Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh nasional yang sangat berpengaruh di Indonesia baik pada masa sebelum kemerdekaan maupun sesudahnya. Sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, beliau banyak mempunyai misi ke depan yang sampai saat ini sangat relevan dengan kondisi dan perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini. Pemikiran filosofis KHD sangat luar biasa. Asas trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris, Asas Tut Wuri Handayani, serta Trisentra pendidikan merujuk pada pendidikan dengan system among yang tidak luput dari amaran (punishment) sebagai suatu pembinaan bukan paksaan yang menimbulkan trauma dan mematikan kemerdekaan anak mengembangkan bakat dan talentanya.
Banyak Pengetahuan dan Pengalaman baru yang saya dapat setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Anak yang “Merdeka Belajar” adalah impian besar beliau. Pendidikan harus holistik dan seimbang untuk menciptakan kesempurnaan budi pekerti dan membawa pada kebijaksanaan. Dalam proses pembelajaran harus menghormati anak dengan ikhlas dan tanpa berpihak. “Ing ngarso sun tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” tidak pernah lekang oleh zaman untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dunia pendidikan. Pemikiran tersebut sangat relevan dengan Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan menciptakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pada saat inilah saya mengenal enam profil pelajar Pancasila, yaitu beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Kita semua adalah pelajar sepanjang hayat yang harus berkembang sesuai kodrat alam dan zaman yang tidak pernah statis ataupun sama.
Sebelum mempelajari Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Saya percaya bahwa:
a) Murid-murid saya sulit untuk belajar mandiri apalagi di masa pandemi ini. Hal tersebut karena kondisi tempat tinggal mereka yang terlalu timpang antara di dalam hutan dan di pinggir tempat wisata. Juga kondisi orang tua yang tidak bisa membimbing putra-putrinya belajar.
b) Murid-murid saya tidak mempunyai potensi atau kemampuan yang dapat dibanggakan, apalagi kemampuan untuk menjadi juara di kompetisi sains baik di tingkat kecamatan ataupun lainnya.
c) Pembelajaran di kelas (virtual) saat pandemi ini, tidak bisa terlaksana secara maksimal. Hal ini karena kondisi ekonomi dan kondisi alam yang terkait dengan sinyal internet.
d) Pembelajaran yang saya lakukan kurang efektif karena banyaknya saya sendiri kurang mampu mengembangakan media dan metode pembelajaran bagi peserta didik saya.
Setelah mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, tentu pemikiran tersebut tidaklah benar. Bukan kondisi atau keadaannya yang salah, tetapi cara berpikir dan langkah saya yang kurang tepat karena tidak berani beraktualisasi diri sesuai dengan kemampuan tentunya. Untuk itu ada beberapa perubahan tentang pemikiran atau perilaku saya terkait dengan pandangan murid dan pembelajaran di kelas saya, yaitu:
a). Pendidikan harus Holistik. Meliputi semua elemen yang ada di sekitar dalam membentuk karakter anak. Di mana saja (segala tempat) adalah sekolah dan siapa saja adalah guru.
b). Pendidikan bukan untuk mendapatkan juara atau nilai yang bagus saja, tetapi memperoleh perubahan budi pekerti menjadi lebih baik. Setiap anak adalah unik karena memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Keunikan tersebut harus bisa dituntun untuk mengembangkan diri menghadapi kehidupan.
c). Perubahan haruslah berawal dari diri sendiri. Kita tidak perlu merubah orang lain untuk menjadi lebih baik, jika diri kita sendiri tidak bisa berubah menjadi lebih baik.
d). Menghargai diri sendiri perlu dilakukan agar percaya diri dalam mengembangkan potensi diri.
Dari Hal-hal tersebut di atas, maka hal-hal yang bisa saya terapkan lebih baik di kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah:
1). Menghargai diri sendiri. Manusia tidaklah sempurna, kesalahan yang mungkin akan dilakukan pasti dapat diperbaiki. Tidak boleh rendah diri maupun tinggi hati.
2). Yakin bahwa saya memiliki kekuatan dan keberanian untuk melakukan hal-hal seperti yang bisa dilakukan oleh guru-guru hebat di CGP. Berusaha bergaul dengan siapapun tanpa rasa takut salah karena mempunyai niat yang baik.
3). Merubah cara mengajar dan mendidik siswa dengan mengutamakan keberagaman potensi dan kondisi mereka. Tidak pesimis atas kemampuan peserta didik.
4). Menekankan pada pemahaman dan proses belajar sesuatu agar siswa mendapatkan pengalaman yang baik. Bukan pada hafalan atau mendapat nilai baik saja.
Semoga kita semua tetap semangat merdeka belajar dan selalu sehat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih banak Bu Iin...eh Kak Iin. Belajar dari Njenengan juga. Salam Literasi
Terima kasih banak Bu Iin...eh Kak Iin. Belajar dari Njenengan juga. Salam Literasi
Terima kasih banak Bu Iin...eh Kak Iin. Belajar dari Njenengan juga. Salam Literasi
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih banyak Bapak. Salam kenal dan Salam Literasi
Keren menewen Bu