Ainaul Mardliyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menghapus Jejak Jejak Bullying
Mari kita hentikan perundungan di sekitar kita

Menghapus Jejak Jejak Bullying

Kutuliskan kisah ini sebagai renungan, bahwa bullying bisa dirasakan oleh siapa saja. Baik dalam keluarga, lingkungan sekolah bahkan masyarakat secara luas.

Panggil saja aku Maya, terlahir sebagai anak sulung dari 5 bersaudara. Jarak rentang usia yang hanya setahun di antara kami, membuat ibu menjadi sosok yang paling sibuk. Apalagi Ayah yang harus ke luar kota menjajakan dagangan batiknya, membuat Ibu kewalahan menjaga kami. Tak ayal, akulah si Sulung yang menjadi sasaran “ledakan” emosi Ibu.

“Maya! Jaga adikmu!” Bentakan bagiku sudah biasa. Sesekali tangan Ibu mencubit paha jika aku dirasa tidak sesuai keinginannya. Kendati adik-adikku yang salah, bagi Ibu tetap akulah yang salah. Aku merasa kesal dan marah. Kadang kulampiaskan kecewa ke adikku dengan mencubitnya, dan segera berlari menghilang. Dan balasan yang lebih pedas pun kuterima. Aku merasa tidak beruntung dilahirkan sebagai Sulung. Kerap menangis diam-diam dan mengadu pada Nenek.

“Nduk, Ibumu itu capek… Kamu harus paham itu… “Jawab Nenek sambal memelukku. Aku makin tersedu. Bilur nyeri di pahaku memang sakit, namun lebih sakit hatiku atas perlakuan Ibu.

Di sekolah, aku pun dipanggil “Pendek”. Yah, tubuhku paling kecil dibandingkan kawan-kawanku yang lain. Mereka sering menertawakanku dan terpingkal-pingkal saat kakiku berjinjit menghapus tulisan kapur papan tulis. Aku pun berlari menelungkupkan kepalaku dan sesenggukan menangis. Aku pun bergumam akan membalas hinaan kawan-kawanku suatu hari nanti.

Kisah itu seperti baru kemarin terjadi. Aku menjadi anak yang pemurung dan minder. Lebih suka menyendiri dan tidak mau bermain.

Hingga seorang Guru mempercayaiku mengikuti lomba baca Puisi. Perhatiannya membuat kepercayaan diriku bangkit. “Bagus, Maya… Kamu sangat menjiwai dalam membaca Puisi.”

Aku pun menjuarai lomba Baca Puisi tingkat sekolah, disusul tingkat Kecamatan, hingga penghargaan tingkat Kota pun kuraih.

Seiring waktu, kusadari nasehat Nenek. Aku membantu Ibu dengan senang hati. Mencoba mengikuti keinginan Ibu. Benar, kulihat guratan-guratan lelah di wajahnya. Adikku yang bungsu terlelap dalam pangkuannya. Ah, aku merasa bersalah. Sering mengabaikan seruannya. Aku bertekad akan membantunya.

Waktu bergulir, kepercayaan diriku pun bangkit. Aku bisa membuktikan pada kawan-kawan yang mencemoohku bahwa aku si kecil cabe rawit, menjadi siswa yang berprestasi di sekolah.

Begitulah kisahku dengan pengalaman perundungan yang kualami. Kini aku menjadi seorang Guru sekaligus Ibu dari 5 anak. Kisahku di masa lalu membuatku menyadari bahwa trauma yang ditinggalkan akibat bullying, tidak mudah dilalui. Bahkan masih membekas hingga kini. Menjadi pelajaran bagiku, untuk tidak mengulangi kejadian masa lalu dan membuat tekad untuk lebih baik ke depan.

Dari masa laluku, aku belajar menerapkan Pendidikan Karakter sejak dini baik di rumah maupun di sekolah. Tentu bukan berarti Tindakan bullying hilang, namun aku berharap makin banyak sosok-sosok tangguh yang hadir dalam menjawab setiap tantangan. Perundungan atau bullying memang harus dicegah, dikurangi dan dihapuskan dari tumbuh kembang putra-putri kita.

Memilih berkomunikasi dari hati ke hati jika ada masalah, memberi contoh perilaku toleransi, bekerja sama, saling menghargai dan mengenal potensi anak-anak akan menjadi senjata kita menghapus jejak-jejak Bullying.

Mari kita merdeka dari segala keinginan untuk menindas orang lain baik melalui perkataan maupun tindakan. Berpikir dan bergerak bersama untuk maju demi kejayaan bangsa. Merdeka!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam kenal ibu.... Terimakasih sudah mampir. Salam Literasi

16 Aug
Balas

Pengalaman yang luar biasa, bu. Semoga sukses. Salam kenal!

16 Aug
Balas



search

New Post