Disiplin Buat Apa Sih?
Jika ada guru yang mengatakan, muridnya tidak berdisiplin. Segeralah mencari cermin besar dan berkaca di depannya, lalu berkata, "Apakah aku sudah disiplin?" Jika jawabnya, ya. Maka secepatnya pula, mencari-cari cara yang elegan dan manusiawi. Karena bisa jadi, selama ini pola atau kultur yang diterapkan, jauh dari kata disiplin.
Selain itu, bisa juga alasan komunikasi. Mungkin selama ini komunikasi yang dilakukan tidak berlangsung dua arah. Cenderung "mendikte". Harus begini dan wajib begono. Dampaknya, murid punya kesan yang tidak mengenakkan. Guru akan dicap "diktator". Dan ini yang tidak disadari.
Bagaimana bila jawaban dari pertanyaan tadi adalah "tidak"? Tentu guru tersebut, harus segera merombak perilaku diri. Karena bagaimana mungkin, jika gurunya suka terlambat datang ke sekolah? Bisa berharap punya murid yang rajin masuk sekolah. Begitu pula, bagaimana kalau kelakuan setiap hari, malas mengerjakan tugas-tugas administrasi kelas. Kok pengen memiliki siswa, yang giat mengerjakan PR-nya. Ini ibarat memohon hujan salju turun di gurun pasir. Nggak bernalar. Merusak hukum alam.
Lantas apa gunanya disiplin sih? Apabila di lapangan tidak nampak "wujudnya". Jangan-jangan pengharapan terhadap kedisiplinan ini, seperti "pungguk merindukan bulan". Kesia-siaan yang akut.
*ditulis sambil jagong dengan bapak-bapak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
hmm, saya suka dengan kata "akut' Apa kabar pak..?
Alhamdulillah Bu.
Baik-baik saja.