Ai Tin Sumartini

Ai Tin Sumartini, M.Pd, lahir di Cikajang Garut Jawa Barat. Pengabdian sebagai guru PPKn sejak tahun 1994. Pendidikan terakhir S2 Program Studi PKn di SPs UPI B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hikmah di Balik Musibah

Hikmah di Balik Musibah

#tantanganGurusiana

#harike38

Hikmah di Balik Musibah

Sepanjang perjalanan hidup suka duka, kebahagiaan maupun kesedihan, penghargaan ataupun sanksi, kesehatan maupun masa sakit yang datang silih berganti, manusiawi dan semua orang juga mengalaminya walau kondisi yang berbeda. Apapun keadaannya tentu ada hikmahnya, semuanya tak lepas dari kehendak-Nya, kebahagiàan yang patut disyukuri karena atas ridha dan izin-Nya kita mendapatkannya. Begitu juga saat mengalami musibah dan kesedihan, perlu ditafakuri mungkin selama ini kita masih sering melalaikan-Nya. Apapun kondisinya harus selalu mengingat Sang Khalik, atas qudrat dan iradat-Nya segala peristiwa bisa terjadi.

Beberapa hari terakhir ini kondisiku dapat dikatakan tak membahagiakan, betapa tidak, tiga hari yang lalu putri sulungku mengalami musibah saat perjalanan Tasikmalaya menuju Bandung. Dengan mengendarai sepeda motor, di tanjakan yang menikung sekitar Gentong tergelincir akibat jalan penuh tumpahan solar dan terkena gerimis air hujan pula. Seketika jatuh tersungkur ke tengah jalan, masih bersyukur di belakangnya tak ada kendaraan lain, tak terbayangkan seandainya di belakangnya melaju kendaraan besar, atas kuasa-Nya masih diselamatkan. Jalanan yang sepi dari kendaraan berlalu lalang, jauh pula dari pemukinan penduduk, hanya ada satu warung di pinggir jalan tempat kecelakaan. Pemilik warung itu pula yang menolong putriku, setelah ada pengendara lain yang sebelumnya jatuh di sekitar tempat itu yang pertama kali menolong putriku, namun tidak begitu parah. Menurut pemilik warung dari pagi hingga siang itu sudah ada tiga kali kejadian pengendara sepeda motor yang jatuh akibat jalan licin terkena tumpahan solar.

Berita itu pertama kali kudengar dari telpon suamiku yang saat itu juga sedang di rumah karena penyakitnya kambuh sehingga tidak dapat berangkat kerja. Putriku terbiasa pulang ke rumah dua minggu sekali dari Bandung usai perkuliahan setiap hari Sabtu. Kembali ke Bandung Senin pagi karena sore harinya mengikuti kegiatan kursus bahasa Jepang. Jadi aktivitasnya di Bandung selain kuliah juga kursus, untuk persiapan bila beres kuliah berniat berangkat lagi ke Jepang untuk kuliah lanjutan sambil bekerja.

Sebelum masuk kelas HP-ku tak sengaja datanya dimatikan, sehingga jika menghubungiku melalui WA tak bisa nyambung. Putriku berulang kali nelponku melalui WA, tak bisa kuangkat. Sehingga dia nelpon suamiku yang sedang sakit. Kemudian suamikulah yang nelpon langsung, saat di kelas baru usai Penilaian Harian. Waktu tinggal 30 menit menuju jam istirahat, dengan perasaan cemas dan terburu-buru, kuminta izin pada anak-anak untuk keluar kelas sebelum jam istirahat untuk menjemput putriku di lokasi kejadian. Tetapi suamiku yang masih sakit juga memaksakan diri untuk berangkat ke sana menjemputku di sekolah untuk menuju lokasi. Dengan kondisi yang tidak sehat, berjalan pun tertatih-tatih mengendarai mobil. Bersyukur baru lewat tikungan pertama dari rumahku ada tetangga seorang sopir taxi yang belum berangkat kerja, dimintai tolong untuk mengantar kami menjemput putriku.

