Ai Imas Mustikawati

A simple mother with a great dream...

Selengkapnya
Navigasi Web

RINDU MENULIS

Meisaroh tertawa terbahak – bahak, sambil matanya tidak lepas dari layar smartphone yang ia pegang. Namun seketika matanya berubah berkaca – kaca. Sesekali juga ia mengangguk – angguk lalu menggelengkan kepala berulang – ulang. Ya begitulah dia, disamping kesibukannya mengurus si kecil Zahra yang usianya belum genap 2 tahun, ia tetap bisa mengetahui aktifitas teman – temannya lewat media sosial facebook. Dia pun tak ingin ketinggalan berita, apalagi aneka macam resep masakan yang serba lezat dan juga berbagai artikel yang tentunya sangat bermanfaat yang berseliweran di beranda facebooknya. Tapi semua itu ia lakukan apabila anak bungsunya itu sedang anteng bermain. Kalau si bungsu sedang rewel dan minta ditemenin main, ia pun tak bisa apa – apa. Bahkan saat Zahra tidur pun sama saja, ia tetap tak bisa melakukan aktifitas apapun kecuali ikut berbaring dan tidur. Rasa lelah dan cape seringkali menderanya. Apalagi anak itu seringkali rewel minta digendong dan ditimang.

Siang itu Meisaroh rindu sekali ingin menulis, hatinya geregetan setelah dia membaca sebuah artikel dari seorang emak blogger yang sangat menginspirasi. Dia bergumam dalam hati, “moso … emak – emak aja bisa nulis bagus, kok aku yang masih muda ga bisa sih” dan dia benar – benar iri. Meisaroh bergegas mengambil ballpoint dan buku tulis, dia ingin menulis sesuatu yang menurutnya luar biasa. Kalau tulisan itu ia kirim ke media sosial pasti cetarrr membahana. Pasti banyak yang membacanya dan juga banyak yang ngelike. Meisaroh boleh bernafas lega, karena ketika ia melirik Zahra, anak itu sedang asik bermain dengan bonekanya tapi, baru saja Meisaroh menulis satu kata , anak kecil itu langsung beralih pandangan dan melihat kearah ibunya lalu berteriak kegirangan “ ibu … ibu … sini kupennya, ade mau tulis,” teriaknya sambil merebut buku dan ballpoint ditangan ibunya. Begitulah walaupun kosakata yang diucapkannya belum jelas tapi anak itu sangat cerewet dan serba ingin tahu. Akhirnya Meisaroh harus mengalah dan keinginan menulis pun saat ini hanya sebuah angan – angan. Setiap dia mencoba menulis, pasti anak bungsunya itu cepat kembali merebut alat tulis yang ia bawa. Apalagi kalau ia sudah membuka laptop langsung saja anak itu memencet – mencet keyboard sambil tertawa kegirangan. Alhasil keinginan menulis pun tak pernah kejadian, hampir 2 tahun. Ya selama hampir 2 tahun itu keinginannya hanya bisa ia pendam dalam hati.

Suaminya menyarankan agar meisaroh menulis saat anaknya tidur, “ bu coba geh, kalau si ade tidur ibu jangan ikut – ikutan tidur, ya itu waktunya nulis,” ujar suaminya pada suatu hari. Meisaroh nurut sama ucapan suaminya, walaupun pundaknya terasa pegal setelah menimang – nimang tuh bocah hingga akhirnya dia tertidur juga. Dengan perasaan lega meisaroh mulai duduk manis menghadapi laptop kesayangannya, walaupun ia tidak yakin akan merampungkan tulisan minimal 3 paragraf saja. Ketika jari – jemarinya sedang asik menari – nari diatas keyboard, tiba – tiba terdengar tangisan Zahra, “ibuu…siniii…” teriaknya sambil menangis. Meisaroh masih belum beranjak dari tempat duduknya, jemarinya masih lincah memencet setiap hurup seakan tidak mau kehilangan ide yang sudah ada dikepala wanita itu sejak lama. Terdengar suaminya sedang membujuk anak itu supaya diam dan menyuruhnya untuk tidur lagi, tapi tangisnya kian keras hingga akhirnya meisaroh pun menutup laptopnya dan berjalan menuju kamar Zahra. Setelah ia mengusap – usap punggungnya barulah anak itu diam lalu tertidur lagi dipelukan ibunya. Sesaat kemudian mata meisaroh mulai berat dan biasanya kalau ia menidurkan Zahra, ia pun ikut tertidur pulas.

