Ahmad Syaihu

'Manulislah dengan hati, dan niatkan untuk ibadah, karena tulisan anda akan menjadi warisan peradaban bagi generasi yang akan datang' Guru di MTsN 4 kota Surab...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukit Shofa dan Bukit Marwah (37)
Lintasan Sya"i dari Bukit Shofa ke Bukit Mawrah di lantai 2 (dokpri)

Bukit Shofa dan Bukit Marwah (37)

Rangkaian ibadah umrah setelah melakukan Thawaf, sholat sunah dua rekaat di Maqom Ibrahim, disunahkan untuk meminum air zamzam, kemudian melakukan salah satu rukun umrah yaitu Sya’i perjalanan dari Bukit Shofa menuju Bukit Marwah dengan berjalan atau lari-lari kecil, sebanyak 7 kalai, Jarak antara bukit Shofa dan bukit Marwah 450 meter, di pertengahan ada garis yang ditandai dengan lampu warna hijau sepanjang 100 meter di situlah jamaah dianjurkan untuk lari-lari kecil sambil berdoa, ketika penulis melakukan itu dibimbing doa Pembimbing Haji dari KBIH Bryan Makkah Surabaya.

Bukit Shofa dan bukit Marwa posisinya ada di sebelah kanan/timur Ka’bah namun masih di dalam kompleks Masjidil Haram, bukit Shofa dan bukit Marwah sekarang di lindungi dengan pelindung dari kaca untuk menghindari jamaah haji/umrah melakukan corat-coret di dinding bukit yang berwarna kuning kecoklatan tersebut, juga melindungi bukit Shofa dan bukit Marwah dari tangan tangan jahil jamaah yang ingin mengambil pecahan batu dari bukit Shofa maupun bukit Marwah

Perjalanan dimulai dari bukit Shofa menuju bukit Marwah, selama 7 kali dan berakhir di bukit Marwah, kemudian jamaah menghadap ke arah Ka’bah untuk memanjatkan doa yang dipimpin oleh pembimbing, dan setelah berdoa jamaah dipersilaahkan duduk untuk bersitirahat sambil minum air zamzam, setelah itu dilanjutkan dengan rukun umrah yang terakhir yaitu Tahalul, atau memotong minimal 3 helai rambut di kepala. Jamaah laki-laki yang memotong adalah Kyai pembimbing, sedankan jamaah perempuan yang berangkat bersama suaminya, maka yang berhak untuk memotong rambut adalah suaminya, atau muhrimnya yang menyertai melaksanakan ibadah umrah atau ibadah haji.

Mengapa jamaah haji dan jamaah umrah diwajibkan melaksanakan Sya’i, yang dimuat dalam Al Qur’an “Sesungguhnya Shofa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitulloh atau berumroh, tiada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah:158)

Bagaimana sejarah asal muasal ibadah Sya’i ini?

Zaman dahulu, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan Ismail yang saat itu masih bayi di sebuah gurun yang tandus. Tidak ada makanan atau pun air di situ. Namun dari sinilah akhirnya berdirinya kota Mekkah yang sekarang ramai dikunjungi oleh puluhan juta orang setiap tahun. Jadi perintah Allah itu tidak sembarangan.

Ibrahim a.s. lalu berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya, lalu berkata: “Kemanakah Anda hendak pergi dan mengapa Anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada seorangpun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apapun?” Siti Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim a.s. sama sekali tidak menoleh kepadanya.

Kemudian Siti Hajar berkata: “Adakah Allah yang memerintahkan Anda berbuat semacam ini?” Ibrahim a.s. menjawab: “Ya.” Siti Hajar berkata: “Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita.”

Ibu Ismail lalu kembali ke tempatnya semula. Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah, di sesuatu tempat yang tidak terlihat oleh Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah. Nabi Ibrahim berdoa:

”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS Ibrahim ayat 37).

Nabi Ibrahim memberi bekal makanan dan minuman untuk istri dan anaknya. Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan iapun haus, juga anaknyapun haus pula.

Siti Hajar melihat anaknya bergulung-gulung di tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu. Karena tidak tahan melihat keadaan anaknya, Siti Hajar melihat sekelilingnya dan tampaklah olehnya bahwa Shafa adalah bukit terdekat yang ada di samping dirinya. Iapun pergi ke puncak bukit Shofa dan melihat kalau-kalau ada orang yang lewat.

Selanjutnya ia turun dari bukit Shofa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi, iapun mengangkat gamisnya, terus berlari-lari kecil sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi bukit Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada orang yang lewat. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah.”

Oleh sebab itu para manusia dalam mengerjakan ibadah haji meneladani kelakuan Siti Hajar tersebut, bersa’i -yakni berlari-lari kecil -antara Shafa dan Marwah.”

Siti Hajar tidak berani meninggalkan Ismail terlalu jauh, sehingga akhirnya beliau bolak-balik ke bukit Shofa dan Marwah hingga 7x. Saat Ismail menangis, beliau hampiri. Di dekat Ismail, ada malaikat yang menjejakkan kakinya ke bumi. Dari situ keluar air segar yang kita kenal dengan mata air Zam Zam. Siti Hajar pun kemudian menciduk air Zamzam tsb dengan kedua tangannya dan ditaruh ke tempat air sehingga Ismail bisa minum air tsb dan berhenti menangis.

Dengan keluarnya air Zamzam tsb, daerah situ pun jadi subur. Kabilah Arab yang lewat dari suku Jurhum akhirnya minta izin kepada Siti Hajar untuk tinggal di situ. Sejak itu, daerah yang asal mulanya tandus itu terus berkembang sehingga menjadi kota Mekkah yang kita kenal sekarang. Kota Mekkah ini dikunjungi puluhan juta orang setiap tahunnya untuk berhaji dan umroh.

Air Zamzam pun tetap mengalir dan tidak habis meski milyaran orang sudah meminumnya selama ribuan tahun. Semoga kita diberi kesempatan oleh Allah untuk melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah sehingga bisa meneladani perjalanan Siti Hajar sebagai bentuk keimanan dan keimanan kepada Allah SWT, Insya Allah

Sumber: Al Qur’an dan Shahih Bukhari

Madrasahku, 08-12-2017 (Edisi Memory Haji 2016/ 1437 H)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang menarik, sangat bermanfaat untuk umat Islam yang masih awam dengan tata cara ibadah haji dan umrah.

08 Dec
Balas

Alhamdulillah kalau ada yang bisa diambil manfaatnya dari tulisan saya bu, sudah nulis perjalanan religi utk hari ini ibu?

09 Dec

Hebat Pak.

08 Dec
Balas

Semoga putrinya segera sembuh ibu

08 Dec



search

New Post