Ainaul Mardliyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Maafkan Aku yang Tak Sengaja

Maafkan Aku yang Tak Sengaja

Ini sekelumit kisahku, yang tak pernah kulupa. Betapa lisanku pernah menyakiti hati orang lain.

Hampir 10 tahun yang lalu, kutinggalkan tempatku mengabdi yang penuh kenangan di kota Pekalongan. Mutasi tugas merupakan keniscayaan ketika suami pindah ke tempat baru. Budaya yang berbeda kadang menguras energi untuk penyesuaian. Begitu pula diriku. Aku yang semula berada pada zona nyaman, harus menempuh jalanan berliku melewati hutan bambu. Mengajar di sekolah yang lumayan terpencil dan masuk siang karena masih menumpang di sekolah lain.

Walau kadang berurai air mata, karena pulang saat senja masuk peraduan, kucoba syukuri demi tugas dan keluarga. Terkadang maghrib sudah menyapa dan hujan menemani laju motorku. Terasa berat bagiku namun kujalani saja. Toh mengeluh tidak mengubah keadaan. Teringat lagu D'Masiv "Jangan Menyerah" menguatkanku melangkah. 

Menemani siswa dalam belajar dan menjadi sahabat bagi mereka membuatku lebih kuat. Sering kubayangkan saat mereka berlari menyambutku dan memelukku. Apa pun keadaan mereka, dimana pun kita bertugas menjadi amanah Allah yang harus ditunaikan. 

Namun di suatu sore yang teduh, saat istirahat keluar kelas, kami berkumpul seperti biasa. Ada saja yang diobrolkan. Kadang penuh tawa. Entah, aku yang tak terbiasa dan terkendala memahami bahasa daerah, tidak ikut tertawa. Hanya senyum tak mengerti. Tiba-tiba seorang kawan berlenggak lenggok ke depan. Dengan gayanya membuat semua tertawa. Hatiku miris. Saat sudah sepi, kuhampiri kawanku dan berbisik "Bu, jangan begitu. Gak enak dilihat Bapak-Bapak". Dia terdiam. Tak kuperhatikan raut wajahnya. Kami pun berlalu karena harus masuk kelas. 

Tak kusangka, esoknya aku ditelpon seorang sahabat. "Bu, kenapa kau buat kawan kita menangis tersedu-sedu?" Astaghfirullah, aku kaget setengah mati. Panik. Aku tidak merasa menyakiti hatinya. Rupanya dia terluka dengan caraku mengingatkan.

Ya Allah.... Ampuni hamba. Teringat sabda Rosulullah saw, setiap muslim itu saudara bagi muslim yang lain. Dia tidak akan menzalimi, menghina dan tidak pula meremehkannya. Keburukan seseorang itu diukur dari sejauh mana dia meremehkan saudaranya (HR. Muslim). 

Segera kutelepon kawan, berkali-kali tidak diangkat. Pesan berpuluh-puluh kali tak dibalas. Ya Allah, aku tak berniat menyakitinya sedikitpun. Kulajukan motorku, menempuh jarak yang lumayan. Kudatangi rumahnya. Dia membukakan pintu. Betapa kagetnya, mungkin tak menyangka aku akan datang. 

Segera kupeluk kawanku. "Sungguh, aku tak bermaksud menghinamu.... Maafkan aku" Dia balas memeluk. Kami menangis bersama. Ah, lega hatiku. Aku tak bisa tidur semalaman memikirkan jawaban kawan yang tersakiti hatinya oleh lisanku. 

Menjadi pelajaran berharga untukku untuk menjaga lisan. Alhamdulillah Allah menyadarkanku. 

Kawan, walau kini kita tak lagi bertugas di tempat yang sama, doaku kawan selalu sehat dan bahagia. 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap kisahnya. Kadang lisan tak sengaja menyakiti terlebih ketika kita berkomunikasi di WA/telpon.

26 Sep
Balas

Betul bu... Hatur nuhun. Semoga kita lebih berhati-hati.

26 Sep

Keren pisan,, Sukses selalu

26 Sep
Balas

Hatur nuhun Pak, salam literasi

26 Sep

Luar biasa kisahnya. Kadang niat baik kita ditanggapi berbeda oleh teman. Saya juga pernah mengalami hal seperti itu. Saya folow ya bun

26 Sep
Balas

Hatur nuhun bu Fitri.. Salam literasi

26 Sep

Top pengalaman yg sangat berkesan, ibu Inaul, salam kenal dan salam sukses, saya sudah follow ibu, ditunggu follbacknya yaa

26 Sep
Balas

Salam kenal bu Mansiah. . .Hatur nuhun

26 Sep

Terharu bacanya bunda, lidah mmg tak bertulang tp tanpa sadar niat baik untuk mengingatkan kawan, blm tentu di anggap baik malah kadang menyakitkan, keren pisan ulasannya bunda sukses sll

26 Sep
Balas

Jazakillah bu Evi.. Aamiin

26 Sep



search

New Post