Matrasit

Salam kenal... Namaku Ahmad Rasyid (nama pena) atau Matrasit, terlahir di Sumenep pada tanggal 6 Mei 1967. Mulai Maret 1988 berprofesi guru di Kabupaten ...

Selengkapnya
Navigasi Web

AKANTHA KAMPOWAN SEKKEM

#04 SERI PAREBASAN MADURA

Akantha Kampowan Sekkem

Setiap orang akan pernah merasakan kemarahan. Yaitu suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan peningkatan: denyut jantung, tekanan darah, adrenalin (sejenis hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan gerak cepat tubuh), dan noradrenalin (sejenis sel yang berfungsi untuk mobilisasi otak dan tubuh untuk bergerak cepat). (wikipedia.org) Biasanya marah itu timbul sebab perasaan yang dominan secara perilaku, berupa ekspresif luar pada raut muka (wajah), gigi gemeretak, mata melotot, nafas tersengal, dan suara yang relatif keras. Marah juga sebab respon psikhologis atas tekanan dari pihak luar, semacam tindakan untuk menghindari (penyelamatan diri) selagi mungkin sehingga terkadang sampai terjadi agresi publik. Faktor kognitif yang dapat memicu rasa marah, yaitu sebab kurangnya pemahaman terhadap pokok masalah atau tak mampu mencari solusi terhadap upaya penyelesaian masalah.

Orang yang sedang marah sangat mungkin untuk melakukan kesalahan apabila terjadi kehilangan kemampuan pengendalian diri dan cenderung menilai lawan subjektif. Apabila hal itu terjadi dapat berdampak pada kualitas hidup pribadi dan sosial pula. Dari segi lain, kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Artinya apabila seseorang melakukan kesalahan dapat terkoreksi oleh kemarahan orang lain.

Tabiat seseorang dalam hal kemarahan berbeda-beda, ada yang mudah marah, tapi cepat redanya; ada yang sulit marah, tapi ketika marah ekspresinya sulit diredam. Yang paling berbahaya dampaknya apabila seseorang tidak menampakkan ekspresi kemarahan sehingga orang lain tidak mengira bahwa ia sedang marah. Ia memendamnya sekaligus akan memuntahkan aksi kemarahannya setelah orang lain lengah. Sebagaimana dalam peribahasa Madura "akantha kampowan sekkem". Istilah "kampowan" bermakna bara api (apoy mardha) yang terkumpul dalam satu tempat, berwarna merah, dan sangatlah panas. "Sekkem" adalah sebagian atau keseluruhan dari tumbuhan padi berupa: batang, dedaunan, dan atau kulit yang sudah mengering serta terpisah dengan bijinya (beras). Benda itu sangat mudah terbakar. Secara simbolik peribahasa "akantha kampowan sekkem" diucapkan (disandangkan) pada seseorang yang memiliki karakter sangat pendendam dan siap bereaksi "menikam" dari belakang ketika lawan tak menyadarinya. Dalam hal ini ia tidak jelas apakah kawan atau lawan. Sebab itu diperlukan kewaspadaan yang ekstra ketika menghadapi orang yang berkarakteristik semacam itu.

#ArtikelTigaAlinea

#by. Ahmad Rasyid

#Ambunten, 26 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post