Aku cukup paham dengan alasan ibu membuang kucing-kucingku. Perkembangbiakannya yang cukup cepat membuat kami kewalahan. Aku browsing bagaimana caranya supaya kucing-kucing ku bisa ber-KB. Ada kudengar iklan sterilisasi kucing gratis, kudatangi tempat itu. Ternyata hanya untuk pemilik yang memiliki KTP Bukittinggi sementara aku tinggal di Agam. Kalau bayar, aku harus merogoh kocek 350rb seekor, sementara yang harus kusteril ada 5 ekor. Prosedur sterilnyapun ribet. Kucing harus puasa dulu, sementara kucing-kucingku tidak biasa dikurung.

Pernah dulu aku punya kucing betina. Setelah punya anak, aku bawa ke mantri untuk di suntik KB. Ternyata berpengaruh pada emosinya. Kucingku jadi pemarah dan suka mencakar. Teringat itu, aku tidak mau menyuntik mereka. Bagaimana jika kuberi pil KB saja, pikirku. Nanti akan kutumbuk, kucampur ke makanannya.

Pergilah aku ke apotek. Seumur-umur aku belum pernah minum pil KB. Hari ini aku harus pura-pura membelinya untukku. Ketika kutanyakan, petugas apotik menanyakan merknya. Aduh, apa ya? Kukatakan aku mau ganti kontrasepsi. Kuminta merk yang bagus. Setelah diberikan dia mengingatkan, minumnya dihari pertama haid ya bu, dan tidak boleh bolong. Aku melongo...