Meisaroh berulangkali membuka handphonenya, ia ingin mengecek tulisannya yang baru saja ia kirim ke sosial media. Benar saja baru beberapa menit tulisan itu ia kirim, langsung beragam komentar memenuhi berandanya. Banyak sekali pembaca yang memuji tulisannya. Ratusan jempol, tanda mereka suka menghiasi tulisan meisaroh. Ada rasa bangga yang membuncah, betapa tidak ia yang kesehariannya direpotkan dengan balita dan pekerjaan rumah tangga yang tiada henti tapi ia mampu membuat tulisan yang dahsyat. “Saya salut mbak, sebagai seorang ibu rumah tangga mbak begitu berani membuat tulisan seperti itu” kata salah seorang komentator. “Ah biasa saja pa, saya memang perlu bersuara kepada pemerintah. Mengenai full day school memang kurang cocok untuk diterapkan di daerah saya” Meisaroh dengan senyum bahagia membalas di kolom komentar. Seharian Meisaroh disibukan dengan membalas komentar – komentar yang semuanya tentu saja memuji tulisannya. Beribu - ribu like dan beribu - ribu komentar hingga tulisan yang menentang kebijakan mendikbud tentang full day school itu akhirnya menjadi viral. Meisaroh tak menyangka, tulisannya bakal menjadi seheboh ini. Wartawan lokal dan nasional berdatangan kerumahnya, belum lagi undangan dari radio dan televisi. “Oh alangkah bahagianya hatiku, sekarang aku adalah emak…emak si penulis hebat” hati kecilnya bernyanyi – nyanyi.

Meisaroh sedang bersiap – siap, ia berdandan rapi sekali. Suami dan anaknya juga sudah rapi. “Mas…nanti pas sesi wawancara mas jagain Zahra sebentar ya…?” pinta Meisaroh pada suaminya. “Iya…bu, mas bangga deh punya istri yang cerdas, cantik lagi.” Puji suaminya, lagi – lagi Meisaroh tersenyum, senyum bahagia.

Jadwal hari ini Meisaroh di undang ke istana negara, ia diundang oleh bapak presiden. Katanya bapak presiden sangat bangga, ada seorang ibu rumah tangga berani mengeluarkan pendapat yang dianggap sangat bermanfaat, dimana orang – orang diluar sana hanya bisa terdiam dan nerimo saja dengan segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sebelum berangkat Meisaroh membuka handphonenya, ia ingin memperbaharui statusnya bahwa hari ini ia akan bertemu bapak presiden. Belum sempat ia menulis, ada seorang penulis yang menandainya. Perlahan – lahan ia membaca tulisan itu “Meisaroh, ibu rumah tangga yang menentang full day school adalah seorang plagiat”. Plakkk…wajahnya serasa ada yang menampar. Ada ribuan komentar yang mencacinya. Matanya nanar menatap layar handphone. Jempol – jempol para liker itu berubah menjadi telunjuk – telunjuk yang menunjuk - nunjuk Meisaroh dengan bengis dan menakutkan. “Dasar plagiat…plagiat….bedebah…plagiaaaattt.” Teriak mereka ramai – ramai. Meisaroh menutup wajahnya, ia menangis sesegukan lalu menjerit sejadi – jadinya “kalian jahat, aku hanya menyalin satu paragraph saja dari penulis senior itu selebihnya itu tulisanku.” Meisaroh berusaha membela diri. Tapi orang – orang itu tidak mau mengerti, mereka bertambah garang mencercanya. Tak ada lagi yang memujinya semua orang mencibirnya. Meisaroh sudah tak tahan lagi dengan kedaan ini, dia melempar handphonenya sambil berteriak “aku bukan plagiat…aku bukan plagiaaaat…..” .

“Bu…bu…bangun…, sore – sore gini masih tidur pamali. Ayo sana lekas sholat ashar waktu sholatnya keburu habis.” Meisaroh terperanjat lalu bangun. “ Mas…handphone aku mana…?” Tanyanya sambil duduk dipinggir tempat tidur. “Kamu itu, bangun tidur malah nanyain Hp, tuh Hpmu berantakan jatuh tadi waktu kamu tidur, kesenggol kali.” Ujar suaminya sambil berlalu. Meisaroh masih tampak bengong. Ia melirik Zahra yang masih tidur nyenyak. “Rupanya aku mimpi, Alhamdulillah ya Alloh… . Aku bukan plagiat”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pa hadi ternyata kita berteman di facebook ya hheee

20 Jun
Balas

Apa iya? hehee

12 Jul

Top banget.

20 Jun
Balas

Terima kasih pa lagi belajar menulis nih hhee

20 Jun

Tetap semangat menulis mba...mantap

20 Jun
Balas

Terimakasih bu

20 Jun

Semangat terus mba ai

20 Jun
Balas

Terimakasih ibu

20 Jun

hehe...

21 Jun
Balas

Ceritanya sederhana tapi mengalir. Keren.

20 Jun
Balas

Masih belajar pa, terimakasih

20 Jun



search

New Post