Ahmad samsi

Mencerdaskan anak bangsa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menerawang lebih lebih jauh

Menerawang lebih lebih jauh

Henry David Thoreau mengatakan “alam semesta lebih luas dari pada apa yang kita lihat”

Ku dekati jendela di ruang tamu dan perlahan membuka jendela, lalu disambut perlahan pancaran sinar matahari yang menusuk alam semesta serta kedua bola mata saya. sembari menikmati irama sinar pagi, saya pun menatap wajah alam diluar jendela ini dan mengamati wajah alam semesta. Cengkramana diri saya dengan penglihatan terhadap alam semesta inu menuai proses dialog dalam level Perenungan yang menitik beratkan pada suatu kesimpulan yang berharga dalam diri saya bahwa ternyata saya merasa sangat kecil didalam ruangan ini ketimbang wajah alam yang luas terbentang dari sudut kutub tak terbatas. Perenungan ini pun mengoreksi isi batin saya, bahwa adanya hipotesis diluar pribadi kita masing masing yang sama sekali merasa tak pantas dibanggakan dalam diri kita masing-masing. Kita merasa pantas apa yang dimiliki menurut catur diri kita namun belum tentu hal itu disamakan bentuk pergulatan yang terjadi diluar kita.

Kutipan Tarthang Tulku “mendapatkan suatu perspektif yang lebih luas itu seperti membukasebuah jendela kedalam sebuah kamar yang penuh sesak-seluruh atmosfernya berubah dan angin segar membawa alternatif kepada cara kita bereaksi yang biasa”

Pada titik ini pun, selalu saya dari bahwa dibalik ruang yang amati sangat kecil sekali kemungkinan itu dipertahankan apabila dipersandingkan dengan fenonena dibalik wajah alam diluar jendela yang saya amati dengan luasanya, berbagai akrobat imajinasi yang menghubungkan semua sendi-sendi semesta.

“Alam semesta adalah perubahan;hidup kita adalah apa yang dibuat oleh gagasan kita”(marcus Aurelius).

Setelah berdiri sekian menit dekat jendela dengan memetik sebongkah alam semesta, lalu saya pun kembali duduk di kursi yang terbuat dari bambu sambil menikmati secangkir hangat kopi asli manggarai tanpa gula, sungguh pahit racikan kopi asli ini dan saya pun ada nuansa kontradiksi arus sayembara pagi buta ini antara pahit dan luasanya semesta yang saya pandangi hingga saya pun menerjuan jemari diatas pesawat kertas putih yang beralas pada meja terbuat dari bambu dengan menuangkan secuil bisikan imajinasi.

“apa yang mengantarku ke ilmu pengetahuanku dan sejak masa mudaku memenuhi batinku dengan antusiasme. Bahwa hukum pemikiran kita cocok dengan hal sah menurut hukum dalam perjalanan kesan-kesan yang kita terima dari dunia luar, jafi dengan sekedar berpikir manysia memungkinkan untuk memperoleh informasi tentang hal menurut hukum (Mark Planck).

Disela sinar matahari mampu menerbos jendela bambu, ku tatap kertas di pinggir jendela yang berisi tulisan seperti ini ” walau semesta pernah bergunjing bagaimana aku bahagia tanpa memandangnya, dia tetap mendekap saat aku terisak dalam bisu” sanaz nadia. Dan akhirnya saya pun mampu menghabiskan secangkir kopi.

Dan anda….????

By ahmad samsi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post