"Katok Bolong" Bertemu Celana Berlubang
Bangsa kita dianugerahi banyak bahasa. Salah satunya ialah Bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang dikenal sebagai pemasok utama Bahasa Indonesia, mempunyai "bentuk" puisi yang disebut pantun. Pantun dalam khazanah Bahasa Indonesia dikategorikan dalam puisi tradisional.
Apakah cuma Bahasa Melayu, yang punya puisi tradisional? Tentu tidak, ada bahasa daerah lain yang punya. Misalnya Bahasa Jawa. Dalam Bahasa Jawa, padanan pantun adalah parikan. Mengapa dianggap padanan? Karena secara wujudnya tak jauhlah.
Mari kita lihat seberapa dekat pantun dengan parikan. Yang diambil ini adalah jenis pantun kilat (karmina). Tapi ingat contoh pantun dan parikan ini adalah contoh "sekenanya", tak layak jadi acuan. Baiklah seperti ini keberadaannya:
"Celana lobang ditukar lontong.
Jadilah orang jangan suka sombong."
Bandingkan dengan parikan ini:
"Katok bolong diijoli lontong.
Dadiyo wong ojo sok sombong."
Memang secara ragawi terkesan berbeda. Namun secara maknawi, sama pemahamannya.
Begitulah betapa luar biasa kekayaan bahasa kita. Mengapa kita harus minder? Mengapa kita harus ragu untuk "unjuk muka" ke bangsa lain, tentang hebatnya bahasa kita?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar