PUNGGUNG BERCAHAYA
PUNGGUNG BERCAHAYA
29 Tahun aku memandangnya
Dari kejauhan tampak kilau cahaya dari punggungnya
Dia yang selalu menebar senyum dan tawa
Kaki dan tangan yang tak sehalus sutra
Tetesan keringat membasahi setiap gerak tubuhnya
Setiap ikan yang di dapat, ada harapan besar untuk putra putrinya
Wahai Bapak, setiap aliran darah kami ada cucuran doamu
Kebahagiaan kami adalah Ridhomu
Kau yang sejatinya istirahat dan menikmati masa tuamu
Kau gunakan untuk terus bekerja dan berkarya
Tuhan telah mengambil Bidadarimu
Kau tak serapuh yang kami bayangkan
Kau memang benar-benar Laki-laki hebat
Kemandirian dan kesepian kini memang berat
Jalinan cinta dan kasih sayang kami semakin erat
Aku mengeluh
Tapi aku malu dengan semangatmu
Aku menangis
Tapi aku malu dengan canda tawamu
Aku berontak
Tapi aku malu dengan kesabaranmu
Aku malas malasan
Tapi aku malu dengan kerja kerasmu
Aku berhenti
Tapi aku malu dengan Langkah jejakmu
Bapak, Biarlah rindumu ini menjadi tabungan cinta berbalut pahala untuknya
Kisah cintamu dengannya akan menjadi dongeng terindah untuk anak cucu kami
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
alhamdulillah. curahan hati seorang anak yang jauh dari orang tua
Keren bund. Luar biasa diksi puisinya. Salam sukses selalu.