Sejak menjadi guru bimbingan dan konseling(BK) dari tahun 2006 hingga saat ini saya merasa perubahan kurikulum yang sering berganti hanya membawa perubahan yang bersifat konseptual tidak menyentuh pada tugas dan kewajiban serta keberadaan guru Bk di sekolah. Perubahan kurikulum dari tahun 1947 sampai 2020 sudah terjadi 11 kali perubahan mulai dari kurikulum 1947 yang disebut rentjana kurikulum sampai dengan kurikulum 13 atau biasa disingkat menjadi kurtilas. Saya mengalami masa kurikulum 2006 yang dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan kurikulum 13 (K-13). Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bimbingan konseling lebih difokuskan kepada pengembangan diri siswa yang diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekskul yang ada di sekolah para siswa diharapkan dapat mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Kegiatan ekskul dibimbing dan dibina oleh guru guru yang dibebani tugas tambahan sebagai pembina ekskul dan dilatih oleh pelatih yang berkompeten dengan bidang ekskul yang dilatihnya. Sedangkan dalam kurtilas ada istilah baru yaitu program peminatan. Sejatinya program peminatan ini hampir mirip dengan bidang karir yang sudah ada sebelumnya. Hanya saja program peminatan lebih individual dan berkelanjutan. Apa pun kurikulum yang diberlakukan ,guru Bk tetaplah sama menjalani rutinitas tugas dan kewajiban di sekolah berupa membantu menyelesaikan masalah siswa di sekolah. Sebagai contoh ketika ada anak bolos pelajaran dibawa ke guru Bk,ada anak yang jarang masuk sekolah guru Bk lah tempatnya,ada anak yang merokok guru Bk pula yang memanggilnya. Maka julukan guru Bk sebagai polisi sekolah masih sulit untuk dihilangkan. Karena itu jua lah Bk belum bisa dianggap sebagai sahabat bagi para siswa,mereka masih berpendapatan bahwa ketika guru Bk memanggil pasti ada kesalahan yang sudah saya lakukan. BK adalah tempat untuk anak anak yang nakal dan bermasalah. Padahal Bk adalah untuk semua siswa .Mendapatkan layanan bimbingan dan konseling adalah hak setiap siswa di sekolah. Anak sekolah menengah pertama (SMP) adalah anak remaja yang penuh dengan gejolak dan proses pencarian jati diri yang menimbulkan banyak masalah. Namun demikian bukan berarti semua anak anak remaja bermasalah masih banyak anak anak remaja yang baik dan berprestasi. Mereka juga butuh motivasi dan pendampingan dalam pengembangan diri. Visi bimbingan konseling pada dasarnya adalah mengacu kepada kehidupan manusia yang membahagiakan,bimbingan dan konseling membantu individu untuk mampu mandiri,berkembang dan berbahagia. Visi mulia itu akan dapat diwujudkan jika misi nya dilaksanakan. Misi bimbingan konseling adalah memberikan pelayanan bantuan agar para peserta didik dapat menjalani kehidupan sehari hari yang efektif dan mandiri,berkembang secara optimal melalui penguasaan kompetensi berkenaa dengan pengembangan diri,pemahaman lingkungan,pengambilan keputusan dan pengarahan diri,berbudi luhur serta beriman dan bertakwa kepada Allah Yang Maha Esa. Dan misi bimbingan konseling dapat dilaksanakan maksimal dengan bantuan serta dukungan semua pihak sekolah yang saling bahu membahu membantu mewujudkan visi bimbingan konseling.