Kretas, 24062022

Yogyakarta adalah kota istimewa. Bukan karena sebagai provinsi tersendiri selaku daerah istimewa. Berawal dari sejarah, Yogyakarta merupakan kesultanan yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I pada tahun 1755. Kesultanan yang masih eksis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemimpin kesultanan Hadiningrat adalah tokoh pahlawan nasional. Sampai saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X meminpin DIY tanpa meninggalkan budaya dan karakter Yogya. Keramahan rakyatnya, kelestarian istana Yogya, kesenian dan budaya yang ada, bangunan keajaiban dunia, serta eksotis geografis menjadikan Yogya sebagai kota impian. Perguruan tinggi tertua dan terbaik di negeri ini, UGM, telah melahirkan banyak orang hebat. Yogyakarta merupakan kota tua yang menjadi pusat para seniman dan penikmat seni. Para seniman yang membawa budaya Jawa sampai ke tanah seberang. Seni tari, pertunjukan, ukir, dan lagu menjadi daya tarik warga dunia.

Beberapa kali, Yogyakarta dilanda bencana alam besar. Gempa bumi pada 27 Mei 2006 dan erupsi Merapi pada Oktober-November 2010 yang merenggut nyawa juru kunci Merapi, Mbah Marijan, adalah bencana yang diingat oleh rakyat seluruh Indonesia. Bekas bencana tersebut mendatangkan berkah tersendiri bagi masuarakat setempat setelah sekian tahun lamanya dilanda kesedihan dan semangat bangkit dari kesedihan. Ada beberapa destinasi wisata yang mengingatkan betapa dasyatnya bencana ketika Yang Kuasa berkehendak. Bunker Kaliadem, Tour Lava, Museum Sisa Hartaku, Stonehenge Merapi, Museum Merapi, Kali Kuning, Bukit Glagahsari, dan Bukit Klangon menjadi tempat wisata menarik bagi para traveler.

Suasana Yogya kala terbit sang surya sampai malam hari memberikan angin kedamaian bagi penikmatnya. Ramahnya para penjaja cindera mata yang menawarkan barang dagangannya, seni pertunjukkan yang digelar di istana atau tempat seni lainnya, alunan gamelan Jawa yang terdengar mendamaikan, suara merdu musisi jalanan di Malioboro, hasil seni para pelukis jalanan, serta gerak theatrikal seniman yang lepas merdeka untuk dinikmani. Berdesir aliran darah menginjakkan kaki di Yogya.

Mata tidak rela terpejam menyaksikan pesona alam yang ada. Telinga termanjakan alunan suara yang ada di Yogya. Mulut tidak hentinya berdecak kagum, lidah mengalirkan liur lezatnya kuliner khas Yogya. Tangan selalu merasakan lembutnya berbagai motif batik maupun gerabah. Kaki tiada lelah melangkah menuju arah pelosok Yogya. Perjalanan melelahkan tentu terbayarkan sesampai di Yogya.

Kulepas asa yang ada

Demi tugas terlaksana

Impian selama empat dasawarsa

Kekal selama belum tercipta nyata

Para pengelana berbahagia

Salam untuk Yogya

#Salam Literasi

#Salam dan Bahagia