Seharian ini, saya seperti "manusia ikan". Lha gimana nggak jadi manusia ikan? Dari pagi sudah disuguhi rempeyek rebon, sambal teri, dan wader goreng. Dilanjut siangnya, lele asap.

Melihat hal ini, malam yang tinggal empat jam lagi, tentu saya harus memilih makan ikan lagi. Tak boleh yang lain. Sebab melakukan sesuatu itu, tak boleh setengah-setengah, harus tuntas.

Apalagi memang ikan itu juga mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Kita ulik dari sisi protein saja, sudah membuat haru biru. Seperti yang dilansir oleh laman http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2012/06/kandungan-gizi-pada-ikan.html?m=1

1. Kandungan protein ikan lebih tinggi dari protein serealia di kacang-kacangan, setara dengan daging, sedikit dibawah telur.

2. Protein ikan sangat mudah dicerna, sehingga baik bagi balita yang sistem pencernaannya belum sesempuna orang dewasa.

3. Protein ikan mengandung berbagai asam amino dalam bentuk yang mendekati asam amino didalam tubuh manusia. Komposisi asam amino protein ikan juga lebih lengkap dibanding bahan makanan lain, salah satunya taurin, sangat bermanfaat merangsang pertumbuhan sel otak balita.

Maka benarlah, meminjam istilah Bu Susi, orang yang tak suka makan ikan, patut kiranya "ditenggelamkan". Karena, eh karena, tak ada satupun agama samawi yang ngelarang makan ikan.

Bojonegoro, 9 September 2018