Ahmad Muhli Junaidi

Perkenalkan, saya guru sejarah di SMA 3 Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. Senang menulis dalam segala tema kehidupan sejak bangku SD. Semakin suka menuli...

Selengkapnya
Navigasi Web
Amerika Oh Amerika. Mengapa Kau Paradoksal?
Sumber foto: image.com

Amerika Oh Amerika. Mengapa Kau Paradoksal?

Aneh memang. Dulu Amerika sebut negara Jepang itu agresor dan penebar teror. Gara-garanya, karena pasukan Jepang secara sepihak menghancurkan Hawai. Mereka lupa, seratus tahun sebelumnya, Philipina diserbu gara-gara dendam pada Spanyol yang menguasai Meksiko secara permanen.

Aneh memang, walau Jepang sudah sekarat dan jelas pasti kalah, Amerika tanpa perasaan kemanusiaan masih saja melepaskan bom Nuklir di Hiroshima dan Nagasaki dengan alasan; segera mengakhiri Perang Dunia 2. Bom itu sampai mematikan tak kurang dari 250 ribu jiwa. Lantas,siapa yang teroris sebenarnya dalam hal ini.

Tahun 1947 Israel berdiri. Dan anehnya, sponsor berdirinya negara itu adalah sekutu Perang Dunia 2 minus Uni Soviet. Sekutu itu, ya kumpulan orang-orang Kapitalis Nasrani, yang tahun 1453 ikut andil meng-genosida kaum Yahudi di Spanyol, sehingga umat Islam Turki Usmani menyelamatkan mereka dengan memberikan perlindungan para diaspora tersebut. Namun, kini yang dituduh teroris malah Palestina, orang yang pada mulanya menyambut sang diaspor itu.

Tahun 1950 terjadi Perang Korea antara Blok Barat dan Blok Timur. Tatkala Amerika mulai kalah melawan pasukan utara sokongan Uni Soviet dan China, atas nama NATO, Amerika meminta pasukan Turki tetap bertahan di Faetxhong dan Pamunjam (demarkasi dua Korea). Aneh, sebagai Super Power pemenang Perang Dunia 2, ternyata Amerika itu pengecut. Namun, untunglah, mungkin karena merasa satu Ras, pasukan Korea Utara tak bertempur dengan pasukan Turki. Dan ini menjadi sejarah awal Islam masuk di Korea melalui tentara Turki.

Tahun 1972 meletus Perang Vietnam. Hampir sama dengan Perang Korea, mulanya konflik dua Blok. Namun, Amerika merasa, mungkin sebagai Adikuasa, tak perlu sokongan dari rekan sekutunya. Akibat kesombongan ini, Amerika lebur di tangan pasukan Vetkong yang membuat taktik Serangan Lubang Tikus. Bom Nafalm Amerika hanya berhasil membumihanguskan hutan-hutan seputar Hanoi, sedang Vetkong terus berjaya dalam kesunyian lubang tanah. Kekalahan ini menyebabkan resesi dunia ditambah embargo minyak oleh raja Faizal dari Arab Saudi. Hampir saja Amerika bangkrut dari dalam.

Tahun 1980-an Uni Soviet menyerbu Afganistan. Sebagai komando Blok Timur, Uni Soviet menjadi ancaman langsung kepentingan Amerika di Asia Selatan dan Timur Tengah. Tapi, USSR rupanya salah perhitungan. Negara yang mereka serbu tak seperti menyerbu Turkministan, Kazakhtan, Kirgistan, Tajikistan, Azzerbaijan, dan beberapa wilayah muslim lainnya yang dapat dilumpuhkan sejak Revolusi Bolsevik 1917 dulu. Afganistan ternyata sarang mujahidin sejati. Mereka dengan menanggung malu, keluar tahun 1988. Delapan tahun bertempur dengan pejuang mujahidin Afganistan telah menyebabkan Uni Soviet diambang kebangkrutan. Dan benar, 1990 Uni Soviet hancur.

Bagaimana dengan Amerika di dalam Perang Aghanistan? Melalui CIA, ISI (badan intelejen Pakistan), dan para pejuang dari Timur Tengah, mengucurkan bermilayar-milyar bantuan senjata kepada pejuang mujahidin di atas. Tahap inilah, Osamah bin Laden muncul.

