JODOH DARI SIGNAL (Bagian 1)
" Kapan nikah?"
Pertanyaan klise yang membuat perut mules. Siapa sih yang nggak mau nikah. Semua orang pasti ingin nikah, tapi aku takut. Dari dulu aku dibilang "gila" gara-gara ingin punya anak tapi nggak mau nikah. Menurutku adopsi anak lebih aman daripada harus nikah lalu melahirkan. Sakit.
Berawal dari sifatku yang pendiam dan pemalu. Dari kecil aku memang kuper. Tak bisa bergaul. Mungkin karena semua orang selalu bilang aku berbeda. Jadi aku mengalihkan kekuranganku dengan membaca. Membaca apa pun, dari surat kabar, komik, cergam, primbon, majalah jawa. Dan kalau sudah membaca, aku bisa melahap semuanya,dari depan sampai halaman belakang sendiri.
Seandainya yang kubaca surat kabar, bearti yang kubaca dari berita utama, politik, kriminal, sastra, olahraga, hiburan, bisnis, TTS sampai iklan kulahap habis. Dari semua yang kubaca aku menelaah sendiri, membedah sendiri, menafsirkan sendiri, hingga akhirnya penafsiranku banyak yang salah. Dan itu kubawa sampai dewasa.
Aku tak suka organisasi dan politik, karena yang kubaca selalu pertengkaran, menjegal dan menghina. Belum lagi kalau sedang kampanye pemilihan umum, konvoi memenuhi jalan sambil melempar batu dan kotoran hewan ke rumah-rumah dan toko-toko pinggir jalan. Aku yang tinggal di pinggir jalan, selalu ketakutan dari kecil.
"Apa salah kami...!"
Jeritku saat itu, meski tak ada yang mendengar dan menghiraukan.
Sahabatku lebih banyak laki-laki. Tapi aku tak suka laki-laki. Hei, aku normal, bukan pecinta sesama jenis. Hanya saja aku takut menikah. Seringkali kubaca di surat kabar tentang pemerkosaan. Rata-rata dilakukan laki-laki. Jadi kupikir laki-laki semua menakutkan. Aku terlupa kalau Bapak dan Kakak-kakakku juga laki-laki. Laki-laki yang baik malah. Belum lagi di sinetron yang kuntonton selalu menggambarkan susahnya dan sakitnya proses persalinan. Ah...
Suatu saat aku bisa jatuh cinta juga. Tapi hanya beberapa hari aku sudah sering menangis, ternyata bukan hanya aku kekasihnya. Saat itu kuberanikan mengakhiri meski lagi sayang-sayangnya.
Di umur yang sudah tidak muda lagi aku belum menikah. Hmm... wajahku sebenarnya tidak jelek, tapi juga tidak bisa disebut cantik. Sedanglah. Meski kata Ibu aku anak yang paling cantik sedunia. Tentu saja paling cantik, karena kedua kakakku laki-laki.
"Tok...tok...tok..."
Nada pesan aplikasi hijauku berbunyi. Kuintip dari kejauhan, ah tak ada nama. Hmmm... nomer asing lagi. Aku malas membukanya. Kemudian berbunyi lagi,
"Tok...tok...tok..."
Hingga empat kali berbunyi, dengan malas kubaca juga isi pesannya.
Bersambung...
Pojokan MANDAJBR
Rabu, 21102020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya. Salam literasi
Terima kasih Pak Dede... salam literasi
Yaah.. kok bersambung?? Bikin penasaran. Tapi ku kan sabar menunggu sambungannya
Asyiiikkk...makasih Bu Ririn...
Yaah.. kok bersambung?? Bikin penasaran. Tapi ku kan sabar menunggu sambungannya
Yaah.. kok bersambung?? Bikin penasaran. Tapi ku kan sabar menunggu sambungannya
Yeee....keren loh...
Hehe... maaci...
Sudah ngilir pingin baca kelanjutannya, bundaKeren cerbungnya, salam sukses bunda
Makasih bunda... salam sukse juga...
Tak sabar menunggu hari esuk. Keren buncan
Ow... saya terharu... makasih bunda...
semangaatt.. yuk bisa yuk
Dede pundhi anu geulis.... abdi lieur nih kelanjutannya kumaha. haha...
Bagus Bu, bikin penasaran baca kelanjutannya
Terima kasih Bu Indah... boleh kok klik nama saya sudah ada sampai episode 6 hehe...
Baguss buuu berasa baca whatpadd
Makasih say... Ibu jadi Ge-Er nih...
Baguss buuu berasa baca whatpadd