Implementasi Merdeka Belajar
#tantanganGurusiana
#harike30
Implementasi Merdeka Belajar
Merdeka belajar yang merupakan jargonnya dari menteri pendidikan dan kebudayaan Mas Nadhiem Makarim, memberikan keleluasaan kepada guru untuk melakukan implementasi pembelajaran yang merdeka, bebas membelajarkan peserta didik namun bertanggung jawab, sesuai dengan rambu-rambu pembelajaran.
Persepsi saya dalam menerapkan konsep merdeka belajar, adalah bagaimana guru diberi kebebasan dalam merancang proses pembelajaran maupun melaksanakannya di dalam KBM, serta pelaksanaan evaluasi, yang tidak kaku dan tidak terpaku pada standar kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Selama ini RPP yang dibuat sangat detail, setiap langkah dari awal sampai akhir pembelajaran ditulis secara jelas, termasuk sumber dan instrumen penilaiannya. Memang bagus, sangat lengkap untuk persiapan pembelajaran, namun kenyataannya RPP selengkap tersebut dalam pelaksanaan tergantung dari situasi dan kondisi di kelas.
Walaupun masa kerjaku sebagai guru sudah melebihi seperempat abad, namun menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan. Merasa belum maksimal dalam melaksanakan tugas pokok, terutama dalam membelajarkan peserta didik. Tetapi selalu berusaha agar proses pembelajaran bermakna, melibatkan seluruh potensi peserta didik, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Salah satu contoh yang hari ini saya praktikan adalah pembelajaran proyek berbasis masalah, ya...walaupun pengetahuan yang saya terima tentang model pembelajaran yang dikembangkan dalam pendekatan saintifik ada tiga model yaitu pembelajaran berbasis masalah ( PBL), pembelajaran berbasis proyek ( PjBL), dan pembelajaran penemuan ( Discovry Learning). Tapi dengan merdeka belajar ini saya tidak terpaku pada salah satu model ini.Kolaborasi dari model-model itu, dengan produk yang dihasilkan berupa tayangan power point.
Materi pada penerapan pembelajaran ini adalah tentang harmoni keberagaman masyarakat Indonesia dalam aspek sosial, budaya, ekonomi dan gender. Setelah dibahas pada pertemuan sebelumnya tentang makna harmoni dalam keberagaman sosial, budaya, ekonomi, dan gender melalui discovery learning, maka pertemuan sekarang peserta didik melakukan pembelajaran proyek berbasis masalah. Saya namakan model ini pembelajaran proyek karena langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah langkah pembelajaran proyek, dengan konten materinya tentang permasalahan sosial, budaya, ekonomi dan gender. Pertemuan sebelumnya diinformasikan bahwa setiap kelompok harus membawa sebuah laptop, dan HP yang akan digunakan sebagai alat dan sumber pembelajaran. Laptop digunakan untuk mengolah data dalam program power point, sedangkan HP digunakan untuk searching atau browsing, mencari informasi berkaitan dengan masalah. Dengan kurikulum 2013, sekalipun sekolah diberi kewenangan untuk melaksanakan pembelajaran TIK, tetapi karena sumber daya tenaga pengajarnya tidak ada, maka pelajaran TIK tidak dilaksanakaan. Hanya guru pengajar mata pelajaran lain disarankan untuk mengintegrasikan dalam proses pembelajarannya. Karena tidak diajarkan di sekolah, maka power point pun hanya beberapa peserta didik yang bisa menguasainya, sehingga dalam kesempatan ini mereka ditugaskan dalam kelompok supaya laporan hasil kerja kelompok produknya berupa power point, sekaligus sebagai bahan tayangan presentasi.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah peserta didik dalam kelompok 1) mengidentifikasi permasalahan sosial, budaya, ekonomi dan gender, 2) memilih masalah kajian dalam kelompok, 3) mencari informasi dari internet, 4) mengolah informasi dalam bentuk Power point, 5) melaporkan hasil kerja kelompok dalam presentasi, dan 6 ) refleksi pengalaman belajar.