Tahun 1990 Irak menyerbu Kuwait. Amerika menjadi bingung, sebab yang penyerbu yakni Saddam Husein adalah sekutunya dalam Perang Irak-Iran sejak Revolusi Islam meletus tahun 1978. Namun, melihat ancaman Irak menyasar Israel, sang anak emas Amerika, diputuskanlah melalui Koalisi Internasional minus PBB, mengirimkan pasukan sekutu untuk membantu Kuwait. Arab Saudi, Bahrain, Qatar, dan UEA menyediakan pangkalan meliter untuk pasukan Amerika. Sejak saat itulah hingga kini, pasukan Amerika secara defacto bercokol di dunia Arab. Arab pun semakin lemah.

Tahun 1994, Irak menyerah. Negaranya dibuat tak berdaya karena diberi garis demarkasi penerbangan. Saddam Husein tak tinggal diam. Ia yang merasa negaranya diinjak-injak Amerika terus melawan dengan cara menyebarkan bom bunuh diri di seantero pasukan Amerika. Melalui perang gerilya ini, ribuan pasukan mati sia-sia. Bingung menghadapi taktik gerilya. Amerika kemudian menghembuskan berita bohong yang berisi; Saddam Husein memiliki senjata pemusnah massal. Berita ini dihembuskan agar pasukan Amerika dapat secara langsung menyerbu Baghdad secara legatimid. Benar, Saddam Husein dapat digantung, namun senjata pemusnah massal itu tak pernah ditemukan. Kini, Irak hancur total.

Di Afganistan, setelah Mujahidin menang, ternyata siswa-siswa para pengungsi di Pakistan itu menjadi pejuang tangguh. Merekalah yang menguasai pemerintahan Afghanistan, yang kita kenal dengan Taliban. Mullah Umar, sang ulama penggerak kaum santri itu didapok menjadi presiden atas bantuan Osamah bin Laden, sang anak emas Amerika tatkala dulu dalam Perang Afghanistan. Secara tiba-tiba dan revolusionir, Afghanistan menjadi negara Islam. Amerika terkejut, sebab perubahan ini tak sesuai dengan skenario selama ini. Taliban harus dimusnahkan melalui issu; pelanggaran HAM, persamaan Gender dan terorisme.

Di puncak perseteruan Taliban vs Amerika, tahun 2001 secara tiba-tiba Gedung WTC di New York hancur akibat ditabrak dua kapal terbang. Segera setelah melalui pengontrolan kantor berita di seluruh dunia, merebaklah berita bahwa Osama bin Laden adalah motor serangan itu. Kini, wajah-wajah Arab tersiar dalam bentuk close up, sebagai pembajak tiga kapal terbang tersebut. Ada orang Irak, Arab Saudi, Yaman, Syiria, Palestina, Mesir dan Libya yang masuk dalam 'komplotan jahat' sebagai, sebagaimana bahasa Amerika, teroris sejati.

Sebagai pucuk pimpinan, Osama bin Laden harus dimusnahkan. Namun bagaimana caranya, sebab ia ada di Kabul? Tanpa menunggu waktu lama dibentuklah Operasi Badai Gurun sekaligus di dua titik, yakni Afganistan dan Irak. Kekuatan tempur Super Power dengan pasukan elit terlatih melawan pasukan santri Taliban, jelas ibarat langit dan bumi. Tapi rupanya, hanya Irak yang bertekuk lutut. Sedangkan Taliban hingga kini terus bertempur di gunung-gunung terjal Afghanistan.

Dunia memang tidak adil memandang perang Amerika melawan negara-negara kecil itu. Ketidakadilan itu adalah penciptaan istilah "teroris", yang pada mulanya ada di kamus Amerika. Lihat saja frammeng berita yang Amerika bungkus dalam kasus Qasiem Sulaemani yang dibunuh Amerika. Tramp berkilah, Jenderal Qosim akan menarget vasilitas Amerika di Timur Tengah. Sebelum rencana itu berhasil, lebih baik bunuh duluan.

Yakinkah, bahwa Panglima Garda Revolusi Iran itu akan menyerang Amerika? Jangan-jangan seperti dalih kepemilikan senjata pemusnah pada Saddam Husein dulu. Jika demikian, Anda nilai sendiri. Siapakah teroris sejati itu???!

Semoga bermanfaat catatan di malam penuh hujan ini.

Bungkandang, 6 Januari 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post