4. AIR MINERAL DAN PULSA DATA
Sesampai di bandara kami menyetor koper. Kami di sambut petugas travel umrah dengan snack kotak. Kami diberi kokarde identitas, syal dan bantal leher. Sebelum keberangkatan, di group disarankan untuk membeli paket data selama di sana. Menurut pembimbing, harga 200rb untuk 15 hari itu murah. Saya pun ikut memesan. Untuk berkomunikasi dengan keluarga di tanah air dan sesame anggota group nanti.
Waktu zuhur masuk, kami shalat zuhur jamak dijamak qasar dengan asyar. Sampai selesai shalat paket data belum juga datang. Kami sudah di panggil oleh pembimbing untuk cek in. sampai selesai cek in, orang yang menjual paket data tidak juga datang. Saya putuskan untuk tidak jadi membelinya. Tentang pulsa data yang tidak jadi saya beli, menjadi cerita sendiri nantinya di tanah suci. Kamipun menuju ruang tunggu di lantai dua. Makan siang dengan bekal yang dibawa dari rumah.
Kami menunggu penerbangan menuju Malaysia. Dalam jadwal perjalanan saya baca, kami di bawa tour dulu ke Malaysia, kemudian baru menuju Jeddah. Kami diberitahu pembimbing kalau di imigrasi tidak diizinkan membawa cairan termasuk air mineral. Jadi kami harus menghabiskan persediaan air atau dibuang ke tempat sampah.
Ini adalah kali kedua saya ke Kuala Lumpur. Sebelumnya sekitar lima tahun yang lalu, saya ikut tour wisata tiga Negara yaitu Thailand, Singapore dan Malaysia. Seingat saya ketika itu kami tidak dilarang membawa air mineral. Ketika saya browsing di internet ternyata aturan ini untuk menghindari upaya teroris yang meneror lewat bahan peledak berbentuk cairan. Sebegitunya ternyata. Untung perjalanan hanya sekitar 35 menit.
Untuk aturan ini tidak hanya air mineral, tetapi juga untuk cairan lain seperti hand body, obat-obatan, juz dan lain-lain. Say lihat ada jamaah yang membagi-bagi cream pelembab. Dari pada dibuang, lebih baik dimanfaatkan. Harusnya krem tersebut diletakkan di koper besar jika akan dipakai di sana.
Cerita tentang air mineral ini berbuntut panjang. Sesampai di Kuala Lumpur saya sudah mulai haus. Mau beli air mineral tidak ada mata uang ringgit. Namanya saja di bandara, kalau di pasar atau swalayan mungkin saja mereka mau menerima rupiah. Saya coba cari money changer, antreannya panjang. Hausnya ditahan saja.
Kami dipanggil untuk mengambil koper besar. Di ruangan yang cukup besar kami mencari koper masing-masing untuk cek in lagi menuju Jeddah. Setelah koper di dapat, dikelompokkan menurut kelompok masing-masing. Rombongan dari travel kami bertambah banyak. Ada rombongan dari Riau ikut bergabung. Paspor dikumpul kembali untuk cek in. Menunggu penerbangan kami dibawa keliling Malaysia dulu. Untung kami diberi snack kotak saat antre cek in. Saya hemat-hematkan air mineral yang hanya sebotol kecil. Kami direncanakan akan mengunjungi menara kembar. Sebelum itu kita makan malam dulu, kata guide. Saya akan minum sepuas-puasnya, pikir saya.
(bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar