Di balik Sujud, Ada Rahasia Besar
Sujud merupakan totalitas diri di hadapan Allah SWT. Simbol ketundukan di depan sang penguasa alam semesta.
Kening yang paling mulia ini tertancap di atas bumi, karena bumi ini merasakan adanya ikatan persahabatan dengan kening. Seolah-olah sang bumi berkata, "Letakkan keningmu disini,...!!!".
Bumi akan bergetar jika kening seorang insan tidak menempel diatas kulitnya. Bumi dan muslim dua sejoli yang selalu bersahabat, kedua-duanya secara bersamaan sujud di hadapan sang pencipta. Maha suci Allah SWT rabb maha mulia.
Sebagai insan yang sadar, selayaknya dia harus sujud kepada tuhannya. Disebabkan sujud merupakan tanda dan simbol ketaatan dirinya terhadap Allah SWT.
Teringat sebuah kisah yang kita imani. Kisah yang terjadi di saat bumi ini belum dihuni oleh manusia. Kisah dari langit yang tinggi, kisah yang bermuara dari sorga tempat kembalinya kita sebagai mukmin kesana. Kisah asal usul tindakan sujud, sesuatu tindakan yang berawal dari sujud, dan berakhir dengan sujud kepada Allah SWT. Tindakan sujud ini, titik awal bertemunya kebahagiaan dengan kebahagiaan.
Berbahagialah bagi orang yang senantiasa sujud, dan celakah bagi yang tidak melakukannya.
Kisah yang menceritakan sujudnya para malaikat sehingga mereka berbahagia sepanjang masa. Kemudian Kisah ingkarnya iblis yang tidak mau sujud dan berakhir dengan kesengsaraannya sepanjang hayat.
Inilah sebuah kisah yang menghantarkan kita selalu beriman dan tunduk ke hadapan Allah SWT. Kisah yang terjadi antara sebuah perintah sujud di lantai sorga. Perintah dari sang maha perkasa dan sujudnya para malaikat disana.
Sujud yang tergambar dengan meletakkan kening di hadapan Adam As. Adam As hanyalah seorang hamba Allah SWT yang diciptakan dari unsur tanah. Pada hakikatnya Adam As bukanlah tempat sujudnya para malaikat. Adam As hanyalah seorang makhluk yang Allah SWT muliakan. Kemuliaan Adam As terbukti dengan tindakan sujudnya para malaikat kepadanya.
Sebenarnya, tak layaklah bagi malaikat menundukkan diri dengan serentak sujud kepada Adam As. Seharusnya sujud yang layak adalah sujud kepada sang pencipta mereka, yang telah memberikan berbagai keutamaan dan rahmat. Namun, kalaulah bukanlah atas sebuah perintah. Perintah dari sang pencipta, tentulah para malaikat ini tidak akan sujud. Mereka berpikir bagaimana mungkin sujud kepada seorang makhluk. Akan tetapi, tanpa mempergunakan rasio dan pikiran panjang, mereka yang begitu banyak serentak sujud seluruhnya secara totalitas kepada Adam As.
Tapi di balik sikap sujud kepada Adam As, para malaikat sebenarnya hanyalah menundukkan diri atas sebuah perintah, perintah yang berasal dari pencipta Adam As. Andaikan malaikat tidak sujud atas sebuah perintah ini, mereka sudah pasti menerima sebuah resiko besar. Sebagaimana resiko yang ditimpakan kepada iblis yang tidak mau melakukan tuntutan perintah yang sama dari sumber perintah yang sama.
Tindakan malaikat sudah benar, namun tindakan iblis beresiko besar. Para malaikat selalu disayangi dan dicintai Allah SWT atas dasar sebuah sujud kepada seseorang hamba yang dicipta dari tanah yang hina. Kondisi ini berbeda dengan iblis yang menerima cercaan dan kehinaan dari Allah SWT. Dia diusir dari sorga dan dijanjikan kekal di dalam neraka atas sebuah keingkaran terhadap sebuah perintah, perintah sujud.
Para malaikat bertasbih, bertahmid dan mengagungkan Allah SWT dengan melakukan sujud kepadaNya. Langit, bumi dan benda langit lainnya tidak pernah membantah segala aturan dan ketentuan Allah SWT. Mereka seluruhnya sujud kepada Allah SWT. Matahari, bulan, bintang dan seluruh tata surya melaksanakan perintah yang sama dengan sujud kepadaNya. Angin Berhembus, air yang mengalir dan asap bergumpal berjalan dan berotasi sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan melaksanakan perintah sujud kepada tuhannya. Seluruh tumbuh-tumbuhan dan binatang yang ada dalam alam semesta ini tidak pernah mengingkari dan mereka selalu patuh dan sujud kepada Allah SWT.
Sujud adalah lambang ketaatan dan kepatuhan seorang hamba kepada Rabbnya. Seyogyanya, seorang insan yang sadar dengan dirinya menyerahkan diri dan mawas diri seutuhnya tanpa ada keraguan sedikitpun. Dia seharusnya selalu menundukkan wajahnya di hadapan keagungan dan kebesaran Allah SWT yang maha tahu dengan semua kebutuhan dan keperluan hambaNya.
Tanpa meletakkan kening diatas sajadah dihadapan tuhannya, tentu seseorang insan tersebut tidak berharga di depan kekuasaan Allah SWT yang maha mulia. Seyogyanya manusia sebagai makhluk yang mulia ini tidak menunda-nunda untuk melakukan sujud dengan sepenuh hati dan jiwa seraya menyerahkan segala daya upaya kehadirat Allah SWT.
Dengan tanda ketundukan kita sebagai hamba Allah SWT, mari kita menanamkan dalam diri kita pemahaman tentang kepatuhan dan ketaatan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari dan juga mewariskan rasa tersebut kepada anak cucu kita sekarang dan masa yang akan datang.
Aji, (Padang Panjang, 7 Maret 2020)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar