Senja Terakhir

Oleh Ainun Ahmad

Senja mulai menghampiri. Angin bertuip kencang. Mira menutup jendela dan gordennya. Di luar mendung sangat tebal menambah gelapnya suasana. Kilat sambar menyambar dan petir pun bersahutan. Suasana berubah menjadi tegang. Rasa ketakutan tiba-tiba menyelimuti pikiran Mira. Hujan pun turun lebat dalam kegelapan senja itu. Hanya diterangi kilat yang terlihat setiap sebentar, lalu gelap kembali. Petir tak kunjung berhenti.

Dari arah depan rumah Mira terdengar suara orang memberi salam. Mira menjawab salam sambil mengintip dari jendela. Siapa itu pikir Mira, dia berlari ke kamar ibunya untuk memberitahu ada beberapa orang tamu tidak dikenal berdiri di depan pintu pagar rumahnya. Ibunya langsung membuka pintu dan dengan setengah berlari menuju pintu pagar. Dia mengarahkan senternya ke tamu yang datang. Ibu Mita kaget melihat suaminya diantar oleh 2 orang sahabatnya. Setelah pintu pagar terbuka mereka pun masuk sambil memopong ayah Mira masuk ke rumah. 

Baru saja dibaringkan di kasur, ayah Mira menghembus napas terakhir. Dua sahabatnya menjelaskan bahwa ayah Mira ditemukan terjatuh di tepi jalan saat petir pertama senja itu. Mira dan ibunya menangis histeris sambil memeluk jasad ayahnya. “Ayah… jangan tinggalkan Mira Yah”. pekik Mira seraya terus menggoncang tubuh ayahnya yang telah kaku. 

Tg. Batu, 02 Oktober 2021