Ai Tin Sumartini

Ai Tin Sumartini, M.Pd, lahir di Cikajang Garut Jawa Barat. Pengabdian sebagai guru PPKn sejak tahun 1994. Pendidikan terakhir S2 Program Studi PKn di SPs UPI B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepatu Sang Pemimpin Upacara
http://life.108jakarta.com/2017/08/kapankah-masa-kadaluarsa-sepatu-olahraga-anda

Sepatu Sang Pemimpin Upacara

#tantanganGurusiana

#harike73

Sepatu Sang Pemimpin Upacara

Bel tanda istirahat kedua berbunyi. Sebagian besar siswa dan guru dari masing-masing kelas berhamburan ke luar. Ada yang menuju kantin sekolah, tenda-tenda warung di sepanjang pinggir kompleks belakang sekolah, ada juga sebagian menuju mesjid sekolah yang hanya cukup menampung seperempat warga sekolah. Tetapi ada juga yang hanya duduk-duduk di ruang kelas sambil membuka bekal nasinya untuk makan siang. Termasuk Aldis, yang siang itu dia lebih memilih menyantap makan siang di ruang kelasnya. Walaupun hanya nasi putih dan sepotong tempe dan ikan asin. Dia tanpa canggung bawa bekal apa adanya yang disiapkan ibunya sejak subuh. Jarang pula jajan di kantin atau warung sekolah. Kalaupun ada uang selalu disimpan jika ada keperluan mendadak. Perutnya hanya cukup diberi makan berat saja, yang penting tidak kelaparan.

“Dis, bawa bekal apa?” tanya Dito

“Biasalah Dit”, jawab Aldis sambil memperlihatkan wadah nasinya.

“Nih, mau lauknya, saya bawa cukup banyak”, Dito memberikan sepotong daging rendang miliknya dimasukkan ke tempat nasi Aldis.

“Yo, kita makan berjamaah, sambil nunggu adzan dhuhur”, tambah Dito lagi.

“O, ya. Terima kasih, ya Dit”, Aldis pun menyantap makan siangnya, walaupun nasi putih yang dibawanya di pagi hari, hingga terasa dingin agak keras.

Sekalipun kondisi keluarga yang sangat kekurangan, tapi dia menunjukkan sikap yang tidak rendah diri, aktif dalam organisasi terutama kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan kegiatan remaja mesjid. Kebetulan hari itu bukan jadwal adzan, maka dia dahulukan makan siang.

Begitu suara adzan dhuhur dikumandangkan dari mesjid sekolahnya, bergegas Aldis dan Dito membersihkan sisa makanannya dan segera menuju mesjid untuk berwudhu dan menjalankan sholat berjamaah.

“O, ya Dis, tadi pagi Pak Tria bilang akan ada Lomba Tingkat Pramuka di kecamatan, Kamu ikut ya?” tanya Rendi sang Pradana di sekolahnya.

“Ayo, siap. Apa saja yang harus kita persiapkan?” Tanya Aldis.

“Ya, pokoknya kita siapkan dulu siapa saja yang akan turut serta di regu kita”, jelas Rendi.

Aldis memang tergolong siswa yang aktif dalam kegiatan organisasi, sekali-kali membantu kegiatan OSIS walaupun belum menjadi pengurus OSIS. Teman-teman maupun gurunya tak mengira jika dia berasal dari keluarga yang serba terbatas dari sisi ekonomi. Gaya bicaranya jika diskusi menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, nilai rapot semester 1 dan 2 masuk lima besar. Masih ada teman-temannya yang lebih baik secara akademik, dia menyadari banyak keterbatasan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

“Dis, sini!” Pak Edwar memanggilnya

“Ya, Pak, ada apa?” tanya Aldis mendekati Pa Edwar sebagai wali kelasnya.

“Senin, besok petugas upacara bagian kelas kita. Siapkan saja petugas upacaranya, dan mulai latihan upacara besok pasca Jum’atan.” Jelas Pak Edwar.

“Ya, siap Pak”, Aldis menyanggupi.

Aldis berlari menuju ruang kelasnya, memberitahu teman-temannya untuk mempersiapkan petugas upacara. Sebagai ketua kelas, dia bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Apalagi mempersiapkan petugas upacara yang baru kali ini mendapat giliran selama lebih dari setahun di sekolah ini.

“Teman-teman, Senin besok giliran kelas kita menjadi petugas upacara, kita harus mempersiapkan petugasnya”. Aldis menjelaskan

“Siapa saja yang siap menjadi petugas, semua harus punya tanggung jawab jika dipercaya atau ditunjuk sebagai petugas, ya?’ Aldis menambahkan.

Dengan jiwa kepemimpinan yang dimilikinya, mampu mengarahkan teman-temannya agar siap melaksanakan upacara bendera. Teman-temannya tidak ada yang siap menjadi pemimpin upacara, terpaksa Aldis sebagai ketua kelas menyanggupinya sebagai wujud tanggung jawabnya.

Dengan langkah tegap, Aldis memasuki lapangan upacara. Tentu semua pasang mata peserta upacara tertuju padanya. Dari ujung rambut yang bertopi lusuh, sampai ujung kaki dengan sepatu hitam tak kalah lusuhnya bahkan berlobang tak bertipe warior seperti yang disepakati dalam tata tertib sekolah. Walau tak semua pasang mata melihat dengan jelas sepatu yang dikenakannya. Tapi saat itu benar-benar nampak, siapa Aldis sebenarnya. Banyak di antara peserta upacara, baik siswa maupun gurunya yang berbisik-bisik.

“Ya, ampun Aldis...sepatunya kok robek gitu”, bu Sophie berbisik ke arah Bu Tina di sampingnya.

Bukan Aldis namanya, dia tak mempedulikan apa yang menjadi bisikan orang-orang. Yang penting dia mampu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin upacara, dari awal hingga upacara selesai.

“Aldis, sini!” seru Bu Sophie, sambil menghampiri Aldis, selepas upacara bendera bubar.

“Ya, Bu. Ada apa?” Tanya Aldis.

Bu Sophie membawa Aldis ke tempat yang agak sepi.

“Sepatumu kenapa, Dis?” Tanya Bu Sophie.

“Ya, Bu, maaf sudah jelek,” jawab Aldis tersenyum.

“Nomor sepatumu, berapa?” tanya Bu Sophie lagi.

“Kenapa, Bu?” Tanya Aldis heran penuh harap.

“Ibu akan usahakan menggantikan sepatumu itu”, jawab Bu Sophie.

“O, ya, Bu. Terima kasih sebelumnya.” Aldis mulai nampak malu.

“Ya, berapa nomornya?”

“Empat puluh, Bu. Tapi, maaf ya, Bu, sudah merepotkan.” Aldis menunduk.

“Ya, ngga apa-apa. Kamu anak baik, aktif, anggap saja ini sebagai hadiah atas keaktifanmu di sekolah”. Jelas Bu Sophie.

Bu Sophie salah satu guru bagian kesiswaan, mengusahakan bantuan untuk Aldis dari Program Sarumpi, yaitu program kesiswaan yang bergerak di bidang sosial. Sarumpi diambil dari sumbangan anak-anak yang dikelola oleh OSIS, dan digunakan salah satunya untuk kebutuhan peserta didik yang tidak mampu. Termasuk untuk membeli sepatu Aldis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpennya berdasarkan kisah nyata teh? Kejadiannya sangat mungkin terjadi, sukses terus menulis cerpennya.

01 Apr
Balas



search

New Post