Literasi Budaya dan kewarganegaraan dalam pembelajaran
#TantanganGurusiana#
#hari ke-5
Literasi Budaya dan kewarganegaraan dalam pembelajaran
Literasi budaya dan kewarganegaraan merupakan salah satu gerakan literasi dasar sebagai upaya penumbuhan budi pekerti. Literasi budaya dan kewarganegaraan berkaitan dengan kemampuan dalam memahami dan mewujudkan nilai-nilai kebudayaan dan hak-hak serta kewajiban sebagai warganegara, yang mencakup hak dan kewajiban terhadap dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat, maupun bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku bangsa, agama, ras dan antargolongan yang tersebar di seluruh tanah air, dalam bingkai Bhinneka tunggal ika. Dengan beranekaragamnya suku bangsa terkandung ciri khas atau identitas masing-masing suku bangsa yang membedakan satu sama lainnya, seperti adanya rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, alat musik tradisional, pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, kerajinan khas daerah, makanan tradisional, bahasa daerah, permainan tradisional serta sistem kekerabatan.
Kita perlu memahami dan menyadari bahwa keberagaman bangsa Indonesia ini sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa yang patut disyukuri, karena dengan beragam tersebut dapat memperkaya khazanah budaya bangsa sekaligus sebagai daya tarik wisatawan asing maupun lokal, yang dapat turut pula meningkatkan pendapatan masyarakat maupun pemerintah.
Kenyataan masih lemahnya kemampuan peserta didik kelas IX dalam literasi budaya dan kewarganegaraan. Dalam proses pembelajaran yang dibahas saat ini mengenai Harmoni keberagaman masyarakat Indonesia dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini terlihat saat mereka diminta untuk menggambar peta Indonesia, dalam waktu 10 menit. Ternyata masih banyak yang mengalami kesulitan, apalagi tanpa diberi contoh gambar peta Indonesia. Berulangkali gambarnya mereka hapus, sebenarnya seusia mereka pemahaman tentang peta wilayah NKRI harus sudah di luar kepala, terutama bentuk 5 pulau terbesar di Indonesia. Setelah diberi contoh, baru mereka meniru contoh gambar. Masih berkaitan dengan peta Indonesia, setelah petanya dibuat, kemudian diberikan kesempatan untuk menentukan kita-kira letak suku bangsa berdasarkan lingkaran hukum adat Indonesia menurut Mr. Van Vollenhoven, yang terdiri dari 19 lingkaran hukum adat, juga masih banyak yang tidak mengetahuinya. Hal ini tantangan tersendiri, untuk membimbing dan memberikan motivasi agar mereka lebih peduli dan mau meningkatkan wawasan kebangsaannya.
Upaya meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya kepada peserta didik dapat dilakukan dalam berbagai model pembelajaran. Misalnya dengan model discovery learning, peserta didik menggali informasi melalui kajian buku paket atau penemuan dari internet tentang macam-macam keragaman budaya daerah. Model pembelajaran dapat dikolaborasikan dengan berbagai kreativitas teknik DL, misalnya dengan berbantuan boardgame monopoli Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk lebih meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki terhadap kebudayaan daerah, dapat dilaksanakan praktik kewarganegaraan salah satu atau beberapa jenis budaya daerah. Mengingaat saat ini permainan tradisional sudah mulai tergeser oleh permainan berbasis IT seperti e-sport, game online dan sebagainya. Maka untuk membangkitkan kembali nilai-nilai tradisi budaya daerah, peserta didik mempraktikan salah satu permainan tradisional melalui tugas kelompok dengan jenis-jenis permainan yang berbeda bagi setiap kelompok. Karena jenis-jenis permainan ini sudah banyak yang tidak diketahui tentang alat/bahan dan tata cara permainannya, maka mereka menggali informasi terlebih dahulu tentang permainan tradisional yang dipilih. Setelah dipahami, kemudian mereka mempraktikannya di dalam atau di luar kelas. Untuk menambah kreativitasnya, selama permainan berlangsung dilakukan perekaman video. Maka jadilah proyek video tentang permainan tradisional. Sehingga terdapat kolaborasi antara permainan tradisional sebagai kontennya dan editing video sebagai pembelajaran berbasis IT-nya.
Masih banyak hal lainnya sebagai upaya meningkatkan kompetensi literasi budaya dan kewarganegaraan dalam proses pembelajaran, diperlukan juga inovasi dan kreativitas guru dalam mengemas model dam media pembelajaran sehingga dapat dirasakan dan dialami langsung oleh peserta didik bukan hanya sekedar wacana atau tataran teori saja, tetapi pembelajaran yang langsung mereka alami dan menyentuh hati nuraninya. Sehingga dengan learning experience peserta didik dapat memiliki kemampuan daya ingat yang tahan lama.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar