SI A

Sampeyan jadi penulis, tapi enggan untuk men-survei apa yang ada di pikiran pembaca. Ini sama artinya kerjaan menulis sampeyan itu sia-sia.

SI B

Lha terus gimana survey-survey-an itu?

SI A

Ya tanya saja ke sana ke ahlinya.

SI B

Ini orang nggak bertanggung jawab. Udah berani ngeritik, tapi tak ada solusi.

SI A

Lha itu solusinya, tanya yang ngerti.

SI B

Capede. 🤦🏻‍♂

Pernahkah Anda sebagai penulis menerima celaan semacam ini? Jika belum, mungkin suatu saat mendapatkan. Bisa jadi dengan redaksional dan konten yang berbeda.

Bagaimana respon kita yang selayaknya? Tetap direnungkan, tapi dalam prosesnya, jangan menyalahkan diri. Berarti tulisannya masih jeleklah. Kurang berbobotlah. Dan lah-lah lainnya.

Jangan terjebak pada prasangka ini. Sebab tiap orang punya persepsi dan pengetahuan yang berbeda. Tak menjamin seorang pakar selalu handal di tiap kesempatan. Dia tentu juga pernah mengalami tergelincir.

Khawatir dicap kepedean? Penulis yang baik itu harus high-confidence. Jangan mudah dibelok-belokkan. Prinsipnya harus keukeuh. Meski ini juga ada resikonya. Tapi apalah arti resiko? Jika memang itu setimpal.

Bojonegoro, 28 Agustus 2018