Ailen Rossananda

Ailen Rossa Nanda, lahir di Bukittinggi pada hari Minggu tanggal 6 April 1969. Merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Menempuh pendidikan dasar di kota kela...

Selengkapnya
Navigasi Web

18. TAWAF

Tawaf berarti mengelilingi, maksudnya mengelilingi Ka’bah senyak tujuh putaran, dimulai dan diakhiri pada arah sejajar dengan Hajar Aswad, posisi Ka’bah harus berada di sebelah kiri muthawif ( orang yang tawaf). Tawaf ada beberapa macam. Pertama adalah tawaf wajib/ rukun haji atau umrah. Seperti yang telah saya ceritakan pada bagian cerita yang lalu, kami berpakaian ihram dari Madinah kemudian mengambil niat umrah di Bir Ali. Dipandu oleh pembeimbing sampai selesai dini hari.

Selain tawaf wajib tersebut ada juga tawaf sunnah yaitu tawaf yang dapat dilakukan kapan saja tergantung kemauan dan kesanggupan jamaah. Untuk tawaf sunnah ini, tidak harus dilakukan sebanyak tujuh putaran namun berapa sanggup saja. Untuk memaksimalkan ibadah dalam waktu yang singkat yaitu hanya empat hari di Makkah, Saya, Jus dan suami berjanji akan tahajud pada malam kedua kami di Makkah. Setelah makan malam kami berjanji bangun pukul 02.00 untuk pergi ke Masjidil Haram, melakukan berbagai ibadah di sana. Agar tidak tertidur saya hidupkan alarm pukul 01.30.

Benar saja, alarm berbunyi membangunkan saya. Saya mandi bergantian dengan Jus. Sementara dua ibu-ibu yang sekamar dengan saya tidak ikut karena masih lelah. Setelah berpakaian kami menuju lobi. Ketika menuju lift, kami bertemu suami saya bermaksud menunggu di depan kamar. Kami bertiga berjalan menuju Masjidil Haram dini hari,

Suasana di luar hotel tidak berbeda dengan siang hari. Jamaah ramai menuju Masjidil Haram. Ada bus yang menurunkan jamaah yang baru datang dari berbagai penjuru negeri. Ada pula bus yang mengangkut jamaah meninggalkan Kota Mekkah. Toko-toko di sepanjang jalanpun tetap buka.

Sampai di pelataran Masjidil Haram juga sama, banyak sekali jamaah yang shalat sunnah dan mengaji. Saya berharap tidak terlalu padat yang bertawaf, saya sangat ingin meraih Hajar Aswad. Namun, sepanjang jalan suami saya mengingatkan jangan terlalu dipaksakan, karena dapat membahayakan diri. Jika lengang, kita coba, jika tidak memungkinkan jangan dipaksa. Sesampai di depan Ka’bah, subhanallah, ramai sekali. Kami bertiga bertawaf tujuh kali. Setelah itu shalat sunat dua rakaat dan minum air zam-zam.

Kami duduk lagi di pelataran Ka’bah, bermaksud shalat tahajud dan membaca Al-Quran sambil menunggu waktu subuh. Saya ingin melihat dari dekat bagaimana shalat wajib di depan Ka’bah. Saya ingin melihat dimana imam berdiri, corong mikrophonnya dimana, dan bayak pertanyaan lainnya. Ternyata pelataran itu diperuntukan untuk jamaah shalat dua rakaat setelah tawaf. Kamipun di suruh pindah oleh polisi yang menjaganya. Setelah mengambil gambar dari dekat, kamipun pindah ke lantai dua menunggu waktu subuh masuk.

Tawaf berikutnya adalah ketika badal umroh untuk orang yang sudah meninggal. Ini termasuk fasilitas yang diberikan oleh travel Rizkya. Kami dipandu untuk melaksanakan badal umroh. Hampir seluruh jamaah melaksanakan ini. Ada yang mengumrahkan orang tua, mertua, saudara da nada jamaah yang tidak sanggup melaksanakannya. Saya dan suami juga melaksanakannya, suami mengumrohkan papanya, sedangkan saya mengumrahkan mertua (mama suami). Kedua orang tua suami telah meninggal. Sementara kedua orang tua saya masih hidup, Ibu saya sudah pernah berhaji dan ayah saya sudah di umrah dan hajikan oleh adik saya.

Untuk ibadah ini kami harus memasang niat di Miqat terdekat dari Kota Mekkah. Kami melaksanakan niat umrah ini di Masjid Ji’rana yang jaraknya lebih kurang 26 km dari Mekkah. Karena ini fasilitas dari travel kami, kami dibawa dengan bus pariwisata yang disopiri oleh orang Arab. Masjid Ji’rana tidak terlalu besar. Kamar mandinya terbatas. Kami sudah mencari alternative tempat berwuduk lainnya, namun penuh dan airnya terbatas.

Ada peristiwa lucu di bus kami. Bus dengan fasilitas toiletnya yang bagus dan airnya yang bersih. Terlintas ide dari salah seorang jamaah untuk berwuduk di toilet bus saja. Kira-kira enam atau tujuh orang berhasil berwuduk di toilet bus. Entah bagaimana, kamipun tidak menyangka kalau tidak boleh berwuduk di sana, sopir yang orang Arab ini tau. Diapun mencak-mencak denngan Bahasa Arab yang tidak kami ketahui artinya. Yang pasti dia marah dan mengunci toilet bus.

Jamaah lainnya tentu harus rela antre berwuduk dan shalat dua rakaat di Masjid Ji’rana. Setelah memasang niat, kami menuju Masjidil Haram untuk bertawaf. Sama seperti kami baru sampai di Mekkah, kami dipandu oleh pembimbing untuk tawaf, bedanya tawaf ini kami lakukan siang hari menjelang waktu ashar. Selesai tawaf, shalat dua rakaat dan minum air zam-zam. Kami tidak menemukan rombongan bapak-bapak. Kami terpisah. Waktu ashar hampir masuk. Kami terdiri dari jamaah perempuan sekitar sepuluh orang. Ada yang mengusulkan berdiri saja disini menunggu, siapa tau rombongan pembimbing dan bapak-bapak belum selesai shalat sunah tawaf. Akhirnya kami putuskan berjalan ke lantai dua, sambil mencari rombongan. Tiba-tiba di lokasi sai kami melihat syal orange, nah, itu dia rombongan kami. Kami mengikuti untuk bersai.

Baru satu putaran sa’i, waktu ashar masuk. Dipandu pembimbing, semua menghadap Ka’bah. Mengikuti imam untuk shalat ashar. Setalah shalat ashar, ibadah sa’i dilanjutkan kembali sampai selesai. Ada petunjuk Allah yang saya rasakan ketika terpisah dari rombongan. Banyak pendapat dari jamaah yang serombongan dengan saya. Ada yang menyuruh tunggu saja di dekat tempat shalat, ada yang mengusulkan shalat ashar dulu baru ke tempat sa’i. Kata hati menyuruh berjalan ke tempat sai yaitu di lantai dua. Saat itulah kami melihat rombongan bapak-bapak. Coba jika tidak bertemu dengan pembimbing. Tentu kami melaksanakan sa’i dengan mengikutii rombongan yang lain saja. Selesai sa’i kami bertahalul. Selesailah badal umrah. Semoga niat mengu-umrahkan orang tua diijabah oleh Allah, aamiin!

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post