Saya memang bukan peserta TNGP, tetapi saya ikut senang membaca kegiatan TNGP yang diposting oleh para peserta, baik di website ini, ataupun di media sosial lainnya.

Jelas sekali, TNGP dimaksudkan sebagai ajang silaturahim nasional untuk guru yang sudah mempunyai karya tulis. Sebab, tagline dari Ruang Guru, sebagai penyelenggara perhelatan ini adalah satu guru satu buku. Artinya, sepantasnya setiap guru di republik ini mempunyai karya tulis yang telah terdokumentasikan dengan jelas, yaitu ber-ISBN.

Namun, kita musti sadar, bahwa membuat guru kreatif dengan karya tulis sangatlah sulit. Ibaratnya, menulis bagi seorang guru bagaikan disuruh menelan bara api. Mana mungkin bisa dilaksanakan, kan???! He he… Akan tetapi, dengan pelan tapi pasti, saat ini guru-guru tanah air -karena mungkin terpaksa, dipaksa, atau memaksakan diri- mulai melihat arti penting karya tulis. Apalagi, sejak beberapa tahun lalu, banyak lahir platform pembangkit literasi guru, semisal www.gurusiana.id atau ‘Ruang Guru’, atau lagi ‘Media Guru’ dan lain sebagainya. Dengan kehadiran platform tersebut, sedikit atau banyak, guru-guru di tanah air semakin terbantukan untuk menulis, menulis, dan menulis.

Menulis, sebagaimana kita sadari bersama, merupakan tulang punggung peradaban suatu bangsa. Jika suatu bangsanya, atau masyarakat penghuni bangsa itu sudah terbiasa menulis, maka dapat dipastikan bangsa bangsa atau negara tersebut penuh kemajuan. Mudah saja bagi kita, bagaimana kondisi negara yang guru dan siswanya suka menulis, dan bagaimana keadaan suatu negara yang guru dan siswanya malas menulis. Jelas sekali ketimpangannya.

Menulis bagi guru dan/atau anak didik memang sangat penting. Akan tetapi, yang paling penting dari sebuah proses menulis ialah membaca. Sederhanya, bagaimana mau menulis jika kita sangat jarang membaca buku. Bagaimana mau menuangkan ide-ide kreatif ke sebuah karya tulis jika bahan-bahannya yang diperoleh dari membaca itu tidak ada?

Maka, pada hakikatnya, sebelum guru dan/atau peserta didik dapat menulis, perlu ditanamkan kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akan melahirkan kebiasaan menulis. Jika sampai saat ini sangat sulit mencari karya tulis seorang guru dan/atau siswa, penyebabnya sebab kita jarang atau malas membaca.

Hadirnya TNGP di tengah-tengah guru nusantara, tidak lain ingin membangkitkan daya baca agar kembali subur di rumah, sekolah dan masyarakat. Dengan suburnya tingkat keterbacaan di masyarakat, jelas akan subur juga karya tulis tumbuh.

Bergembiralah kita selaku umat Islam, karena surat paling awal turun di gua Hira’ adalah perintah membaca, bukan perintah menulis, atau perintah shalat, zakat dan haji. Hanya dengan membacalah, peradaban kita akan kembali bangkit; IPTEK kita akan kembali menjadi rujukan di dunia. Persis sebagaimana terjadi waktu Islam menggenggam peradaban dunia waktu dipimpin oleh kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Bani Usmaniyah.

Semoga dengan TNGP, tingkat keterbacaan guru dan/atau seperta didik semakin marak. Dan mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.[]