Apa Kabar Ashana?
Tantangan Gurusiana ke-4
#TantanganGurusiana
Ceritanya adalah lagi bongkar-bongkar file di flashdisk yang lama tidak lagi saya gunakan. Penasaran isinya apa, langsung saya buka di laptop. Ada satu nama folder yang membuat saya penasaran untuk membukanya. Folder tersebut tertulis memoar. Ternyata ini adalah tulisan saya empat tahun silam. Saat itu saya berencana membuat buku memoar tentang murid-murid saya. namun belum sempat dituntaskan. Satu demi satu saya buka nama filenya. Ada satu judul yang ingin saya baca lagi, judulnya adalah Aku Rindu Pelukan Ibu.
Cerita ini mengisahkan murid saya beberapa tahun silam, panggil saja namanya Ashana yang saat itu masih berusia 14 tahun. Saya sempat menjadi wali kelasnya saat itu. Mungkin karena dia tidak pernah mendapat kasih sayang seorang Ibu, jadi dia menganggap saya sudah seperti ibunya terkadang seperti kakaknya. Saya ingat betul bagaimana cara dia bercerita dengan santai dan tanpa rasa takut atau ditutup-tutupi. Semua mengalir ceritanya, dia sering curhat apa yang ia rasakan.
Ashana adalah salah satu murid terbaik saya, karena dia adalah anak yang sopan dalam bertutur. Buat saya murid terbaik tidak harus yang berprestasi, yang sopan pun juga terbaik buat saya. Ketika Ashana curhat selalu apa adanya dalam mengungkapkan perasaanya. Ashana mengatakan bahwa dia kangen akan kehadiran sosok ibu.
Dia sudah lupa bagaimana rasanya di peluk oleh ibunya. Karena saat itu sudah hampir 10 tahun lebih ibunya pergi entah kemana. Awal berpamitan kerja sebagai TKW di negeri melayu. Ashana kecil, tidak tahu menahu urusan ibunya yang hendak pergi keluar negeri. Dia mengira, ibunya akan kembali lagi dan memeluknya erat seperti dulu.
Setiap saat saya menatapnya ada rindu yang mendalam yang ingin dia ungkapkan. Sayu tatapannya, menatap jauh kala dia duduk sendiri di bangku sekolah. Seakan-akan matanya berbicara pada ibunya bahwa dia rindu.
Sebagai pahlawan devisa, ibunya pernah mengirim surat kepada Ashana dan keluarga. Namun itu hanya sebuah surat yang tak berarti buat Ashana. Dia tidak membutuhkan surat Ibunya, dia membutuhkan pelukan ibunya. Surat itu hanya muncul di awal tahun kepergian ibunya ke negeri sebrang. Selanjutnya tidak pernah ada lagi surat.
Saat itu, Ashana tinggal bersama ayah tercinta dan nenek. Hidup bertiga bergelimang kasih sayang dari ayah dan nenek di rumah, membuat Ashana masih merasa bahagia. Mereka yang selalu setia menemaninya.
Berasal dari keluarga yang sederhana, membuat Ashana sadar betul bahwa dia harus giat belajar agar tidak menyusahkan ayahnya di kemudian hari. Kelak dia bisa membahagiakan ayahnya yang hidup seorang diri. harapan yang besar untuk di peluk oleh ibu, kian hari kian sirna seiring berjalannya waktu. Apa yang di rasakan Ashana saat itu terkadang muncul kebencian-kebencian kecil. Kebencian pada ibunya karena sudah meninggalkan keluarganya.
Namun saya berusaha meyakinkan pada Ashana bahwa sejelek apapun yang dilakukan oleh seorang Ibu dia adalah tetap Ibu yang mengandung kita selama 9 bulan. Sedikit demi sedikit dia berusaha menepis kebencian yang sudah mulai muncul itu.
Saat itu dia yakin bahwa ibunya sehat-sehat saja disana. Keyakinan itu terus dia tanamkan di dalam perasaannya. Masih ada harapan kelak dia bisa berkumpul lagi bersama ibunya.
Hari ini aku menuliskan lagi tentang Ashana, kangen dengan dia setelah membaca kisahnya dulu. Kini apa khabar Ashana?, semoga ada kabar baik darimu. Miss you.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar