Ai Tin Sumartini

Ai Tin Sumartini, M.Pd, lahir di Cikajang Garut Jawa Barat. Pengabdian sebagai guru PPKn sejak tahun 1994. Pendidikan terakhir S2 Program Studi PKn di SPs UPI B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pulanglah, Nak!
https://www.kompasiana.com/entong61011/5e7e30fa097f36203a0b1384/pulanglah-corona-covid-19-sebelum-dibulan-suci-ramadhan-2020

Pulanglah, Nak!

#tantanganGurusiana

#harike75

Pulanglah, Nak!

Namamu kini makin populer. Seluruh dunia telah gempar dengan keberadaanmu. Awal tahun yang telah mengubah pola kehidupan seluruh dunia. Katanya kamu bersumber dari hewan-hewan liar tak layak di makan manusia. Mulanya kamu bersama saudara-saudaramu hanya berpetualang di sekitar kota wilayah Tiongkok. Aku di sini hanya menonton kehebatanmu, menghentikan segala aktivitas kehidupan manusia di kota itu.

Lambat laun gemuruh kota makin lengang. Banyak di antara mereka yang tiba-tiba terjatuh. Ketidaktahuan akan penularan dirimu mengakibatkan ribuan orang terinfeksi. Gerak cepat pemerintahan kota menutup segala akses keluar masuk kota. Demi tidak meluas akan penyebaran penularan dirimu. Semua orang dilarang ke luar rumah. Sampai-sampai seperti kota mati tak berpenghuni, tak ada lalu lalang pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya, tak ada perjalanan kendaraan yang bikin bising dan memekakan telinga. Tak nampak orang-orang bersuka cita di tempat wisata. Tak ada kesibukan para pegawai di perusahaan atau perkantoran. Yang diperkenankan membuka usahanya hanya toko-toko bahan makanan dan apotik, itu pun barang-barangnya sudah mulai langka.

Orang-orang terkena panic buyying, memborong kebutuhan pokok khawatir kelaparan selama berdiam diri di rumah. Barang-barang yang semula tak penting, dipelekan, kemudian banyak diburu orang. Masker, tissue toilet, hand sanitizer, disinfektan, kemudin menjadi primadona. Kesempatan orang-orang rakus untuk menimbunnya, memborong dari gudang-gudang penjualan. Meraup keuntungan berpuluh-puluh lipat untuk dijual kembali, bak milyarder dadakan. Menari-nari di atas penderitaan orang lain. Bahkan ada yang mengorbankan harga dirinya, dengan mencuri barang-barang itu di rumah sakit tempat dia bekerja. Sungguh miris.

Semakin hari semakin banyak orang-orang terinfeksi dengan petualanganmu, makin banyak pula korban jiwa karena kehebatanmu. Tenaga kesehatan, tenaga medis dan paramedis mulai kewalahan, benar-benar sangat sibuk dan berjuang mempertaruhkan nyawanya demi raga orang lain. Sampai pemerintah setempat meminta bantuan ribuan mendatangkan tenaga kesehatan dari wilayah lain. Rumah sakit- rumah sakir darurat segera dibangun untuk menampung ribuan pasien.

Ternyata petualanganmu makin merajalela. Bukan hanya di sekitar negara asalmu, tetapi benar-benar telah melanglangbuana ke seluruh jagat raya. Sebagian besar negara di dunia telah kamu singgahi. Ratusan ribu di dunia terinfeksi karenamu. Hampir seluruh negara melakukan lock down, mengunci arus keluar masuk negara. Menutup semua jalur lalu lintas, darat, laut maupun udara. Seketika bumi ini sepi. Tak memandang pangkat, jabatan, usia, jenis kelamin, pejabat atau rakyat jelata, seenaknya saja kamu tinggal. Ibarat magnet yang menarik logam besi, mampu berjam-jam kamu hidup di sana. Untuk menyebarkan virusmu pada siapa saja yang bersentuhan.

Kamu memang hebat makhluk kecil, tak kasat mata. Menjadi musuh utama saat ini di seluruh penjuru dunia. Semua ruang publik ditutup, segala program dunia, negara, kelompok masyarakat otomatis dihentikan. Seluruh acara-acara yang meilbatkan banyak orang dibubarkan. Termasuk ritual ibadah berjamaah di tempat-tempat ibadah, dialihkan ke rumah masing-masing. Sangat menyedihkan, memprihatinkan pusat ibadah umat muslim pun dikosongkan. Seumur hidupku baru melihat ka’bah yang kosong dari jama’ah yang bertawaf, apalagi melaksanakan ibadah umroh.

Kini, bukan lagi ku menonton kehebatanmu di negara lain. Ternyata sekarang kamu sudah hadir di sini, di negaraku tercinta. Kurang dari satu bulan ini, telah mengubah pola kehidupanku. Semua aktivitas harian dialihkan ke rumah, anak-anak didikku harus belajar dari rumah, aku pun harus bekerja dari rumah. Semua ruang publik di sini pun nampak sepi, semula hanya menjadi penonton, kini mengalami sendiri. Toko-toko sebagian besar tutup, perkotaan seperti kota mati. Berbeda seratus delapan puluh derajat, yang biasanya lalu lalang orang-orang maupun kendaraan yang membuat kemacetan di beberapa ruas jalan.

Ketakukan makin menghantuiku, khawatir kamu singgah di sekitar lingkunganku. Ternyata di negaraku kini sudah hampir mencapai dua ribu orang yang terinfeksi dirimu, ratusan orang meregang nyawa karena tidak tahan akan kehebatanmu, bahkan banyak diantaranya tenaga kesehatan, dokter dan perawat yang menjadi korban. Pemulasaraan korban meninggal karenamu sungguh sangat istimewa. Hanya para tenaga kesehatan yang berpakaian alat pelindung diri yang lengkaplah yang berhak mengurusnya, berdasarkan standar opersional yang tepat. Sanak keluarganya tak bisa lagi melihatnya, bahkan dalam pemakaman pun harus memandang dari kejauhan di tempat yang juga harus memenuhi standar penguburan. Banyak jenazah terinfeksi virusmu yang terombang ambing karena ditolak warga, yang khawatir terkena dampaknya.

Kini beberapa daerah melakukan pembatasan wilayah, walaupun ditentang melakukan lock down kota/kabupaten oleh pemerintah pusat. Demi keselamatan warga, sebagian kepala daerah pasang badan. Setiap pintu gerbang masuk wilayahnya dijaga ketat, gapura penyemprot disinfentan otomatis dibuat dengan mandiri oleh warga masyarakat. Semua dilakukan demi terhentinya petualanganmu.

Kamu benar-benar sangat hebat, telah dikenal oleh semua orang di seluruh dunia. Tapi tentu tak akan mengalahkan kekuatan yang Maha Hebat, penciptamu dan penciptaku juga. Kembalilah ke singgasana asalmu. Pulanglah, Nak! Silakan bangun istanamu dengan megah, namun di habitat asalmu. Ku mohon pada Yang Maha Kuasa, Yaa Robbi, Engkaulah sebaik-baik penolong, tolonglah kami, kembalikan makhluk kecil tak kasat mata ini ke tempat asalnya. Ya Allah Yaa Ghofar, Engkaulah sebaik-baik pemaaf, Maafkan kami atas segala dosa yang telah diperbuat. Hentikan wabah ini, dengan sebaik-baik penyelesaian. Aamiin...

Kobar 03042020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post