Diary Guru (Tagur 11)

Perlunya husnudzon dalam bermedsos

Suatu hari, saya pernah mengirim pesan kepada seorang teman, isi pesan tersebut lumayan penting, karena jawaban dari teman tersebut sangat saya butuhkan untuk suatu kepentingan pekerjaan, dan namanya pekerjaan di sebuah lembaga dan bukan bisnis pribadi, tentu saja hubungan nya dengan semua orang. Pekerjaan yang kita lakukan tak jarang berimbas pada tim atau divisi.

Berbicara tentang husnudzon pada media sosial atau medsos ya ketika kasusnya seperti yang saya sampaikan tadi, ketika pesan kita tidak dibaca, ketika pesan kita dibaca tapi tidak dibalas, di sana kita diuji kesabaran dan hati kita agar selalu berbaik sangka alias positive thinking, alias husnudzon, siapa tahu pesan kita keselip diantara ratusan bahkan jika banyak grup mungkin bisa ribuan pesan lain nya, atau jika tidak, mungkin saja beliau lagi sibuk sehingga sempat membuka pesan tapi belum sempat untuk membalas sehingga akhirnya lupa dan sampai tidak membalasnya, karena itu sempat juga saya alami, saking banyak grup, banyak pesan, dan banyak pekerjaan, sehingga jika pesan dari personal chat atau pesan "japri" kadang suka "kelelep" hingga posisinya ada pada chat paling bawah, sehingga telat atau bahkan tidak terbaca jika tidak diskrol ke bawah, atau pernah juga saya baca pesan tersebut, namun karena lagi tanggung dengan pekerjaan, lagi rapat, mengajar, dan lain sebagainya sehingga ya itu tadi, tidak sempat membalasnya.

Nah di sinilah perlunya kita saling menghormati, memaklumi, dan saling mengerti, karena jika tidak, bisa saja kita negative thinhking, menyangka yang bukan-bukan, bahkan menjadi gesekan dan perpecahan sesama rekan kerja, kerabat, atau bahkan keluarga, jika kita tidaak pandai menyikapinya dengan bijak.

Selamat bersosial media dengan cerdas, baik, dan bijak.