Selama kurang lebih dua minggu pembelajaran di ajaran baru ini dilaksanakan, menyisakan berbagai cerita. Ada cerita sedih, ketika siswa menyampaikan dia tidak dapat mengikuti pembelajaran karena tidak punya android. Ada siswa yang mengikuti dengan baik tanpa kendala. Ada orang tua yang mengomel karena tidak sanggup mengawasi anaknya belajar di rumah. Banyak ungkapan protes dari yang sopan, blak-blakan bahkan hujatan di media sosial. Semua reaksi itu wajar adanya. Tergantung kepada kapasitas masing-masing. Saya sebagai guru menilai dari sudut pandang yang berbeda. Keluhan masyarakat tetap ditanggapi untuk dicarikan solusi terbaik.

Selama mengajar daring juga banyak suka dan dukanya. Walaupun banyak menampung keluhan, cerita bahagianya juga ada. Tadi pagi Sapta Renaldi, siswa kelas XI IPS1 menemui saya dengan membawa sebuah keranjang terbuat dari kertas.

“ Ini tugas Sapta, bu!”, katanya. Saya heran, rasanya saya tidak pernah memberi pelajaran membuat keranjang dari kertas Koran.

“ Tugas membuat keranjang?” saya bertanya.

“ Iya, kemarin ibu posting,” jawabnya lagi.

Saya baru ingat dengan tugas yang saya posting yaitu menganalisis struktur dan kebahasaan teks prosedur. Tapi saya belum menugaskannya membuat teks prosedur. Rupanya siswa saya telah melampaui indikator yang saya berikan.

“ Bagus sekali keranjang yang kamu bikin. Dari koran bekas lagi. Kamu telah memanfaatkan limbah. Kamu catat langkah-langkah kerja membuat keranjang ini, terus kamu foto hasilnya. Itulah teks prosedur, yang akan kita pelajarani pada pertemuan berikut”, jelas saya.

Sapta dengan sumbringah mengiyakan apa yang saya katakan. Dengan senang hati dia pulang. Siapa bilang belajar daring membuat siswa jadi bodoh. Buktinya siswa saya, belum diajarkan sudah dikerjakannya.