Ahmad Najib

Menulislah untuk Keabadian. Seorang Guru Ngaji-"Iqro" di Musholla Al-Muhajirin Griya Serua Bojongsari Depok. Mengajar di SMA Adzkia Islamic School Pesant...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mang Jaya

Mang Jaya

Masa kecil adalah masa tak terlupakan, masa yang penuh dengan suka dan duka. Sukanya karena saya dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang ikhlas memberikan cinta dan kasih sayang tanpa batas, memberikan tuntunan dan arahan sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianut dengan baik dan kaffah. Keluarga saya adalah keluarga yang sangat ‘ketat’ memperhatikan pendidikan dan perkembangan anak-anaknya terutama dalam persoalan ibadah. Dukanya, karena dari umur 2 tahun, Emih –panggilan untuk Ibu- saya dibeikan sakit yang tak kunjung sembuh.

Bapak adalah orang yang sangat sayang sama ibu, beliau berjuang keras berikhtiar untuk mengobati ibu, waktu itu saya jarang berada dirumah karena harus bulak-balik dari satu rumah sakit ke rumahsakit yang lain dan dari tempat pengobatan alternative ke tempat pengobatan alternative yang lain yang jaraknya di luar kota bahkan di luar provinsi.

Hingga akhirnya Allah memanggil ‘emih’ pada saat usia saya menginjak umur 4 tahun. Ketika itu saya kehilangan sosok ibu yang baik, teladan bagi keluarga dan juga masyarakat. Yang saya ingat emih adalah ibu terbaik diseluruh dunia bagi saya, beliau tidak pernah berbicara keras apalagi kasar, beliau adalah orang yang sangat peduli kepada tetangga, bijak menyikapi persoalan yang ada dan sangat ramah.

Bapa adalah orang yang sangat baik, jujur, dan berintegritas tinggi. Meskipun agak “galak” tetapi semua anak-anaknya sangat menghormati beliau dan agak segan bila tidak melakukan perintah beliau.

Bapak adalah salah satu tokoh di desa, beliau biasa disebut “Ustadz” karena selain mahir membaca Al-Quran, bapa juga pandai membaca kitab gundul dan mampu berbicara dalam bahasa arab, memiliki jamaah pengajian, dan juga menjadi khotib baik shalat jum’ata, shalat ied dan tokoh jamiyyah. Bapak juga sangat menjaga kehormatan diri dan keluarga dengan tidak pernah melakukan hal-hal maksiat dan dilarang agama. Beliau adalah salah satu santri terbaik di Pondok Pesantren Raudhatul Mubtadi’in –pesantren tertua di karawang- pimpinan KH. Wasith yang sangat kondang diwilayah karawang dan sekitarnya

Pengalaman masa kecil yang masih teringat jelas adalah ketika Bapak saya membacakan dongeng tentang sejarah para nabi dan rasul mulai dari nabi adam, sampai Muhammad SAW. Pokoknya ketika saya menangis kerena meminta sesuatu atau karena hal yang lain yang dilakukan bapa adalah mengambil kitab kuning- saya juga ga tau kitab apa namanya- kemudian memulai cerita tentang nabi dengan memolak-balik kitab tersebut.

Setiap ba’da shalat magrib aku menceritakan kembali kisah-kisah nabi kepada para jamaah musholla yang persis berada didepan rumahku. Ketika kisah sudah habis kuceritakan, maka aku meminta bapakku untuk menceritakan kisah-kisah yang lainnnya. Dan seperti biasa aku ceritakan kembali kepada para jamaah musholla bada sholat, begitu seterusnya. Hingga para jamaah yang tak lain adalah para tetanggaku menjuluki ku sebagai “Mang Jaya”. Kenapa mang jaya? Ya ketika itu dikampungku sangat populer acara dongeng di radio, dan pendongeng yang terkenal bernama mang jaya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post