Keramahan Kota Adelaide
#tantanganGurusiana
#harike36
Keramahan Kota Adelaide
Tak terpikir sebelumnya, saya mendapat kesempatan untuk berpetualang di negeri kanguru, Negara Australia. Selama ini hanya bisa berdecak kagum saja pada orang-orang yang mendapat kesempatan bepergian ke luar negeri apalagi secara gratis dan diberi bekal pula. Persepsi saya sangat sulit bagi seorang guru untuk mengalami hal itu, kecuali bagi dosen atau profesi bergengsi lainnya. Saya yang lahir dari keluarga guru, mulai dari kakek, ayah, paman, bibi, beserta empat dari lima bersaudara sebagai guru, sangat bersyukur saya mewakili keluarga guru untuk dapat menikmati suasana negara lain. Memang kehidupan guru jaman dahulu sangat jauh kemungkinannya untuk bisa mengikuti program belajar atau beasiswa ke luar negeri.
Program Magang yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Adelaide Australia Selatan khusus bagi guru-guru dari sekolah RSBI, memberikan keberuntungan bagiku walaupun bukan pengajar mata pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Inggris yang sebelumnya khusus guru mata pelajaran itu yang bisa diberangkatkan, meskipun seleksi juga ditempuh. Keberangkatanku ke kota Adelaide memberikan banyak pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang tak terlupakan.
Adelaide merupakan ibu kota South Australia, yang terletak di selatan benua Australia. Kota ini merupakan kota pelajar yang berpenduduk sekitar 1,2 juta orang saja. Dengan penduduk yang sedikit tersebut, tidak heran apabila diberbagai sudut kota suasana tampak lengang. Keramaian hanya terdapat di titik- titik tertentu saja seperti di daerah sekitar King William Street (Pusat Kota), Rundell Mall, Flinders Street, Central Market itu pun hanya pada jam-jam tertentu saja, di mana pertokoan di sini jam 5.00 sore waktu Adelaide sudah pada tutup, kecuali Central Market pada hari jumat bisa buka sampai jam 09.00 malam.
Walaupun Australia saat itu menjelang memasuki musim dingin, suhu di Adelaide terasa sangat dingin dengan suhu udara sekitar 3 s/d 17 derajat celcius. Memasuki minggu kedua sudah mulai turun hujan meski tidak terlalu lebat, hal ini berlangsung hingga minggu ketiga. Namun, menjelang pulang ke Indonesia hujan disertai angin kencang dan kabut tebal muncul . Cuaca di Adelaide memang saat itu sangat dingin, maka setiap kali keluar rumah selalu memakai mantel, kaos tangan, scraf dan kaos kaki tentunya.
Adelaide memiliki daya tarik yang sangat luar biasa. Salah satunya adalah keramahan penduduknya. Tidak seperti orang-orang barat pada umumnya, penduduk Australia terutama penduduk Adelaide adalah orang-orang yang ramah. Mereka senantiasa menyapa meskipun kepada orang yang tidak mereka kenal. Minimal mereka mengatakan “Hi/ hallo/ Morning” sambil senyum dan melambaikan tangan. Apabila dimintai pertolongan mereka sangat respek dan membantu semaksimal mungkin. Misalnya ketika diminta menunjukkan arah ke suatu tempat, mereka tidak segan-segan untuk berjalan sampai jarak tertentu lalu menjelaskan letak tempat yang dimaksud.
