Literasi Bahasa Sunda
#tantanganGurusianna
Hari ke-4
Literasi bahasa Sunda
Hari ini, Kamis pagi pukul 07.00-07.30 tanggal 23 Januari 2020 sekolah kami mulai melaksanakan program literasi berbahasa sunda bagi semua guru. Sementara untuk peserta didik sudah dilakukan sejak digulirkannya Gerakan literasi nasional. Guru bahasa sunda sebanyak 3 orang dibagi 2 tim, 2 orang membimbing peserta didik berliterasi di lapangan upacara dibawah bimbingan bu Siska dan bu Demaswati, sedangkan bu Cucu mendampingi kami beliterasi di ruang guru.
Bahasa sunda, sekalipun bahasa ibu, bahasa daerah kami, tetapi penggunaannya dalam bekomunikasi sehari-hari masih banyak kesalahan, jangankan peserta didiknya, kami saja menyadari kelemahan tersebut. Ternyata kita selama ini kurang peduli terhadap kelestarian bahasa daerah sendiri. Belum lagi berbagai kebudayaan daerah lainnya, seperti lagu daerah, alat musik tradisional, tarian daerah. Hal yang paling sederhana adalah penggunaan bahasa daerah, ternyata juga masih banyak yang salah penempatannya, apalagi bahasa daerah itu banyak sekali ragam penempatannya, bahasa yang digunakan untuk diri sendiri, orang lain yang lebih tua, orang lain teman sepergaulan, bahkan penggunaan bahasa untuk binatang. Contohnya kata “makan” dalam bahasa Indonesia yang sama kepada siapa pun, kalau dalam bahasa sunda penempatannya berbeda. Kepada orang tua “tuang”, untuk orang lain bahasa halus“emam”, untuk orang lain bahasa kasar “dahar” untuk diri sendiri “neda”, untuk binatang “parab, hakan”. Bahasa Sunda di beberapa kota atau pun kabupaten ada perbedaan bahasa, disebut bahasa wewengkon.
Pada pagi hari ini, literasi bahasa sunda bagi guru-guru SMPN 5 Tasikmalaya membahas tentang jenis-jenis pupuh. Pupuh merupakan puisi tradisional dalam bahasa sunda, terdiri dari 17 jenis pupuh, yang memiliki jumlah suku kata, jumlah baris dan rima tertentu, serta masing-masing jenis pupuh memiliki karakter dan tema yang berbeda.
Walaupun pada masa-masa sekolah dahulu, sudah dipelajari jenis-jenis pupuh ini, namun seiring berbagai kepentingan dan urusan masing-masing tentu lupa lagi. Alhamdulillah hari ini dapat pencerahan kembali, mengingat jenis-jenis pupuh dengan cara dinyanyikan supaya mudah mengingatnya.
Berikut ini jenis -jenis pupuh yang dibuatkan lagunuya:
NATAAN PUPUH
Urang tembang diajar ngahaleuang
Lagu pupuh aya 17
Urang tataan urang apalkeun
Kumaha laguna kumaha dangdingna
Pupuh kinanti jeung pupuh sinom
Asmarandana jeung dangdanggula
Gambuh, ladrang, lambang, maskumambang
Balakbak, magatru, jeung pucung
Wirangrong jeung juru demung
Urang tembang diajar ngahaluang
Lagu pupuh aya 17
Lagu-laguna dangding dangdingna
Haleuang tembangna omat kudu bisa
Diawali dngan mengamati kata demi kata dalam lagu itu, dipahami artinya, kemudian mencoba untuk menyanyikannya bersama-sama dan diulang-ulang. Satu persatu tiap MGMP unit guru-guru mencoba menyanyikan hingga tak terasa waktu 30 menit kegiatan literasi pagi ini berakhir. Semoga kegiatan hari ini menjadi awal yang baik untuk berupaya melestarikan keatifan lokal terutama kemampuan berbahasa sunda.
Nelitas, 23 Januari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar