AJUN PUJANG ANOM

Seorang guru yang sedang menikmati bagaimana bahagianya menjadi seorang guru....

Selengkapnya
Navigasi Web

Soal Singkatan, Soal Suka-suka

Bagaimanakah kaidah penyingkatan dalam Bahasa Indonesia? Jawabannya adalah suka-suka. Lho kok? Kan sudah ada Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

Bagi yang belum tahu apa itu EBI, baca ulasan singkat ini. EBI adalah ejaan baru pengganti Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD. EBI ditetapkan pada tanggal 26 November 2015 dan tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015.

Mestinya dengan hadirnya EBI, kegairahan bangsa ini dalam soal singkat-menyingkat, terfasilitasi dengan baik. Namun nyatanya tidak. Perhatikan aturan kedelapan berikut ini, "Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil." Kira-kira paham tak, tentang aturan ini? Tentu tak. Baiklah awak lanjutkan. Hadeuwh, kok jadi melenceng berbahasa Malaysia. 😁

Di sini akan dipapar contoh-contoh singkatan yang telah eksis selama ini dan dimasukkan ke dalam aturan tersebut. Yang pertama, kata rapim. Kata rapim* berasal dari kependekan rapat pimpinan. Rapat pimpinan, apabila dibelah menurut suku katanya, akan terlihat seperti ini: ra-pat pim-pi-nan. Dan ditinjau dari aturan kedelapan, sudah cok galicok cocok.

Yang kedua, puskesmas. Puskesmas ini singkatan dari pusat kesehatan masyakarat. Jika disuku-katakan_ menjadi pu-sat ke-se-hat-an ma-sya-ra-kat. Bagaimana, merasa ada yang ganjil? Yup betul, sama dengan saya. Mestinya pusat kesehatan masyarakat, jika disingkat menjadi pukema. Tapi kenapa tidak dibuat semacam itu? Mungkin kedengarannya nggak enak. Kurang nendang. Coba rasakan dalam membaca kata puskesmas! Ada desah-desahnya gimana gitu. Apalagi sakit memang dekat dengan desahan. Jadi wajarlah kalau tambahan huruf "s" ini diperlukan. Agar kesan sakitnya itu ada dan dapat menimbulkan sensasi tersendiri.

Kita lanjutkan kata berikutnya. Kata rudal. Rudal berasal dari gabungan kata peluru dan kendali. Harusnya biar teratur kan tetap dipendekkan menjadi peken. Apakah karena ogah? Apakah sebab nggak asyik? Kuat dugaan saya, yang membuat akronim rudal ini, aslinya dari Jawa, seperti saya ini. Kok tahu darimana? Dalam Basa Jawa, ada materi tentang kerata basa atau disebut dengan jarwadosok. Apa itu kerata basa? Kerata basa adalah kontra-antonim. Apa lagi ini? Aneh-aneh buanget. Kontra-akronim ini sekedar istilah pribadi saya, karena memang tak ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Kerata basa mengatur bagaimana sebuah kata melakukan pembelahan diri. Misalnya apa? Tentu permisalannya dari Basa Jawa sendiri, yaitu kuping (telinga). Dalam kerata basa, kuping menjadi kaku njepiping (kaku sekali). Lihat bagus kan? Seharusnya model kayak gini nih, ada di dalam Bahasa Indonesia. Dan kembali ke soal rudal tadi. Rudal jika kerata basa, pastilah menjadi saru yen diudal (tak baguslah jika disebar).

Sudah terang benderang lah, apa yang saya maksudkan. Makanya jangan ragu. Jangan bimbang. Jika anda hobi mengutak-atik kata menjadi singkatan. Tak ada yang disebut kekeliruan. Karena sampai detik ini pun, tak ada yang memprotes, singkatan jablay (jarang dibelai) dan burjo (bubur kacang hijau). Apalagi dengan digit tiga angka cantik dan disertai perang tagar yang membahana.

Bagaimana, sudah tak sabar untuk melakukannya?

Bojonegoro, 1 Agustus 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post