Senyap
Dinda terbaring dalam sepinya.
Benar kiranya apa yang disampaikan murabiyah tentang sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu di dalamnya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.
Berapa banyak orang yang menyia-nyiakan usia muda masa, yang seharusnya diisi dengan banyak beribadah dan menuntut ilmu agama karena stamina yang sedang kuat-kuatnya. Namun, kebanyakan orang baru menyadarinya setelah beranjak tua. Dirinya pun tak jauh berbeda, pernah tenggelam dalam masa-masa jahiliyah. Beruntunglah orang-orang yang tersentuh hidayah dan istiqamah dalam hijrah sampai saat dijemput Malaikat Izrail dengan husnul khatimah.
Berapa banyak manusia lupa akan nikmat sehat yang diberikan Rabbnya, padahal Allah sudah sedemikian Maha Pemurah kepada hambaNya. Setiap hari seseorang bernapas sekitar 25.000 kali menghirup oksigen. Sementara jantung, pompa kehidupan yang tidak pernah lelah, bekerja berdetak lebih dari 100.000 kali dalam sehari. Beruntung tak sedikitpun dilabeli harga, semua gratis. Itu baru dua, belum organ-organ tubuh lainnya. Dan manusia seringkali sibuk dengan urusan dunia hingga lupa bersyukur.
Teringat kisah Nabi Ayub saat ditimpa penyakit berat yang tak kunjung sembuh. Juga kehilangan harta benda hingga tak bersisa. Penderitaannya semakin bertambah manakala satu demi satu sanak keluarga bahkan istri dan anak-anak meninggalkannya. Kurang susah apa? Namun tak sekalipun Nabi Ayyub mengeluh pada Rabbnya.
Hati Dinda bergetar, "wa anta arhamar Rohimin". Hatinya membisikkan doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Ayub. mendadak kesejukan merasuki jiwanya yang kerontang dibayang-bayangi keputusasaan. Sependek itu ternyata doa Nabi Ayub, tatkala ditimpa sakit berat, lama, dan tidak lagi memiliki apa-apa, hanya Allah semata. Doa yang singkat, dan tidak meminta macam-macam.
Dalam diamnya, mencoba bermuhasabah, introspeksi diri. Barangkali Dinda terlalu banyak mengandalkan manusia, menjadikan Allah hanya sebagai opsi. Seringkali begitu tanpa disadari. Setiap menemui masalah, ke sana ke mari meminta bantuan manusia, setelah semua jalan terasa buntu, barulah menangis-nangis mengadu kepada Allah. Bukan sebaliknya
Sejurus kemudian, Dinda khusyu salat Tahajud. Sebagaimana seruan Allah, bahwa jawaban atas semua masalah hanya berjarak antara kening dan sajadah. Menyandarkan semua urusan kepada Allah, baginya itulah arti 'menyerah'. Pasrah.
(By Elena)
BERSAMBUNG
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Hatur nuhun Pak
Wah betul bun....
Ya bu... Pengingat diri dalam cerita..