Di hari pertama, ketika pulang dari kampus saya dihantui perasaan khawatir tidak bisa pulang ke homestay, karena takut salah naik bis. Kebetulan saya dengan dua orang teman yaitu Bu Wuryan dan Pak Ahmad satu arah ke wilayah Aberfoyle jadi bisa naik bis bareng yaitu bisa bis G20 atau G21. Namun jalurnya bis yang bisa bareng bertiga hanya bis G21, ditunggu-tunggu sampai jam 6.30 ngga ada juga, akhirnya Bu Wuryan mengalah kita naik bis yang tercepat lewat yaitu G20, Tetapi begitu naik naik bis rasa khawatir menyerang juga karena tidak tahu di mana mesti turun, akhirnya buka lagi catatan di busstop mana saya harus turun. Setiap orang turun selalu dilihatnya busstop nomor berapa, sambil terus memperhatikan orang-orang di sekeliling bis yang kebanyakan duduk sambil membaca buku atau tablet walau mereka sudah kakek nenek. Yang sangat jarang pemandangan ini ditemui di Indonesia, yang umumnya di kendaraan umum itu ngobrol, makan-makan atau tidur. Di bis itu disediakan tempat duduk khusus untuk orang tua atau orang dishabilities, maka yang kududuki tentunya selain kursi itu. Hal ini pula yang belum diperhatikan oleh pemerintah Indonesia di mana semua penumpang dianggap sama saja kondisinya, hingga tidak diberikan perhatian khusus bagi orang-orang tua atau orang yang dishabilities.
Hal yang menarik lainnya adalah penghargaan para penumpang kepada sopir bis. Setiap kali mereka naik bis selalu mengatakan kata-kata “Good Morning” kalau pagi hari dan Good afternoon bila siang hari. Apabila para penumpang turun dari bus mereka selalu mengatakan “Thank You”. Ini merupakan hal kecil tapi sangat berarti dan menunjukkan tingkat intelektual mereka yang demikian tinggi. Sopir bis, baik pria maupun wanita mampu menjadi sosok yang sangat berwibawa karena mereka mampu menunjukkan sikap santun, tepat waktu, tertib dan dan bertanggungjawab.
Secara umum kota Adelaide bersih dan tertata rapi. Jalan raya sangat lebar, lengang dan jarang terjadi kemacetan. Transportasi umum adalah kereta, tram, taxi dan bus kota. Para penumpang dapat menggunakan jasa trasportasi masal ini dengan cara membeli ticket di counter-counter seharga $30.00 untuk umum dan $14.90 untuk pelajar. Karcis ini merupakan karcis multi guna yang dapat digunakan untuk 5 kali trip (10 kali naik bis) dan dapat digunakan untuk bus, tram serta kereta jurusan mana saja dan apabila penumpang ganti bus dalam waktu kurang dari dua jam maka karcis ini tidak kena charge alias tidak dikenai tarif. Jadi satu karcis bisa digunakan untuk beberapa kali naik bis tanpa harus bayar lagi asal belum mencapai dua jam. Apabila langsung membeli karcis di bis harganya sekitar 4,6 dollar atau 40 ribuan sekali jalan (bagi penumpang umum) dan 2,1 dollar bagi pelajar. Secara umum transportasi di Adelaide sangat nyaman, cepat dan mudah dijangkau. Bagi orang tua / manula karcis dapat diperoleh secara gratis, dan di bis mereka diberi tempat khusus yang lebih nyaman dibandingkan dengan tempat untuk penumpang biasa. Penghargaan terhadap orang tua dan orang cacat di Adelaide memang sungguh luar biasa. Posisi bus dapat direndahkan dan ditinggikan agar para orang tua dan orang cacat dapat dengan mudah menggunakan jasa transportasi ini.
Harga-harga di Adelaide terhitung murah kalau dibandingkan dengan di kota-kota lain di Australia, terutama dibandingkan dengan Sydney dan Camberra atau Brisbane. Hal ini kerena Adelaide merupakan kota pelajar. Tapi apabila di kurskan ke rupiah tetap saja mahal. Karena itu apabila tidak terlalu penting sebaiknya jangan terlalu suka berbelanja.
Kobar, 24022020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah rejeki yang tak disangkasangka....semoga ada kesempatannya bu.
Hebat buk....Tidak semua orang bisa mendapat kesempatan itu.Luar biasa buk...Sukses selaluSalam
Alhamdulillah....sangat....sangat bersyukur....Terima kasih, do'a terbaik juga untuk kesuksesan pak Ade Putra
Keren sekali bisa jalan2. Jadi iri ini buk. Pengen juga. Tapi kalau pakai biaya sendiri tak akan pernah bisa kayaknya