Berkaitan materi yang dibahas dalam kelompok, peserta didik mengidentifikasi permasalahan dalam masyarakat, baik searching maupun bertukar pikiran dalam diskusi kelompok. Untuk mengefektifkan waktu, hasil identifikasi langsung ditik di template power point. Setiap kelompok menuliskan minimal sepuluh point masalah. Dari tiga kelas hari ini masalah yang dibahas kelompok rata-rata sama, diantaranya mengenai tindak pidana korupsi, penyalahgunaan narkoba, meningkatnya angka kemiskinan, penganguran, tergesernya budaya lokal, kekerasan dalam rumah tangga. Untuk masalah yang mereka kaji saya berikan kebebasan, namun tetap ada rambu-rambu untuk menghindari masalah yang sensitif.
Kemudian setiap kelompok memilih satu masalah dari hasil identifikasi masalah yang sudah ditulis untuk menjadi kajian kelompok berdasarkan hasil diskusi, masalah yang dibahas tiap kelompok harus berbeda. Masalah dalam keberagaman masyarakat Indonesia yang menjadi topik kajian tiap kelompok kemudian dianalisis dengan pedoman pertanyaan, untuk dikembangkan dan dicari informasinya. Pedoman pertanyaan itu adalah:
1. Apa makna yang menjadi topik masalah?
2. Bagaimana jenis-jenisnya dari masalah itu?
3. Bagaimana ciri-cirinya dari topik masalah itu?
4. Bagaimana peraturan perundangan mengatur tentang topik masalah?
5. Bagaimana keterkaitan dengan norma agama terhadap permasalahan itu?
6. Apa yang melatarbelakangi terjadinya masalah tersebut?
7. Bagaimana akibat yang ditimbulkan dari masalah itu?
8. Bagaimana upaya penyelesaian masalah tersebut dari pihak pemerintah, masyarakat, individu/ keluarga?
9. Bagaimana tanggapan kelompok untuk mencegah terjadinya masalah?
10. Apa yang akan kalian lakukan terhadap permasalahan itu?
Berdasarkan pedoman pertanyaan tersebut setiap kelompok berupaya mencari jawabannya dengan cara searching atau pun browsing dari internet. Semua anggota dalam kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan masalah, dan mengolahnya dalam bentuk power point dengan kreativitas masing-masing kelompok tampilannya dilengkapi berbagai desain maupun animasi yang terdapat dalam menu power point, juga gambar-gambar hasil download yang memperjelas deskripsi jawaban.
Hari ini proses pembelajaran proyek baru pada tahap pengolahan data yang dirumuskan dalam power point, baru pertemuan selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil laporan diskusi kelompok dan produknya dengan cara setiap anggota punya bagian dan tanggung jawab untuk menyampaikan hassil kerja kelompoknya, dan diupayakan tidak dibaca secara detail, tetapi dihafalkan sekaligus sebagai test lisan. Tidak perlu hafal kata per kata, yang penting paham dan mampu menjelaskan dengan kata-katanya sendiri. Penilaian kelompok dapat dilihat dari tampilan produk kreativitas kelompok maupun kekompakan dalam presentasi.
Jika semua kelompok telah dapat mempresentasikan hasil diskusinya, selanjutnya dilakukan refleksi pengalaman belajar. Yaitu setiap peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas tentang kelebihan dan kelemahannya dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini merupakan langkah terakhir dalam pembelajaran proyek.
Pembelajaran yang telah dilakukan inilah menurut pemahamanku tentang ‘merdeka belajar’, yaitu memberikan kebebasan kepada guru untuk mengemas proses pembelajaran yang bermakna, dapat memberdayakan seluruh kompetensi peserta didik tetapi tidak menyimpang dari koridor kurikulum. Begitu juga peserta didik memiliki kebebasan dalam mempelajari bahan ajarnya baik secara individu maupun kelompok, dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya tetapi juga berpedoman kepada rambu-rambu yang diberikan guru. Tentu rekan-rekan guru juga memiliki persepsi maupun langkah implementasi ‘merdeka belajar’ masing-masing.
Kobar18022020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mntap
Terima kasih Pak...