Ai Tin Sumartini

Ai Tin Sumartini, M.Pd, lahir di Cikajang Garut Jawa Barat. Pengabdian sebagai guru PPKn sejak tahun 1994. Pendidikan terakhir S2 Program Studi PKn di SPs UPI B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Stop Piknik Jangan Panik

Stop Piknik Jangan Panik

#tantanganGurusiana

#harike64

Stop Piknik Jangan Panik

 

            Kondisi pandemi virus corona yang mewabah secara global  hampir di seluruh negara di dunia ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap segala sendi kehidupan. Beberapa negara yang dengan sigap mengeluarkan kebijakan secara cepat dan tepat dalam mencegah penyebaran COVID-19 ini, diikuti dengan ketaatan dan kedisiplinan masyarakat sehingga korban penderita yang terinfeksi virus corona maupun yang meninggal tidak begitu banyak. Tetapi ada juga negara dengan kebijakan pemerintahnya dalam penanganan penyebaran virus, namun masyarakatnya yang tidak mengindahkan aturan hingga korban penderita dan yang meninggal pun makin banyak, bahkan melebihi negara asalnya virus tersebut.

            Bercermin dari pengamalan banyak negara dalam menghadapi pandemi ini, maka kita bangsa Indonesia tentu saja mengharapkan pandemi ini tidak menimbulkan banyak korban dan segera berakhir. Kita harus belajar dari beberapa negara yang berhasil menekan angka kematian dan jumlah penderita COVID-19. Tentu membutuhkan kerja sama dari semua pihak dan bersatu melawan penyebaran virus corona ini. Bukan hanya tanggung jawab tenaga medis dan paramedis saja, mereka memang garda terdepan yang langsung berhubungan dengan pasien yang terinfeksi. Sehingga harus berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk menyembuhkan dan merawat pasien terinfeksi, sedangkan mereka sendiri pun sangat rentan tertularnya virus jika tanpa alat pelindung diri yang memenuhi standar.  Mereka bekerja untuk kesehatan kita, maka kita membantunya dengan tidak keluar rumah.

Pekan kedua pemerintah mengeluarkan kebijakan kepada seluruh rakyat Indonesia terutama bagi daerah yang sangat rentan terhadap penyebaran virus ini, supaya melakukan social distancing, menjaga jarak dan membatasi interaksi sosial di masyarakat. Seluruh instansi pemerintah, sekolah, perguruan tinggi maupun swasta ditegaskan supaya belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah. Perusahaan maupun dunia usaha lain dihimbau untuk menerapkan bekerja dari rumah bagi para karyawannya.

Tetapi kenyataannya, masih banyak masyarakat yang belum memahami makna kebijakan ini. Sekolah bukan diliburkan, tetapi belajar yang dialihkan di rumah dengan pengawasan orang tua maupun pemantauan guru. Pembelajaran dengan daring ataupun pembelajaran mandiri melalui penugasan terstruktur dan tidak terstruktur. Masih banyak dijumpai anak-anak yang berkerumun di ruang-ruang publik, atau bahkan orang tua yang dengan sengaja membawa anak-anaknya jalan-jalan ke mall atau supermarket sampai makan-makan di restoran atau rumah makan.

Sangat disayangkan, masih ada sebagian masyarakat yang menanggapinya dengan sepele dan santai. Kebijakan bekerja dari rumah, ada yang dimanfaatkan dengan jalan-jalan atau piknik ke luar kota dan tempat wisata. Sungguh sangat miris, tingkat edukasi akan bahaya penularan virus ini  masih rendah. Sampai-sampai pejabat daerah, gubernur, bupati atau walikota turun tangan, turun ke jalan-jalan menyerukan agar masyarakat segera pulang ke rumah. Tidak melakukan  aktivitas kerumunan massa. Bahkan gelaran pesta resepsi pernikahan atau apapun yang menarik banyak orang agar segera dibatalkan. Karena ada peristiwa, beberapa tamu undangan setelah menghadiri sebuah pesta pernikahan ternyata tertular virus corona.

Musibah yang mendunia ini harus disikapi dengan bijak oleh semua pihak. Kita perlu mengedukasi diri kita masing-masing, menanggapi dengan serius menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, berusaha menghindari kemungkinan tertularnya virus. Tetapi juga tidak perlu panik, kekhawatiran yang berlebihan terhadap segala kemungkinan yang terjadi sehingga menimbulkan panic buying. Melakukan belanja berlebihan dengan memborong barang-barang di pertokoan, yang mengakibatkan langka atau menghilangnya barang di pasar-pasar.

Dengan kondisi seperti ini, perlu diupayakan gerakan sosial, empati dan simpati terhadap sesama. Bukannya egois, mementingkan diri sendiri. Apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap beberapa perusahaan, selebriti, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, relawan baik secara individu maupun komunitas yang bahu membahu melakukan gerakan sosial membantu penanganan pencegahan penularan virus corona ini. Sebagai warga masyarakat, kita memiliki tanggung jawab turut berperan serta  semampunya sesuai kapasitas kita masing-masing. Setidaknya stop piknik, tidak melakukan jalan-jalan hanya sekedar melepas kepenatan apalagi berwisata, tetapi janganlah panik. Bertindak secara rasional, memanfaatkan waktu dengan usaha-usaha yang produktif, walaupun di rumah saja.

 

 

 

Kobar, 23032020

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post