GELASIS SMANDATIKA, UPAYA MENGHARGAI KARYA SISWA
Oleh: Ailen Rossa Nanda, M.Pd.
Hasil dari pembelajaran menulis adalah karya siswa berupa tulisan dalam bentuk puisi, pantun, cerpen, artikel dan sebagainya, Yang dilakukan guru terhadap tulisan tersebut adalah memberi nilai dan komentar. Ada juga yang memajang di depan kelas, di majalah dinding atau majalah sekolah. Itulah sebagian bentuk apresiasi pada tulisan yang siswa.
Hampir semua cara di atas dilakukan oleh banyak guru dalam pembelajaran di kelas. Kertas atau buku tugas siswa yang berisi tulisan seperti puisi, cerpen atau tulisan lainnya berakhir pula seiiring berakhirnya tahun ajaran. Buku tugas jarang bahkan tidak pernah dibaca lagi. Karya siswa terkubur bersama tumpukan buku. Bahkan sering menjadi limbah kertas yang dibakar atau dijual ke tukang loak.
Tidakkah terpikirkan untuk meletakkan karya siswa ditempat yang lebih layak? Menerbitkannya dalam bentuk buku misalnya. Itulah yang saya lakukan di sebuah sekolah kecil di pinggir Kota Bukittinggi. Munculkanya keinginan untuk menerbitkan karya siswa ini termotivasi dari pelatihan menulis yang saya bersama Media Guru. Saya tergabung dalam alumni MWC 3. Dari kegiatan tersebut terbitlah buku kisah hidup sendiri yang berjudul “Selancar Angan”. Buku ini menjawab mimpi saya bertahun-tahun tentang kekaguman pada sosok penulis-penulis terkenal. Merupakan sesuatu yang luar biasa rasanya ketika nama sendiri tertera di sampul buku. Ada rasa yang sulit dilukiskan. Pada usia yang tidak muda lagi yakni 48 tahun, baru dapat memiliki sebuah buku sendiri.
Berbekal buku inilah saya memotivasi siswa untuk menulis di usia muda dan menerbitkan buku ber-ISBN. Ide ini benar-benar terinspirasi dari hasil pelatihan media guru. Jika dalam pelatihan peserta dipaksa menulis dalam satu malam, dalam kegiatan literasi ini siswa terpaksa menulis karena tuntutan indikator. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sudah pasti siswa menghasilkan tulisan. Itulah yang akan dijadikan buku. Tidak sulitkan?
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Menyusun program Gelasis Smandatika
Program gerakan literasi siswa SMA Negeri 2 Tilatang Kamang (Gelasis Smandatika) ini termuat dalam KTSP sekolah. Gerakan ini terencana dan dianggarkan oleh sekolah. Kegiatannya sesuai dengan edaran menteri dalam gerakan literasi nasional yaitu membaca 15 menit sebelum belajar, membuat pustaka mini di setiap kelas, membuat pojok literasi dan menerbitkan karya siswa.
2. Mendata Materi Pokok Menulis
Di awal tahun saya mendata indikator menulis. Pada setiap tingkat terdapat kompetensi dasar menulis. Guru tinggal memandu siswa menghasilkan tulisan yang berkualitas yang layak untuk diterbitkan.
3. Mengedit Tulisan Siswa
Beruntung saya juga telah mengikuti kelas editor media guru, sehingga telah memperoleh bekal untuk mengedit tulisan untuk dijadikan buku. Jika tulisannya berupa puisi, tidak begitu sulit untuk mengedit. Kalau berupa artikel, cerpen dan cerita sejarah. Editor bekerja ekstra agar tulisan layak untuk dibaca.
4. Mencari Penerbit
Saat ini banyak penerbit buku bijian yang menawarkan jasa dengan biaya terjangkau. Setelah menghubungi beberapa penerbit, didapatlah penerbit yang harganya terjangkau kantong siswa dan hasilnya bagus. Dengan menunggu kurang lebih 3 bulan, hasil karya siswa terdokumentasi rapi dalam sebuah buku ber-ISBN.
5. Peluncuran Buku
Peluncuran buku merupakan agenda tahunan di Smandatika. Dengan mengadobsi cara media guru, smandatika juga mengagendakan peluncuran buku di acara perpisahan. Selama tiga tahun berturut-turut penulis buku selalu bertambah. Ibarat virus, wabah menulis telah meluas. Acara peluncuran buku merupakan ajang memberi apresiasi terhadap pencapaian siswa.
Berikut hasil karya siswa yang telah diterbitkan:
1. Ibu Padamu Kutitipkan Cinta, antologi puisi karya siswa kelas XII
2. Pelangi yang Selalu Ada, antologi cerpen siswa kelas XI IPA
3. Tentang Senja, antologi puisi siswa kelas XII
4. Sejarah yang Berkisah, antologi teks cerita sejaran siswa kelas XII
5. Meraih Hidayah, karya Rizandy Marsya
6. The Strory of my life karya Redho Saputra
7. Tariqti fii Haya karya Qawiyul Fikrii
8. Pondok Kecil Sejuta Kenangan karya Henny Febriyola
Buku-buku ini terdokumentasi di perpustakaan sekolah. Inilah salah satu kebanggaan seorang guru. Ketika siswanya dapat menghasilkan karya melebihi apa yang diberikannya.
BIODATA PENULIS
Ailen Rossa Nanda, M.Pd.
Lahir di Bukittinggi tanggal 6 April 1969. Seorang guru Bahasa Indonesia yang suka membaca dan menulis. Menyadari tanggung jawab moral mengajarkan membaca dan menulis kepada siswa membuatnya berusaha menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Menerbitkan karya siswa salah satunya.
Mengajar di SMA Negeri 2 Tilatang Kamang sejak tahun 2004 sampai sekarang. Gemar mengikuti berbagai kompetisi menulis. Dengan kompetisi sehat ini dapat membuka cakrawala berpikir dan memiliki banyak teman di seluruh nusantara. Menjadi pemenang adalah bonusnya.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih..
Rancak bana uni. Sukses selalu
kalau untuk mapel selain bahasa indonesia bagaimana buguru. ada saran kah. misal mapel biologi SMA
Bisa saja bu. Kumpulan tugas biologi dibukukan.
Sukses selalu, say..
Makasih say