Kondisi suami yang masih sakit, beruntung ada sahabatku yang bersedia turut serta mendampingiku untuk menjemput motor yang dikendarai putriku, sementara aku sendiri tentu saja mengurus kondisi putriku yang terluka. Di perjalanan berulang kali kutelpon putriku, menanyakan keadaannya. Dia ceritakan dahinya benjol segede telor ayam, gigi 3 buah patah, terus-terusan kubilang yang sabar, kuat, dan ikhlas, walaupun sakit dan terasa cenat cenut. Bersyukur masih selamat dan berada dalam perlindungan Allah. Waktu tempuh dari sekolah menuju lokasi selama 90 menit, tentu masa menunggu yang melelahkan dengan kondisi yang terluka. Segera kupeluk saat sampai di tempat kejadian, sambil melihat luka-luka di sekitar badannya. Sahabatku pulang terlebih dahulu dengan mengendarai sepeda motor putriku menuju sekolah. Bergegas kubawa putri sulungku ke puskesmas terdekat dari lokasi kejadian. Berkali-kali kuucapkan syukur, paramedis di sana siap sedia merawat putriku dan membersihkan luka-lukanya, tak lupa obat pereda nyeri juga diberikannya. Di perjalanan menuju pulang, juga berkali-kali kuingatkan mulai sekarang jika pulang ke Tasik jangan mengendarai sepeda motor dengan waktu tempuh empat jam dan medan yang cukup berbahaya jalur provinsi yang sering dilalui kendaraan besar, baiknya menggunakan kendaraan umum bis atau kereta api, lebih aman dan nyaman.

Sehari pasca kejadian kuantar lagi ke dokter keluarga untuk diperiksa kembali kondisi kesehatannya, terutama sekitar gigi, mulut dan dahi yang masih benjol. Perlu waktu tiga sampai empat hari untuk memulihkan kondisinya. Agak tenang dengan keadaan putriku, namun kondisi kesehatan suamiku yang menderita syaraf kejepit makin sakit, tak seperti biasanya kondisi yang mengkhawatirkan, kasihan juga melihatnya meringis-ringis menahan sakit. Meminta untuk segera ke rumah sakit agar dirawat. Dengan menghela nafas panjang, kucoba kuatkan diri, dengan selalu memohon perlindungan, kekuatan, kesabaran dan ketawakalan.

Pagi-pagi sekali kukendarai mobil keluarga yang hanya cukup untuk kami berlima menuju rumah sakit, membawa suamiku didampingi putriku yang baru mengalami kecelakaan. Sementara si kembar kuperintahkan untuk bersiap-siap saja menuju sekolah karena banyak yang harus diurus untuk pendaftaran ke perguruan tinggi. Tetapi jika dibutuhkan tenaganya harap mohon ijin ke pihak sekolah. Sesampainya di rumah sakit, pemeriksaan demi pemeriksaan dilalui berikut prosedur yang harus ditempuh untuk mendapatkan ruang kamar perawatan, semua kuurus sendiri bersama putriku yang belum sehat benar.

Malam ini, masih di sini di ruang perawatan bersama ketiga anak-anakku yang sudah mulai beranjak dewasa. Di balik musibah yang terjadi, di satu sisi tentu ada pengorbanan, rasa khawatir, galau, perasaan tidak tenang, tetapi terus berusaha memohon kepada Allah agar selalu diberi ketegaran dan kekuatan untuk selalu bisa menghadapi segala kemungkinan, dengan kesiapan mental dan keikhlasan apapun yang terjadi. Tetapi di sisi lain, kami keluarga kecil ini berusaha saling menguatkan, kebahagiaan tersendiri melihat kasih sayang dan perhatian mereka pada ayahnya yang sedang sakit. Sampai sholat isya mereka bertiga baru pulang ke rumah, karena esok harinya harus sekolah. Mereka bertiga belajar mandiri untuk mengurus diri sendiri, semoga sampai kapanpun selalu saling menyayangi, saling perhatian serta dikumpulkan kembali suatu saat di syurga-Nya. Sakinnah mawaddah warrohmah selamanya....aamiin yaa robbal alamin.

Rstmc, 26022020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post