#tantanganGurusiana

#harike136

Kurikulum Darurat Menuju New Normal

Menjelang pergantian tahun akademik atau tahun pelajaran baru yang biasanya dilaksanakan mulai bulan Juli, akhir-akhir ini mulai diperbincangkan oleh berbagai elemen masyarakat. Kebijakan pemberlakuan New Normal, atau kenormalan baru dampaknya terhadap dunia pendidikan, perlu dikaji secara mendalam. Apalagi dengan kondisi pandemi Covid 19 yang belum menunjukkan angka penurunan jumlah korban positif terpapar virus itu, bahkan angka kematian pun setiap hari masih terus bertambah. Bagaimana, seandainya sekolah mulai berlaku sesuai dengan kalender pendidikan pertengahan bulan Juli ini? Sampai hari ini di suatu kota besar jumlah anak-anak yang terpapar virus  corona dari orang tuanya melebihi angka 100 orang. Anak-anak juga rentan tertular, apalagi jika pergaulan mereka berkumpul dalam suatu tempat secara bersama-sama di lingkungan sekolah. Seketat apapun menggunakan protokol kesehatan, untuk anak usia SMP ke bawah pengawasan guru pun tak mungkin secara maksimal. 

Berbagai usulan kebijakan dalam bidang pendidikan dengan menggeser tahun pelajaran menjadi awal Januari pun bermunculan, dengan kondisi seperti ini. Tetapi juga tentu saja dengan segala resikonya. Bagaimana status mereka yang tahun ini sudah dinyatakan lulus suatu jenjang pendidikan? Apakah hanya berdiam diri selama menunggu sampai bulan Januari, yang belum tentu juga terbebas dari Covid 19 seratus persen? Menurut para ahli butuh waktu sekitar dua tahun sambil menunggu vaksin antivirus untuk dapat memulihkan kondisi pascapandemi ini. 

Semua pihak perlu belajar untuk lebih kreatif dalam menghadapi pandemi ini. Para ahli pendidikan, penentu kebijakan, pimpinan satuan pendidikan, guru, orang tua maupun siswa belajar mengubah pola pikir cara pembelajaran sebelum masa pandemi dengan selama masa pandemi. Alternatif seandainya tahun pelajaran baru diawali bulan Juli, namun bukan berarti anak-anak masuk sekolah seperti biasanya pada bulan itu. Karena resiko yang teramat berat, penyebaran virus makin meluas. Maka perlu dirumuskan kurikulum darurat yang dibuat oleh para pemangku kebijakan dengan mempertimbangkan pendapat para ahli, serta dapat dengan mudah dilaksanakan secara efektif oleh sekolah dan guru walaupun di tengah keterbatasan. 

Kurikulum darurat ini dapat dirumuskan dengan mengacu kepada materi esensial kompetensi dasar yang lebih disederhanakan untuk setiap mata pelajaran. Kurikulum darurat yang tidak terpaku kepada pencapaian kompetensi akademik. Bagaimana berupaya mengembangkan potensi life skill siswa berbasis karakter, dikaitkan dengan materi esensial kompetensi dasar mata pelajaran. Hal ini perlu dirancang desain atau pola pembelajaran jarak jauh baik secara daring atau luring.

Untuk memudahkan komunikasi dapat dilakukan berbagai alternatif disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah maupun sekolah. Memang perlu kerja keras dari semua pihak, terutama guru dan orang tua siswa. Tetapi bagaimana pun kondisinya, kita harus bangkit dari keterpurukan ini. Prioritas utama adalah kesehatan, semua orang harus terjaga hak hidup dan kesehatannya, tetapi kita pun tak bisa berdiam diri tanpa berusaha mengatasi kesulitan ini. Dengan tetap disiplin menjaga kesehatan diri dan lingkungan, komitmen untuk bersama-sama menanggulangi penyebaran virus corona namun tidak mengabaikan unsur pendidikan. 

Kobar, 03062020