Ada pesan yang masuk di gawaiku. Email pun berisi pesan yang sama, untuk mengikuti Program Guru Penggerak.

Ragu. Itulah sifat yang masih sering melekat, yang kadang menghambat. Hingga hari terakhir pendaftaran, hatiku belum bergeming untuk mengikutinya.

Sebuah motivasi kulihat di status WA sahabat. Mencobalah karena Kesempatan tak terulang. Keberhasilan bukan tujuan. Pengalaman adalah guru terbaik.

Sore yang teduh, kucoba hubungi staf TU, untuk membuat surat rekomendasi. Malam semakin larut, saat data berhasil kukirimkan menjelang deadline penutup.

Seleksi berkas terlewati. Ada 19.000-an peserta. Pengumuman tes pun kuterima. Membuat artikel yang dibatasi waktu. 300 kata, 500 kata terus berjalan. Entah berapa ribu kata yang kutulis. Jari tanganku yang jarang menulis di laptop terasa kaku. Berpacu dengan waktu.

"Bantu dong..." Aku mulai panik, saat kulihat masih ada deretan tanya yang belum kujawab. "Kerjakan sendiri kalo mau lulus GP! "Jawab suamiku.

Tega ih.... Tapi benar juga. Aku harus terbiasa memainkan laptop untuk menulis. Bukan hanya di HP.

Pasrah.

Ternyata tes tertulis lolos. Selang sepekan lanjut tes TPA. Deretan soal berjibun. Matematika penalaran hingga logika berkejaran dengan waktu. Alhamdulillah, aku dinyatakan lolos juga.

Pengumuman selanjutnya, harus kuikuti tes simulasi mengajar. Ada kisah yang bikin heboh.

Cerita bersambung esok ya.... Sudah larut, hehe...