AJUN PUJANG ANOM

Seorang guru yang sedang menikmati bagaimana bahagianya menjadi seorang guru....

Selengkapnya
Navigasi Web

Pembelajaran Terpadu Lebih Dari "Tematik"

Jauh hari sebelum adanya pembelajaran tematik, yang dikemas di KTSP lalu dilanjutkan secara menyeluruh di semua kelas Kurtilas di jenjang SD. Saya sudah melakukan pembelajaran serupa. Hanya perbedaan paling mencolok di tingkat administrasi kelas.

Berani jujur apa nggak? Administrasi kelas di jenjang SD, tak cuma bikin tangan keriting, juga bikin pusing pala barbie. Guru kelas mau tidak mau juga harus menjelimeti alias mentelengi tumbuh kembang anak dan dituliskan. Mungkinkah hal ini dilakukan secara ideal? Pakai logika sederhana saja, jelas tak masuk akal.

Anak-anak jaman now, beda betul dengan yang sudah jadul. Dulu dipelototi dikit, sudah diam. Ini belum sampai dalam taraf dibentak. Anak jaman sekarang, ibaratnya sampai mulut mengalami karat pun, susah untuk dikendalikan. Kalau orang Jawa bilang, "Sampek ngentekno lambe." Sampai menghabiskan mulut.

Apabila ada yang berkata, "Itu kan sudah tugas guru. Sudah selayaknyalah begitu." Mungkin yang bilang begini, belum pernah menjadi guru. Kalaupun pernah, mungkin di saat Orde Baru. Jika memang masih guru, mungkin saat ini, tidak mengajar di sekolah dasar.

Cobalah barang satu-dua bulan mengajar di SD. Rasakan bagaimana rasanya. Mungkin nanti akan ngomong, "Aduh, capek bingit deh." Padahal belum seberapa penderitaannya dibanding, jika ditambah ngajarnya di pelosok dan tempat tinggalnya jauh dari jangkauan. Mungkin akan melakukan curhatan berskala nasional. Apalagi ditambahi beban jadi operator plus bendahara. Lengkaplah semesta penderitaannya.

Terus mana nih tulisan tentang pembelajaran terpadu? Kok dari tadi nadanya mengeluh mulu.

Mbok yang sabar. Kita perlu belajar terus terang. Jujur akan hal-hal yang memang memprihatinkan. Jangan sekali-kali memakai topeng. Dengan ini, nasehat tentang kejujuran yang kita lontarkan ke anak-anak. Ada feedback-nya. Ada pantulannya. Karena apapun kebijakan perlu keteladanan. Bukankah agama kita memerintahkan demikian? Meski pahit, kebenaran harus tetap disodorkan.

Weladalah, kok ngomongnya sambat lagi. Capcus gih!

Begini, ketika kita mau melemparkan gagasan. Perlulah untuk basa-basi. Bahasa lainnya, ada intro-nya. Tidak langsung to the point atau makbedunduk. Basa-basi ini lebih sebagai pancingan, agar pembaca mudah bersenyawa dengan apa yang bacanya.

Kira-kira acara muter-muter-nya, sampai kapan?

Baiklah ini penjelasannya. Pembelajaran terpadu, adalah upaya guru untuk men-sinkronisasikan dan men-sinergikan sebuah gagasan (dalam hal ini tema) dalam satu waktu.

Misal pada saat melakukan percobaan atau praktek pada suatu materi pembelajaran, guru harus mau mengaitkannya dengan materi lainnya. Contoh yang paling mudah apa? Saat praktek tentang bunyi dan menggunakan peraga telepon-teleponan. Peraga ini juga bisa dijadikan model untuk menjelaskan permainan egrang. Permainan egrang yang telah dimodifikasi. Di sini terlihat, mapel PJOK masuk pada sisi gerak dasar lokomotor. Pada mapel PKn, tentang kerjasama. Sedangkan bidang SBdP dan IPS, tentang permainan tradisional itu sendiri.

Demikianlah sekilas tentang pembelajaran terpadu. Kok dikit banget? Kan namanya sekilas, jadi cukup secuil saja. 😁

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post