungkin belum diterapkan solusinya di sekolah Anda ialah waktu khusus membaca. Mengapa penting sekolah harus menyediakan waktu khusus membaca? Karena dengan ini akan tercipta pembiasaan membaca dalam diri siswa.
Tips Buatlah Tim Membaca Senyap
Tetapkanlah jadwal kegiatan pembiasaan membaca senyap 15 menit pada saat rapat kerja sekolah. Bentuklah tim membaca senyap yang terdiri dari koordinator sarana sudut baca (wakil kepala bagian sarana prasana), koordinator membaca senyap per tingkat kelas (guru bahasa Indonesia), pembimbing di setiap kelas (wali kelas), pembimbing jam membaca senyap (guru jam pertama). Untuk menambah wawasan, undanglah tim literasi dari sekolah lain yang sudah menerapkan budaya baca ini. Di MTsN 2 Tangerang, tempat saya mengajar, saya mengisi pelatihan membaca senyap ini kepada para guru dan staf kependidikan pada rapat kerja menjelang awal tahun pelajaran. Materi ini saya dapatkan dari beberapa pelatihan misalnya program budaya baca USAID Prioritas.
Tips Buatlah Sudut Baca Kelas
Di madrasah saya, MTsN 2 Tangerang, ada 18 sudut baca di 18 kelas yang dibimbing wali kelas dan guru bahasa Indonesia. Dibuatkan daftar buku bacaan yang dibawa siswa sebagai katalog dan ditempel di sebelah rak sudut baca. Di rak akan terkumpul sekitar 32-36 buku bacaan dengan pergantian sebulan sekali atau sesuai kesepakatan kelas.
Tips Buatlah Jadwal Khusus Membaca Senyap
Sekolah menyeting waktu membaca senyap sekitar 15 menit di pagi hari sebelum pembelajaran. Pola waktu membaca senyap ini dapat dilakukan setiap hari, dua hari atau satu hari dalam seminggu. Prasyarat kegiatan ini adalah penyediaan buku bacaan nonpelajaran di sudut baca. Setelah terbentuk jadwal membaca senyap, lengkapilah buku-buku di sudut baca dengan buku bacaan nonpelajaran yang dibawa siswa dari rumah.
Tips Bimbinglah Siswa Anda dan Jadilah Guru Model
Pada pertemuan pertama membaca senyap, guru melakukan bimbingan teknik membaca yang baik kepada siswa secara klasikal. Guru menjelaskan kepada siswa agar memilih, membawa, dan membaca buku yang sesuai usia, minat, dan tingkat keterbacaan siswa. Atur jarak pandang mata dengan buku sekitar 30 sentimeter. Mulut tertutup rapat. Mata yang bergerak ke kiri dan kanan saat membaca, bukan kepala yang bergerak. Tidak menggunakan telunjuk atau pulpen untuk menandai gerak bacaan. Kegiatan membaca dilakukan di seluruh kelas , guru, dan staf kependidikan. Setelah bel berbunyi, guru jam pelajaran pertama masuk ke kelas masing-masing. Setelah tadarus Alquran, siswa dipersilakan untuk membaca buku selama 15 menit. Guru pun ikut membaca buku sebagai model teladan literasi. Suasana akan menjadi hening. Selesai membaca, buku ditutup. Siswa menuliskan hasil bacaan dan komentar ke dalam buku jurnal membaca. Buku diparaf oleh guru jam pelajaran pertama tersebut.
Apa dampak positif?
Dampak positif kegiatan membaca senyap ini adalah terciptanya budaya membaca di lingkungan sekolah. Tidak tinggi-tinggi targetnya, cukup terbiasa saja. Kalau siswa sudah terbiasa membaca, akan tercipta karakter membaca secara mandiri baik di kelas, maupun di rumah. Jika sudah begitu, siswa tidak akan alergi membaca teks yang panjang, buku dengan halaman yang tebal, atau laporan-laporan kegiatan. Jika sudah terbiasa, siswa tidak perlu lagi disuruh-suruh oleh gurunya untuk membaca buku. Diharapkan, siswa akan terbiasa memilih, membaca, memahami, mengolah hasil bacaan ke dalam bentuk ringkasan, tabel, laporan, makalah, bahkan terbiasa membaca dan menyusun karya tulis pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semua ini diawali dengan pembiasaan membaca baik oleh siswa, terlebih lagi guru, staf kependidikan, maupun orang tua sebagai model teladan dalam membaca.
Ahmad Hanapiyah
Guru Bahasa Indonesia, MTsN 2 Tangerang Banten
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tipsnya kereeen banget pak. Swmoga bisa dicontoh.
Terima kasih Pak Yudha. Aamiin. Alhamdulillah, sudah banyak sekolah yang menerapkan ini.
Silakan Bu di ATM tapi nontunai ya hehe
Sip.. Mari, kita Berguru pada maha guru... Dan kita Sebenarnya semua itu guru..
Betul. Terima kasih inspiras pak Wiyono
Saya ATM ya Pak!? Agar program literasi disekolah Saya semakain baik