Ai Nurhayati

Menulis adalah profesi yang tidak ada pensiunnya. Dengan menulis bisa mewarnai dunia. Semoga Allah SWT selalu memberi kemudahan kepada kita untuk senantiasa sel...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Literasi di Akhir Pekan

Kisah Literasi di Akhir Pekan

Namanya Manda, seorang siswi kelas IV SD Ibu Dewi 7 Cianjur Kota. Dia adalah keponakanku. Ahad ini saya berada di Cianjur untuk menengok adikku yang notabene ayah anak tersebut, yang sedang sakit keras di daerah asalku Kota Tauco. Saya berangkat dari Bogor Sabtu pagi lewat Puncak, karena kalau siang sedikit ceritanya jadi lain...Wisata Puncak di hari Sabtu Ahad pasti diwarnai kemacetan di mana-mana.

Demikian pula kalau pulang ke Bogor dari Cianjur, biasanya hari Senin langsung ke sekolah tempatku bertugas, sebuah SMAN di Cisarua. Berangkat pukul 5 setelah sholat subuh, supaya jalanan masih lengang, belum ramai.

Hari ini hari Ahad, saya tidak bisa meninggalkan kebiasaanku berolah raga pagi atau jalan sehat. Saya ajak Manda untuk menemaniku, sekaligus belanja kebutuhan dapur. Karena tempatku berolahraga di stadion depan taman Prawatasi berubah menjadi tempat mangkal pedagang musiman menjajakan dagangannya dari mulai kebutuhan rumah tangga, sayuran, buah-buahan, ikan, daging dll.

Yang kucari untuk oleh-oleh adalah pindang salem. Ikan salem yang dipindang, kemudian digoreng, dan dimakan dengan sambel, nasi hangat dan sepapan pete. Wuih! Luar biasa kesenangan suamiku. Dan pindang salem ini hanya ada di daerah Cianjur dan Sukabumi.

Hari Ahad pagi waktu menunjukkan pukul 6.00, saya berjalan cepat mengelilingi stadion, sementara yang lain sudah memulai senam yang dipandu instruktur dengan gerakan yang lincah dan ceria. Sebagian pengunjung duduk-duduk di cafe atau pedagang keliling yang berjejer di pinggiran stadion. Suasana riuh antara suara musik senam, suara dari instruktur lewat speker yang memekakkan telinga, suara klakson mobil yang lewat di stadion, dan suara pengunjung yang berolah raga, atau yang sekedar cuci mata.

Ketika stadion sudah kukelilingi bersama Manda, anak ini mulai kelihatan cape. Aku menghentikan langkahku di depan gerobak dorong sate maranggi yang menggelar tikar untuk duduk lesehan . Kupesan 10 tusuk sate maranggi dan dua bungkus nasi kuning untuk sarapan karena perutku juga sudah mulai minta diisi, selain tentunya merasa kehausan setelah mengelilingi stadion dua putaran.

Tidak berapa lama terhidanglah sate maranggi dan nasi uduk dengan aroma yang semerbak....menambah kian keroncongan pertutku. Tanpa menunggu aba-aba nasi dan maranggi pun sudah tandas dilahap kami. Ehm lezatnya...pecaaaah.

Bagi yang belum tahu. maranggi adalah sate yang dibumbui terlebih dulu sebelum dibakar. Bumbunya terdiri dari ketumbar sangrai, gula merah, dan sedikit asam Jawa. Setelah diredam beberapa saat, baru ditusuk dan dibakar. Rasa-rasanya mirip dendeng sapi, bahkan yang ini lebih empuk dari dendeng. Maranggi ini makanan khas dari Cianjur. Bahkan lebih enak lagi kalau dimakan dengan beuleum ketan (ketan Bakar) dan ditambah sambel oncom yang yummmi...

Setelah sepiring nasi kuning dan 10 tususk sate maranggi yang ditaburi bawang merah goreng tandas dilahap, kami pun melanjutkan petualangan hari ini dengan berbelanja sayuran di pasar kaget yang ada di area luar stadion persis di belakang Taman Prawatasari.

Ternyata kejelian mata keponakanku Manda tak bisa menyurutkan langkahnya untuk mendekati area tempat parkirnya perpustakaan keliling. Sebuah mobil box yang memuat rak buku yang ditata rapi dengan deretan buku yang menarik perhatian anak tsb.

Jadilah aku membuntuti Manda untuk segera mengambil buku yang bagus dan bermutu. Kalau yang saya lihat sepintas, Manda lebih tertarik dengan buku-buku cerita. sementara Uwaknya yaitu saya, tertarik kepada buku-buku tentang pendidikan, seperti mengajar efektik, sekolah efektif, bahkan buku tentang Jokowi pun ada. Namun sayang buku tentang Prabowo tidak ada.

Saya perhatikan Manda membaca buku dalam berbagai pose. Dari mulai berdiri, telungkup, duduk . Saya hanya bisa tersenyum melihat prilaku anak tersebut. Kasihan anak itu haus bacaan. Dan ketika kutanyakan bisa tidaknya pinjam kepada petugas yang super ramah. Dia menjawab : “Maaf Bu, kalau mau pinjam bisa ke perpustakaan daerah”, jawabnya dengan tersenyum. Mandapun merengut karena kecewa.

Akhirnya, kutebus kekecewaannya dengan membeli tiga bungkus susu dingin buatan UKM di Cianjur. Dan kesedihanya pun reda!

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9. Kami segera bergegas pulang setelah bertualang selama 3 jam yang tak terlupakan.

Note: Kisah ini dibuat ketika almarhum ayah anak tersebut sakit parah. Ketika catatan ini dipublikasikan sudah dipanggil Yang Maha Kuasa....setelah berjuang melawan kanker.

Semoga almarhum diampuni semua dosa-dosanya dan ditempatkan di Surga-Nya. Aamiin YRA

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeeeen. Salam kenal bu

14 Feb
Balas



search

New Post